I'LL Teach You Marianne

Tanah keluarga



Tanah keluarga

Berada ditengah-tengah anak yang kurang beruntung membuat Anne bahagia, sejak ia tiba di panti asuhan 30 menit yang lalu senyumnya terus mengembang diwajah cantiknya. Anne benar-benar merasa sangat beruntung bisa melihat malaikat-malaikat kecil itu tertawa melihatnya datang dengan membawa boneka dan mainan yang selama ini mereka mimpikan.     

Melihat Anne dikerubuti anak-anak asuhnya seorang kepala panti tersenyum, dengan langkah pelan wanita yang sudah tak lagi muda itu kemudian menghampiri Anne.     

"Anak-anak, ayo lanjut main ditaman. Kasihan Nyonya Clarke dari tadi belum istirahat,"ucap wanita itu pelan pada sekitar sepuluh anak gadis usia tiga sampai lima tahun yang sedang mengerubuti Anne.     

"Akhh ibu..."     

"Kami masih ingin bermain dengan Nyonya Clarke."     

"Iya ibu, kami ingin digambar juga oleh Nyonya Clarke seperti Maria."     

"Iya, aku juga ingin mendapatkan gambar seperti yang dimiliki Maria."     

"Gambar seperti Maria? Gambar apa?"     

Anak-anak gadis kecil itu kemudian menunjuk ke arah anak kecil usia empat tahun yang bernama Maria yang tengah memegang sebuah lukisan wajahnya yang dibuat secara kasar oleh Anne, meski hanya sebuah gambar biasa namun anak-anak itu nampaknya iri dan ingin memilikinya juga. Karena itu saat ini anak-anak itu mengantri dibelakang seorang gadis cilik lainnya yang sedang digambar oleh Anne.     

Ibu kepala panti yang bernama Julia itu nampak terkesima melihat gambar yang Anne buat, meski tidak mirip 100 % tapi gambar buatan Anne sangat bagus apalagi itu dibuat untuk anak-anak balita yang notabene tak pernah digambar seperti itu secara langsung.     

"Wah, anda sungguh sangat berbakat, Nyonya,"puji sang ibu kepala panti pada Anne dengan jujur.     

"Hanya sebuah gambar abstrak, Bu,"jawab Anne merendah.     

Ibu kepala panti tersenyum. "Ini bukan hanya sekedar gambar abstrak saja, Nyonya. Gambar yang anda buat hampir mirip dengan wajah anak-anak ini dan sepertinya mereka sangat menyukai gambar buatan anda."     

Anne yang sedang menyelesaikan gambar keduanya hanya tersenyum tipis mendengar pujian dari sang ibu panti, setelah gambar keduanya selesai Anne segera memberikan hasilnya kepada si gadis cilik lainnya yang ia gambar setelah Maria.     

"Aku Nyonya.."     

"Aku.."     

"Aku dulu."     

"Tidak, aku dulu."     

Karena keadaan tiba-tiba gaduh ibu Julia pun turun tangan, dengan lembut wanita itu memberikan penjelasan pada anak-anak itu. Meski awalnya terlihat kesal dan kecewa namun anak-anak itu akhirnya mau meninggalkan Anne dan tak memintanya untuk menggambar mereka lagi, gadis-gadis kecil itupun kembali bermain bersama-sama di taman bergabung dengan teman-teman lainnya dengan membawa boneka masing-masing yang sebelumnya sudah Anne berikan pada mereke.     

"Maafkan tingkah anak-anak itu, Nyonya."Ibu Julia kembali meminta maaf pada Anne untuk anak-anak asuhnya yang sudah membuat Anne kerepotan.     

"Anda tak usah meminta maaf seperti itu Ibu, lagipula saya tak merasa direpotkan sama sekali,"jawab Anne jujur dengan tersenyum lebar.     

Ibu Julia kembali tersenyum mendengar jawaban donatur barunya itu, meski baru dua kali bertemu Anne namun kepala panti itu sudah tahu siapa Anne. Pada kedatangan Anne yang pertama ibu Julia langsung mencari tahu siapa sosok calon donatur barunya itu.     

"Saya turut berduka atas kehilangan putri tercinta anda, Nyonya."     

Anne yang baru meminum teh chamomile tanpa gulanya langsung tersenyum mendengar perkataan ibu Julia. "Terima kasih, bu. Saat ini saya sudah bisa menerima semuanya dengan ikhlas, saya percaya apa yang terjadi pada putriku adalah rencana terbaik yang dibuat Tuhan untuk kami."     

