I'LL Teach You Marianne

Miracle



Miracle

Setelah memastikan Anne hanya mendapatkan kontraksi palsu, dokter Caitlyn pun memerintahkan beberapa pelayan untuk membantunya membawa Anne ke kamar.     

"Apakah kontraksi palsu seperti itu tidak berbahaya dok?" tanya Luis pelan pada dokter Caitlyn yang baru saja keluar dari kamar Anne.     

Dokter Caitlyn menghela nafas panjang. "Pada saat usia kehamilan seorang wanita mulai mendekati waktu melahirkan hal-hal seperti ini sangat wajar terjadi, namun karena saat ini usia kandungan Anne masih sekitar 34 minggu rasanya sangat aneh jika dia mengalami kontraksi palsu semacam ini."     

Luis menundukkan kepalanya, baru kali ini Luis dilema. Ia bahkan tak tahu harus melakukan apa saat ini karena benar-benar berada di posisi serba salah, dokter Caitlyn yang sudah mengenal Luis cukup lama berhasil membaca bahasa tubuh Luis.     

"Jujur padaku, Luis. Apa ada sesuatu yang sudah terjadi pada Tuan?"     

Seketika Luis mengangkat wajahnya dan langsung menarik paksa dokter Caitlyn dari depan kamar Anne, menuju ke balkon tempat Anne biasa bersantai.     

"Ada apa Luis, apa yang sudah terjadi?"tanya dokter Caitlyn sedikit panik saat Luis melepaskan tangannya.     

"Baca ini."     

Luis menyerahkan ponselnya kepada dokter Caitlyn, sang dokter pun langsung menerima ponsel berwarna hitam itu dan membacanya dengan cepat. Jantungnya berdetak sangat saat membaca pesan yang dikirimnya oleh Nicholas itu.     

"Hanya aku dan anda saja yang mengetahui kejadian ini, jangan sampai berita ini terdengar oleh Nyonya,"ucap Luis pelan.     

"I-iya Luis, aku mengerti."     

Luis memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku bajunya sebelum akhirnya memijat keningnya yang terasa sakit, dokter Caitlyn pun juga tak jauh berbeda dari Luis. Dokter paruh baya itu nampak tertunduk dengan kedua tangan yang disatukan di depan bibirnya. Kedua orang terdekat Anne dan Jack itu nampak bingung dan was-was menunggu kabar dari Nicholas kembali soal perkembangan Jack yang saat ini masih belum sadarkan diri karena masih dalam proses operasi besar, pasca dada kirinya tertusuk pisau.     

Christian yang biasanya menjadi anak baik pun mendadak tantrum, anak itu menolak semua mainan yang diberikan pengasuh dan pelayan. Ia bahkan menangis tanpa sebab, padahal tak ada satupun yang menyakitinya. Sepertinya Christian merasakan ada yang tak beres dengan sang ayah, ikatan batin anak dan ayah yang terpisah jarak ribuan mill itu ternyata sangat kuat.     

Luis yang akan menghubungi Erick untuk bertanya kondisi Jack, membatalkan niatnya karena mendengar suara tangisan Christian yang sangat keras. Tanpa berpikir dua kali Luis pun langsung berlari ke kamar bermain Christian untuk memeriksa keadaannya, sementara dokter Caitlyn masih duduk di kursi yang ada di balkon itu.     

"Sepertinya kedua anak tuan Jack mengetahui ada yang tak beres dengan ayahnya,"gumam dokter Caitlyn lirih.     

Seoul, Korea Selatan. 01.00 PM     

Sudah lebih dari 10 jam pasca operasi Jack belum sadarkan diri, pelaku yang menyerangnya pun juga belum diketahui identitasnya oleh para polisi.     

Para polisi tak bisa bergerak leluasa karena berita soal penyerahan itu tak dipublikasikan, sehingga mereka sedikit sulit untuk meminta bantuan polisi dari daerah lain.     

Erick dan Nicholas yang belum tidur sejak tadi malam nampak sangat pucat. Keadaan keduanya benar-benar memprihatinkan, sehingga membuat Aaron yang baru selesai makan siang bersama Rose khawatir.     

"Tidurlah, kalian berdua sudah mirip zombie saat ini,"ucap Aaron pelan.     

Erick menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, Nicholas saja yang disuruh istirahat. Aku lihat tadi wajahnya sudah sangat pucat."     

"Memangnya kau tidak pucat, kau juga sama seperti Nicholas, Erick." Daniel yang baru kembali dari kantin tiba-tiba menyela perkataan Erick, perlahan ia menyerahkan dua botol susu murni untuk menambah stamina kepada Erick dan Nicholas.     

