I'LL Teach You Marianne

Sifat yang sama



Sifat yang sama

Clarke Entreprice     

Alan yang masih sibuk mengurus semua vendor-vendor yang sedang mengajukan proposal ke perusahaannya sama sekali tak mengirimkan pesan pada Anne, ia terlalu fokus dengan presentasi demi presentasi yang dilakukan para calon vendor yang ingin terlibat dalam proyek barunya di Dubai. Bahkan sampai sore ia masih berkutat di depan laptopnya dan tak ada yang berani mengganggunya sampai akhirnya Erick dan Nicholas datang,     

"Sudah hampir jam 3 sore Tuan, lebih baik anda makan dulu. Tadi sekertaris anda didepan mengatakan anda belum makan siang,"ucap Nicholas pelan mengingatkan Alan untuk berhenti bekerja.     

"Sebentar lagi, masih ada satu berkas lagi yang harus aku periksa,"jawab Alan dengan cepat dari kursinya.     

Nicholas menghela nafas panjang mendengar perkataan Alan, sementara itu Erick yang sejak tadi diam kemudian mendekati meja kerja Alan dan meraih berkas yang sedang dibaca oleh tuannya itu.     

"Erick..."     

"Lebih baik anda makan dulu Tuan, pekerjaan bisa ditunda. Kesehatan anda lebih penting dari apapun,"ucap Erick tanpa rasa takut memotong perkataan Alan.     

Amarah Alan pun langsung menghilang saat melihat sorot tajam dari Erick, ia sedang tak ingin bertengkar kali ini. Karena itulah ia memilih untuk mengalah dan pergi ke sofa bergabung dengan Nicholas yang terkejut melihat keberanian Erick. Melihat Alan duduk dihadapannya Nicholas segera menyiapkan makanan yang baru saja dibawakan sekertaris yang sudah mengganti menu makan siang Alan sebanyak 3x. Tanpa berbicara Alan pun menyantap makanan yang berada dihadapannya dengan lahap.     

"Oh ya kalian belum melaporkan padaku, bagaimana perkembangan di Clarke's Jewel?"tanya Alan dengan mulut penuh makanan.     

"Baik Tuan, semuanya berjalan sesuai rencana yang sudah anda buat. Para pengrajin perhiasan itu bekerja siang malam untuk menyelesaikannya,"jawab Nicholas cepat, ia tak mau di dahului oleh Erick yang terlihat bersiap bicara.     

"Tekankan pada mereka Nick, aku tak butuh jumlah yang banyak. Aku mau kesempuranaan dalam setiap pc perhiasan itu, jadi jangan pikirkan banyaknya perhiasan yang harus di selesaikan. Akan tetapi perhatikan dengan benar setiap detail dari perhiasan itu,"ucap Alan serius, setiap kata yang ia ucapkan penuh penekanan.     

Erick tersenyum. "Sudah Tuan, saya tadi sudah mengatakan hal itu pada kepala desaigner yang mengawasi jalannya proses pembutan perhiasan itu dan orang itu akan melaporkan setiap detailnya pada saya. "     

Nicholas dan Alan dengan kompak menoleh ke arah Erick, keduanya cukup penasaran dengan kata-kata yang baru saja Erick lontarkan. Terutama Nicholas, kedua matanya berkilat saat menatap Erick.     

"Tadi sebelum pulang saya sempat bertemu dengan salah satu manager yang mengawasi kinerja para pengrajin perhiasan itu, saya minta padanya untuk melaporkan setiap perkembangan dari hari ke hari ke email saya supaya saya bisa memeriksanya,"ucap Erick pelan memperjelas ucapan sebelumnya.     

"Good, aku suka. Ternyata kau cerdas juga Erick."     

"Saya hanya melakukan hal kecil yang dulu pernah di ajarkan Tuan saya sewaktu awal-awal saya bekerja dengannya Tuan,"jawab Erick jujur.     

Alan terkekeh. "Wah sepertinya aku harus bertemu dengan tuanmu Erick, aku penasaran dengan orang yang sudah mendidikmu dengan baik seperti ini."     

Erick hanya tersenyum mendengar perkataan Alan, sementara Nicholas semakin tidak suka pada Erick yang berhasil mendapatkan pujian dari Alan.     

"Oh ya Nick, tolong pesankan satu buket bunga mawar. Aku ingin memberikannya untuk istriku saat pulang bekerja nanti."     

Deg     

Jantung Erick berpacu sangat cepat mendengar perkataan Alan, ia yakin sekali Alan belum mengetahui soal perginya Anne bersama tuan David Clarke ke London. Tadi sebelum berangkat Alice sempat mengirimkan pesan padanya dan mengatakan akan kembali ke London bersama tuan David Clarke, Luis dan Anne menggunakan pesawat jet pribadi milik tuan David Clarke. Alice bahkan sempat berfoto di dalam pesawat jet dengan tersenyum lebar tepat disamping Anne baru saja masuk ke dalam pesawat.     