"Anda dan Tuan Clarke orang baik, saya yakin setelah ini anda akan diberikan pengganti yang lebih baik. Percayalah Nyonya, Tuhan tak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan hamba-Nya itu sendiri,"ucap ibu Julia kembali sembari mencengkram tangan Anne dengan cukup kuat.     

"Amin, saya juga percaya itu bu,"jawab Anne dengan tersenyum lebar.     

Setelah berbasa-basi sejenak kedua wanita beda usia itu pun terlibat pembicaraan yang serius terkait dengan kondisi panti asuhan yang cukup memprihatinkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat.     

"Tanah ini adalah milik salah satu orang penting di kota ini awalnya, hanya saja beliau sudah memberikannya pada kami untuk digunakan sebagai rumah singgah bagi anak-anak yang kurang beruntung itu. Namun awal bulan ini kami dikejutkan dengan kedatangan dua orang pengacara yang meminta kami mengosongkan area ini dalam waktu dua bulan kedepan, jujur saja saya bingung Nyonya. Dua bulan adalah waktu yang sangat singkat, kami tak akan mungkin bisa secepat itu mendapatkan tempat untuk tinggal yang layak untuk anak-anak ini,"ucap ibu Julia serak menceritakan kondisi panti asuhan.     

"Jadi ini alasan anda menolak menerima bantuan renovasi di panti ini, Bu?"     

"Benar Nyonya, itu salah satu alasan dari beberapa alasan yang lain,"jawab ibu Julia kembali.     

"Kalau saya boleh tahu, siapa pemilik tanah ini sebelumnya, bu?"tanya Anne hati-hati, ia tak mau melukai hati ibu Julia.     

Wanita yang sudah memimpin panti selama lebih dari 20 tahun itu menghela nafas panjang mendengar perkataan Anne, ia terlihat ragu dan takut untuk menjawab pertanyaan yang Anne berikan sampai akhirnya dengan lembut Anne mencengkram tangan wanita itu.     

"Kalau anda merasa berat untuk menjawab maka tak usah dijawab, bu,"     

Ibu Julia menggelengkan kepalanya perlahan. "Mereka orang besar, Nyonya. Saya takut salah bicara."     

Anne menaikkan satu alisnya. "Orang besar? Orang yang mempunyai kekuasan di negara ini?"     

"Bukan hanya dinegara ini, Nyonya. Putra dari keluarga itu bahkan dikenal oleh semua orang yang ada di dunia ini, saya yakin anda pun tahu jika saya menyebutkan namanya sekali saja,"jawab ibu Julia takut-takut.     

"Seberkuasa itu kah mereka?"     

Ibu Julia mengangguk. "Iya, Nyonya."     

"Ya sudah, kalau anda tak mau mengatakan maka tak usah dipaksa bu. Saya tak mau membuat anda..."     

"Chester Llyod, nama putra dari keluarga pemilik tanah dan lahan ini."Ibu Julia tiba-tiba bicara menyela kata-kata Anne.     

"Llyod? Chester Llyod yang sekretaris jendral PBB itu?"     

Ibu Julia menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Anne.     

"Anda serius bu? Orang yang menginginkan panti ini digusur adalah keluarga Llyod?"     

"Iya Nyonya, meski yang datang saat itu adalah pengacara keluarga mereka namun dalam surat kuasa terlihat jelas nama keluarga Llyod yang memberi kuasa pada kedua pengacara itu,"jawab ibu Julia serak menahan tangis.     

Anne memijat keningnya yang tiba-tiba terasa sakit, ia tak percaya keluarga Llyod akan melakukan hal semacam itu. Apalagi saat ini dengan posisi Chester sebagai salah satu orang penting di sebuah organisasi kemanusian raksasa rasanya sangat aneh jika mereka meminta kembali tanah yang sudah mereka berikan pada orang untuk dijadikan panti asuhan, meski tidak dekat dengan Chester namun Anne percaya pria itu dan keluarganya tak sejahat itu. Keluarga Llyod adalah keluarga kaya yang memiliki nama besar yang cukup dikenal, jadi rasanya kehilangan satu tanah saja tak akan membuat mereka miskin.     

"Boleh saya lihat surat yang diberikan dua pengacara itu sebelumnya, bu?"pinta Anne pelan, ia merasa ada yang janggal dengan dua pengacara yang diceritakan ibu Julia sang kepala panti yang sudah menitikan air mata menceritakan kondisi panti mereka saat ini.     

"Anda ingin melihatnya, Nyonya?"     

Anne tersenyum. "Jika anda tak keberatan, bu."     

"Baiklah, kalau begitu mari ikut saya ke kantor. Saya masih menyimpannya di kantor."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.