I'LL Teach You Marianne

Dubai's last choice



Dubai's last choice

Nicholas berdiri menatap tembok sebagai hukuman atas tindakannya yang berani masuk ke dalam rumah tanpa izin dari Alan, sementara Anne sudah duduk di sebuah ayunan yang ada di taman belakang rumah mencoba menenangkan dirinya. Ia mencoba menjauh dari Alan dan Nicholas yang berada di ruang tamu, Anne benar-benar hampir gila. Dua kali Nicholas membuatnya senam jantung dan itu semua gara-gara Alan yang ceroboh.     

"Akhhh menyebalkan sekali, pasti citraku dimata Nicholas sudah rusak sekarang. Ini gara-gara si bodoh yang tak ingat siapa dirinya itu, aarrgghh... menyebalkan sekali. Kalau aku tak kasihan pada kakek sudah aku pukul kepalamu dengan vas bunga Jack, supaya kau ingat siapa dirimu. Dasar pria mesum menyebalkan...aku benci padamu aarrgghh!!!"     

Anne mengutuk suaminya berkali-kali, ia kesal sekali. Seandainya tadi Alan mau mendengarkan perkataannya, mungkin saja Nicholas tak akan melihatnya duduk dengan posisi paha terbuka di atas kaki Alan terlihat sangat liar dan memalukan sekali. Anne sangat malu dan kesal saat ini, meski Alan adalah suaminya tapi ia tetap saja tak bisa mentolerir tindakan suaminya yang bar-bar seperti tadi.     

Dengan kesal Anne memukul-mukul bantal di ayunan besar tempatnya duduk saat ini untuk melampiaskan kekesalannya.     

Dari dalam ruang tamu Alan bisa melihat Anne yang sedang duduk di taman belakang, ia bahkan sampai menelan ludahnya ketika melihat Anne memukul-mukul bantal yang ada di ayunan tempatnya duduk saat ini.     

"Kau sudah ikut denganku berapa tahun Nick?"tanya Alan dingin.     

"Sudah lebih dari 10 tahun Tuan."     

"Apa kau sudah bosan?"     

Kedua mata Nick membeliak dan langsung menoleh kebelakang dimana Alan duduk di kursi. "Tidak Tuan, saya tak mungkin bosan."     

"Menghadap tembok!!"     

"Akh iya maaf Tuan."     

Alan memijat keningnya yang terasa sakit, ia benar-benar tak tahu harus dengan cara apa menghadapi asistennya satu ini.     

"Aku sudah menikah saat ini dan butuh privasi lebih Nick, bukanlah kau tahu siapa istriku dan bagaimana sulitnya mendapatkannya? Tapi kenapa kau seperti ini, Anne itu berbeda dengan wanita yang pernah dekat denganku Nick. Dia wanita istimewa, maka dari itu kau tak bisa seperti tadi. Kau harus tahu bagaimana cara bersikap, come on Nick...kita sama-sama sudah dewasa. Jangan membuatku terus marah padamu,"ucap Alan panjang lebar dengan suara meninggi sambil berkacak pinggang.     

"Maaf Tuan, saya terlalu ceroboh."     

Alan menghela nafas panjang, ia tahu kalau ini bukan sepenuhnya salah Nicholas karena ia juga bersalah tak bisa menahan dirinya. Berada di dekat Anne benar-benar membuat sisi liarnya selalu datang dan membuatnya tak tahan.     

"Oh ya ada apa, kenapa kau masuk seperti orang kesetanan seperti tadi?"tanya Alan lirih menurunkan tekanan suaranya.     

"Roger, ini berhubungan dengannya Tuan."     

Seketika darah dalam tubuh Alan memanas mendengar nama Roger Dauglas disebut kembali. "Berbalik dan bicaralah yang jelas."     

Tanpa diperintah dua kali Nicholas langsung mendekati Alan dan menceritakan semua yang terjadi, ia bahkan juga mengatakan kalau hampir semua tempat keramaian tiba-tiba memiliki acara masing-masing yang tak bisa dibatalkan.     

"Hanya di mall itu saja yang masih bisa untuk menerima acara pameran Tuan akan tetapi resikonya adalah kita harus berbagi audience dengan acara pameran mobil yang diadakan Roger Dauglas dan teman-temannya,"ucap Nicholas pelan mengakhiri ceritanya.     

Alan menggeleng. "Tidak Nick, kita tak bisa berbagi venue seperti itu karena akan menurunkan citra perhiasan kita yang otomatis akan menurunkan nilai jualnya di masyarakat dan aku tak mau jika itu terjadi."     

"Iya Tuan, saya mengerti. Karena itu saya langsung pulang dan ingin mengabari anda secepatnya. Kita sudah tidak punya waktu lagi untuk mencari venue untuk pameran Tuan, sepertinya Roger Dauglas benar-benar ingin menyabotase kita secara terang-terangan Tuan."     

"Kau benar, Roger memang sedang mengobarkan api perang padaku kali ini. Dia sengaja memancing kemarahanku agar keluar dan menghadapinya secara langsung seperti keinginannya selama ini, tapi sepertinya si brengsek itu lupa. Aku adalah Alan Knight Clarke, aku punya segala yang tak ia punya. Kau tenang saja Nick, bersikaplah bisa saja. Seandainya pihak mall itu menanyakan apakah kita akan tetap memakai mereka untuk mengadakan pameran atau tidak, kau jawab saja seperlunya dan tetap katakan pada mereka bahwa kita akan tetap mengadakan pameran kalau seandainya pameran yang dilakukan Roger Dauglas dibatalkan. Sementara itu aku akan mencari jalan keluar untuk memikirkan venue yang lebih baik dari mall itu, buat Roger douglas diatas awan saat ini,"ucap Alan dingin, menyebut nama Roger Dauglas benar-benar membuatnya muak.     