"Siap Tuan, saya akan segera..."     

"Tunggu."Erick langsung menyela perkataan Nicholas.     

Nicholas yang tak suka pada Erick langsung bangun dan mencengkram kerah bajunya. "Maumu apa Maguire? Kenapa sejak tadi kau mencoba mencari perhatian pada Tuan, kau sengaja mencari-cari kesempatan untuk menyingkirkan aku bukan!!"     

"Nick..."     

"Jangan marah Tuan, anak ini benar-benar mencari masalah denganku,"sahut Nicholas dengan suara meninggi memotong perkataan Alan.     

"Iya tapi.."     

Alan tak bisa melanjutkan perkataannya saat melihat Nicholas ditarik oleh Erick menuju dinding, bukannya memukul Erick justru terlihat berbisik pada Nicholas. Kedua mata Nicholas langsung membulat sempurna, ia bahkan sampai berteriak saat membaca pesan Alice di ponsel Erick.     

"Ini serius?"tanya Nicholas berbisik pada Erick.     

"Alice tak mungkin berbohong Nick, apalagi kau lihat juga kan dalam foto itu ada Luis yang sedang mendorong Tuan besar,"jawab Erick dengan suara yang hampir tak terdengar.     

Nicholas segera menutup mulutnya, ia tak bisa bicara dan tak tahu bagaimana cara untuk memberitahukan semuanya pada Alan yang saat ini menatap mereka berdua dengan tatapan penuh tanda tanya. Erick sendiri sudah menarik tangannya dari kerah pakaian Nicholas, ia juga terlihat bingung untuk mengabarkan hal sepenting ini pada sang tuan.     

"Apa yang sedang kalian lakukan?"tanya Alan dengan keras.     

Seketika Nicholas dan Erick pun berdiri dengan tegap, keduanya lalu menghadap ke arah Alan secara bersamaan dengan wajah yang menunduk, tak berani bertatapan dengan Alan.     

Melihat tingkah aneh kedua asistennya Alan pun semakin penasaran, ia yakin ada sesuatu yang mereka sembunyikan. "Katakan yang sejujurnya atau aku mencari tahu sendiri, tapi kalau aku sampai mencari tahu sendiri maka aku tak akan pernah memperkerjakan kalian lagi."     

"Tunggu Tuan..."     

"Dengar dulu Tuan.."     

Erick dan Nicholas menyahut dengan kompak perkataan Alan, keduanya pun bergegas pergi menuju sofa tempat dimana Alan masih duduk dan menatap mereka berdua dengan tatapan membunuh tanpa berkedip.     

"Katakan apa yang kalian sembunyikan dariku,"hardik Alan dengan penuh penekanan.     

Kalau sebelumnya Erick dan Nicholas saling memusuhi kali ini keduanya saling membutuhkan, bahkan dibalik tubuh mereka sedang saling menusuk menggunkan jari telunjuk meminta salah satu dari mereka untuk berbicara terlebih dahulu. Sehingga terlihat keduanya bergerak-gerak dalam diam dan membuat Alan semakin kesal.     

"Apa kalian sedang menguji kesabaranku?"tanya Alan kembali sambil melipat kedua tangannya di dada.     

"Begini Tuan...."     

Brak     

Alan memukul meja dengan keras sesaat setelah Nicholas dan Erick bergantian bicara memberitahukan keberadaan Anne saat ini, rahangnya mengeras dengan otot yang terlihat jelas. Kemarahan yang besar terlihat jelas dalam dirinya saat ini.     

"Siapkan pesawat jetku, akan kuseret pulang istriku dari London. Beraninya dia pergi ke rumah lamanya tanpa meminta izinku, suaminya,"ucap Alan dingin dengan mata berkilat penuh kemarahan.     

"Baik Tuan,"jawab Nicholas lirih.     

Erick menelan ludahnya dengan susah payah, ia tak menyangka akan melihat lagi sang tuan marah seperti ini setelah 2 tahun berlalu. "Tapi Tuan besar, bagaimana dengan beliau Tuan...."     

"Kakekku urusan lain Erick, ini adalah urusan rumah tanggaku dengan Anne. Dia tak bisa ikut campur, sekarang lebih baik kau rapikan dokumen ini dan segera susul aku ke basement kita pulang dan langsung ke bandara untuk berangkat ke Inggris." Alan memotong perkataan Erick dengan cepat saat bangun dari sofa dan berjalan menuju pintu keluar.     

"Oh God..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.