Erick dan Nicholas tak merespon perkataan Daniel, keduanya lebih memilih untuk minum susu pemberian Daniel dengan lahap. Melihat kondisi kedua asisten Jack membuat Aaron tersenyum tipis, ada rasa bangga dalam dirinya melihat kedua pria itu sangat setia pada Jack.     

"Kalau kalian berdua tidak mau istirahat lebih baik kalian makan dulu, tubuh kalian perlu asupan makanan supaya tidak drop. Apalagi kalian belum tidur dari semalam, jangan sampai kita semua menjadi lebih repot jika pasien bertambah,"ucap Aaron kembali. "Kami bertiga akan menggantikan kalian berdua menjaga Jack, lagipula saat ini semua anak buahku sudah mengosongkan lantai ini sehingga tidak akan ada orang yang bisa datang."     

"Aku belum lapar."Erick menyahut lirih.     

"Aku juga."Nicholas menimpali perkataan Erick dengan cepat.     

"Kalau kalian tak mau makan maka jangan salahkan aku jika aku menghubungi kak Anne dan mengabarkan peristiwa ini padanya, tentunya kalian tidak mau, bukan?"Alice yang baru kembali dari hotel untuk tidur tiba-tiba ikut berbicara, merespon perkataan Erick dan Nicholas.     

Kedua mata Erick dan Nicholas yang sayu tiba-tiba terbeliak lebar saat mendengar perkataan Alice, keduanya bahkan masih memberikan tatapan tajam pada Alice yang kini sudah berada ditengah-tengah mereka.     

"Tidurlah, kalian bukan robot. Ada kami yang akan menggantikan kalian menjaga Tuan, jangan khawatir,"ucap Alice kembali dengan lembut, ia merasa khawatir melihat kondisi kekasihnya dan Nicholas yang sudah sangat kacau itu.     

Alice tahu kedua pria yang sedang menjadi pusat perhatian mereka semua saat ini sedang merasa bersalah karena tak bisa menjaga Jack dengan baik, sehingga peristiwa semacam ini terjadi.     

Erick menghela nafas panjang. "Sungguh aku belum lelah, Alice. Kau tenang saja, aku tahu betul batas kemampuan tubuhku."     

"Aku juga akan langsung tidur jika mengantuk, kau tenang saja Alice. Lagipula baru saja kami diberikan susu murni oleh Daniel."Nicholas menyahut perkataan Erick perlahan sembari mengangkat kaleng susu murni yang isinya tinggal setengah ke arah Alice sambil tersenyum.     

Alice tersenyum kemudian duduk di hadapan Nicholas dan Erick. "Ini bukan salah kalian, ini adalah musibah yang tidak kita kehendaki dan kita duga. Jadi jangan menyalahkan diri kalian seperti ini, kalau nanti Tuan sudah sadar pun aku yakin dia tak akan menyalahkan kalian karena ini murni sebuah penyerangan yang tidak kita sangka. Jadi tolong jangan siksa tubuh kalian lebih lama lagi, kalian berdua bukan robot."     

Erick dan Nicholas perlahan tertunduk, ucapan Alice benar-benar berhasil membuat mereka tak bisa bicara. Keduanya sejak tadi malam memang menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa yang menimpa sang tuan dan sepertinya hanya Alice yang menyadari akan hal itu.     

"Yang dikatakan Alice benar, ini adalah musibah yang tak kita harapkan. Kalian berdua harus ikhlas menerimanya, yang terpenting saat ini adalah kita fokus pada kesembuhan Jack. Kalau kalian berdua terus seperti ini maka perhatian kita akan terpecah kepada kalian jika kalian jatuh sakit, jadi demi Jack juga lebih baik kalian istirahat. Demi Tuhan kalian sudah sangat pucat,"ucap Aaron pelan sambil menyentuh pundak Erick.     

Karena terus dipaksa akhirnya Erick dan Nicholas pun mau untuk istirahat meski mereka tidur di salah satu ranjang pasien yang berada tak jauh dari ruang perawatan Jack, keduanya menolak kembali ke hotel untuk istirahat.     

Aaron tersenyum tipis saat melihat Erick dan Nicholas tidur, hanya butuh waktu dua menit untuk keduanya terlelap. Sepertinya mereka benar-benar lelah.     

Jack sendiri meski sudah berhasil melewati masa kritisnya namun ia belum sadarkan diri, beruntung ujung pisau yang tertancap pada dadanya tidak menyentuh jantung. Sungguh kuasa Tuhan ujung pisau itu terhenti satu centi dari jantung, benar-benar keajaiban yang jarang terjadi. Bahkan para dokter yang melakukan operasi besar itu sampai menyebut nama Tuhan berkali-kali sebagai ucapan syukur atas keajaiban yang dialami pasiennya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.