Tante Seksi Itu Istriku

Cerita Dari Kardi



Cerita Dari Kardi

Melihat pamannya yang terbalut perban di kakinya, tidak tega dengan pria paruh baya itu. Sementara anaknya yang sibuk bermain game itu berlari ke kamar. Ia tentu akan menyimpan uang yang diberikan oleh sepupunya.     

"Aku kerja ke kota, Paman. Maafkan aku yang pergi tidak ngasih kabar sebelumnya. Aku tahu aku sudah salah." Usman hanya bisa menunduk sambil meringis. Sudah siap jika pamannya memukulnya lagi.     

Namun Kardi tidak memukul Usman seperti yang ia lakukan dulu. Karena keponakannya telah kembali, ia juga sudah merasa cukup senang. Tapi ia tidak mengutarakan kesenangannya dengan cara tersenyum atau memeluk pemuda di hadapannya. Ia lebih kepada bersikap dingin dan duduk kembali. Semua telah terjadi dan dirinya tidak tahu harus melakukan apa, pada keponakannya itu.     

"Duduk!" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Kardi. Ia sudah lama tidak bertemu dengan Usman yang ia besarkan. Walaupun ia sudah menyiksa anak itu, selalu menyuruh untuk bekerja setiap hari, karena ia juga sangat kesal dengan keluarga Usman. Dengan kedua orang tua Usman.     

Usman duduk di sofa, bersebelahan dengan tempat yang digunakan oleh Kardi duduk. Meletakan tas yang ia gendong di lantai. Ia bukan niat ingin kembali pada pamannya yang galak. Tapi ia memang seharusnya berbakti pada orang tua yang selama ini menampungnya. Memberinya tempat tinggal. Tentu Usman juga menjadi pribadi pekerja keras, karena pelatihannya yang keras juga dari sang paman. Walaupun Kardi tidak menyadari itu, dirinya telah membentuk jiwa Usman menjadi seorang yang pekerja keras.     

"Paman ... aku minta maaf karena meninggalkan rumah. Aku sudah dibesarkan oleh Paman dan bibi selama ini. Tapi malah aku tidak tahu diri dan meninggalkan rumah. Hanya Paman dan bibi, orang tua yang tersisa saat ini. Bapak sama ibuku juga tidak tahu di mana, aku tidak pernah tahu."     

"Baguslah kamu kembali, Usman. Paman dan bibi sedang susah, sekarang. Sudah beberapa hari paman tidak kerja. Jadi kamu bisa tinggal lagi di rumah ini. Tapi kamu harus bekerja lagi. Paman tidak mau menerima orang pemalas yang hanya numpang makan dan tidur di rumah ini." Kardi menatap ke arah Usman yang tertunduk. Entah perkataannya benar atau tidak, ia ingin keponakannya tetap kembali ke rumah itu.     

"Aku tidak akan merepotkan paman lagi. Lagipula aku datang ke sini untuk meminta restu pada Paman dan bibi. Semoga dengan restu kalian berdua, saya bisa menjadi lelaki yang tanggung jawab. Saya–"     

"Kamu mau minta restu? Maksudmu kamu sudah mau menikah dengan anak yang dijodohkan dua tahun lalu?" potong Kardi. Sebelum Usman mengatakan lebih banyak, ia merasa keponakannya sudah besar dan sudah sepantasnya menikah.     

"Bukan, Paman. Aku tidak mau menikahi perempuan itu. Aku sudah menikah, Paman. Dia mau menerimaku apa adanya dan kami sud–"     

"Cukup! Mau jadi apa kamu kalau menikah dengan perempuan tidak jelas asal-usulnya?" Kardi mulai naik pitam. Ia tidak menyangka Usman telah menikah selama ini. Tapi ia tidak bisa menolak perjodohan itu. "Kamu sudah dijodohkan dengan anak juragan cendol! Dia orang terkaya di desa ini, Usman! Kenapa kamu tidak pernah mengerti maksud paman? Kita itu orang miskin! Enak ada orang kaya mau menikahkan anaknya dengan kamu! Jadi kamu bisa meneruskan usaha cendol dari orang kaya itu!"     

"Maafkan aku, Paman. Aku sudah menikah dan punya anak. Dan aku tidak menyukai dia, Paman. Aku tidak bisa menerima dia menjadi istriku. Karena kepalanya mirip alien," ungkap Usman, menyampaikan unek-uneknya.     