Nicholas mengangguk dengan cepat. "Baik Tuan, saya akan melakukan perintah anda."     

"Ok, kau boleh pulang dan satu lagi. Kejadian tadi adalah kesalahan terakhirmu Nick, jangan ulangi lagi atau kau akan menyesal." Ancam Alan serius.     

"I-iya Tuan saya mengerti, maafkan saya Tuan. A-apakah saya perlu minta maaf pada Nyonya…"     

"Tidak usah, kalau kau melakukan itu maka istriku akan lebih marah padamu dan aku yang akan mendapatkan kerugian,"sahut Alan dengan cepat memotong perkataan Nicholas.     

Nicholas pun langsung menundukkan kepalanya saat menyadari niat baiknya itu justru akan menjadi malapetaka untuk sang tuan , tak lama ia akhirnya pergi dari villa untuk melakukan tugas yang diberikan Alan kepadanya.     

Setelah Nicholas pergi Alan kemudian menyusul Anne ke taman belakang dengan membawa tablet pintar, ia tersenyum saat melihat Anne bermain dengan ikan-ikan koi yang ada di kolam dekat ayunan.     

"Bolehkah aku bergabung?"     

Anne hampir terjatuh ke kolam karena terkejut, beruntung tangannya langsung dipegang Alan sehingga hal yang memalukan tak terjadi padanya.     

Bug, Anne memukul dada Alan dengan kesal.     

"Kau ini hantu atau manusia, kenapa langkah kakimu tak terdengar,"sengit Anne kesal.     

Alan terkekeh. "Kalau aku hantu maka aku akan membuatmu selalu ada di tempat tidur Anne, aku akan awww…"     

"Jangan bicara yang tidak-tidak, dasar mesum!!"     

Alan meringis kesakitan menahan sakit akibat cubitan yang Anne berikan padanya, meski sebenarnya cubitan Anne tak terlalu kuat akan tetapi karena Anne mencubit secara tiba-tiba Alan sedikit kaget. Karena moodnya kembali di rusak Alan akhirnya Anne memilih untuk duduk di ayunan besar yang cukup untuk dua orang, meninggalkan Alan sendiri di dekat kolam ikan.     

"Asistenmu sudah pulang?"tanya Anne ketus pada Alan yang sudah duduk di kursi panjang di sebelah ayunan.     

"Sudah, banyak pekerjaan yang harus Nicholas lakukan. Terutama untuk mengalihkan perhatian Roger Dauglas yang semakin lama semakin berani mencari masalah denganku."     

Kedua mata Anne membulat saat mendengar nama Roger Dauglas disebut suaminya kembali. "Apa perlu kita memanggil Erick kembali sekarang juga? Atau perintahkan saja the warrior untuk mengurusnya, kau jangan turun tangan secara langsung. Dia pria jahat Alan, aku tak mau terjadi hal buruk padamu." Anne terlihat sangat panik saat berbicara.     

Melihat perubahan sikap Anne membuat Alan tersenyum, ia kemudian mendekati istrinya dan bergabung dengannya di ayunan yang terbuat dari kayu yang mempunyai empat kaki itu.     

"Kau tak usah panik seperti itu, selama Roger tidak melakukan kekerasan maka aku tak akan bertindak. Lagipula sudah ada yang mengurus Roger saat ini, sebenarnya aku juga sudah muak padanya. Tapi karena kakek masih menjaga perasaan Ivan Dauglas ayahnya maka aku tak bisa berbuat apa-apa, percayalah seandainya dia berani lebih jauh dari ini maka aku tidak akan segan lagi padanya,"ucap Alan pelan mencoba menenangkan Anne.     

Anne menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Aku tak mau dia menyakitimu lagi, cukup satu kali aku kehilanganmu."     

"Tidak, percayalah si brengsek itu tak akan bisa menyentuhku lagi Anne. Aku tak akan pernah pergi darimu,"bisik Alan lirih sambil memeluk Anne.     

Anne mengeratkan pelukannya pada Alan. "Kau juga pernah mengatakan ini sebelumnya padaku Jack, tapi nyatanya kau pergi selama 2 tahun." Anne bicara sendiri dalam hati.     

"Apa perlu kita pergi berlibur lagi Anne? Aku ingin menghabiskan banyak waktu berdua denganmu tanpa gangguan orang lain, seperti yang dilakukan Nicholas tadi."     

Anne langsung melepaskan pelukannya dari Alan dan mendorong suaminya menjauh. "Aku tak mau kemana-mana, lagipula pekerjaanmu banyak bukan. Masalah pameran perhiasan saja belum selesai, bagaimana bisa kau mengajakku pergi berlibur lagi."     

"Pekerjaan bisa di handle Nick dan…"     

"Tidak, kau tak bisa seperti itu. Kau adalah pemimpin perusahaan, kau tak bisa seenaknya mengalihkan tugas pada anak buahmu." Anne langsung memotong perkataan Alan dengan cepat.     

"Tapi kalau aku mengajakmu pergi untuk menemani bekerja bagaimana?"     

Anne memiringkan kepalanya. "Apa maksudnya aku tak mengerti?"     

Alan meraih wajah Anne dan membelainya penuh kasih. "Kita ke Dubai, pameran perhiasan dari Clarke's Jewel akan lakukan di Dubai."     

"Apa? Dubai? Kenapa?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.