Dalam hati, Kardi membenarkan ucapan Usman. Karena memang perempuan yang akan dijodohkan dengan Usman memang terlihat aneh. Dengan kepala di bagian atas besar dan mata yang besar. Juga suaranya juga terdengar aneh dan seperti orang ngorok. Tapi tetap saja, karena dia sudah berjanji, jika Usman kembali, maka akan dijodohkan dengan perempuan itu.     

"Tidak bisa! Kamu harus menikah dengan dia, Usman! Paman sudah berjanji dan kita akan memiliki kesempatan untuk mengangkat derajat keluarga kita! Jadi jangan seperti bapakmu yang menikahi wanita kota dan akhirnya kamu juga ditinggal begitu saja! Dan bapak kamu yang bodoh, jadi masuk penjara karena membunuh orang!"     

Selama hidup, Usman baru tahu tentang kedua orang tuanya. Ia tidak pernah mendengar cerita dari pamannya itu. Ia tidak pernah menyangka kalau bapaknya telah dipenjara dan ibunya meninggalkan dia bersama paman dan bibinya yang terkenal galak padanya.     

"Oh, kamu jadi tahu, kan? Biar kamu tahu sekalian! Bapak kamu adalah seorang preman di desa ini. Dia maling dan tukang palak. Dan ibumu orang kota yang memiliki orang tua yang pelit. Juga tidak menyetujui pernikahan ibumu dan bapakmu! Dan saat kamu lahir, bapak kamu sudah dipenjara karena telah membunuh orang dan telah terbukti merampok selama ini. Paman dan bibimu tidak tega padamu tapi ibumu meninggalkan kamu dengan menitipkannya pada kami! Wanita seperti ibumu juga seorang sampah dan mungkin sudah membusuk di kuburan! Bapak kamu juga sudah mati di penjara karena sakit jantung! Puas kamu, Usman!"     

Usman tidak menyangka akan seperti itu kejadiannya. Selama ini ia tidak pernah diberitau oleh Kardi tentang orang tuanya. Kardi menceritakan semuanya pada Usman. Mulai dari awal pertemuan orang tua Usman dan bapaknya, sampai mereka menikah di desa itu. Tapi setelah tahu suaminya pemabuk dan juga tukang palak dan pelaku kejahatan lainnya, itu sudah terlambat. Kedua orang tua Usman bercerai saat Usman dalam kandungan. Setelah Usman terlahir di dunia, ibunya Usman hendak membawanya ke kota. Tapi Kardi dan istrinya yang telah mencegahnya dan mengambil Usman.     

"Paman dan bibimu ini orang miskin. Tapi tidak tega melihatmu jika nantinya ibumu membunuhmu! Karena orang tuanya ibumu sangat membenci keluarga kami. Apa kamu akan menyalakan paman dan bibi yang selama ini keras padamu? Itu karena kami tidak ingin kamu seperti bapak kamu yang pemalas!"     

Usman berdiri dan mendekati pamannya dengan berlinang air matanya. Memang sikap paman dan bibinya selama ini keras padanya. Tapi tetap bersyukur karena mereka mau merawat dari kecil. Usman jongkok di depan pamannya untuk melakukan sungkem.     

"Maafkan aku, Paman. Maafkan aku yang selalu tidak tahu selama ini. Aku tahu, paman dan bibi yang hanya mengakuiku. Meski terlihat galak dan kasar, tapi kalian yang merawatku dan memberikan tempat tinggal. Sejak kecil pun sudah dirawat oleh kalian berdua!"     

"Makanya, kamu harus menikah dengan perempuan itu! Dengan anak juragan cendol! Mungkin ini bisa mengangkat derajat kita sebagai orang miskin. Paman tahu memang perempuan itu jelek seperti alien. Tapi kan kamu dapat banyak uang. Dan jaman sekarang sudah banyak yang bisa oprasi plastik. Suruh saja istrimu nanti untuk operasi plastik! Biar lebih cantik sedikit!"     

"Tapi istriku sekarang sudah sangat cantik, Paman! Jadi nggak perlu menikah dengan perempuan itu," lirih Usman tetap bersikukuh untuk bertahan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.