Tante Seksi Itu Istriku

Ke Penginapan Desa



Ke Penginapan Desa

Kehidupan Farisha dan Usman semakin bahagia semenjak kehadiran seorang anak yang diberi nama Farhan Haryana. Diambil dari nama depan Farisha dan nama belakang Usman yaitu Farhan. Dan Haryana yang berarti keberuntungan tiada tara. Yang dimaksud di sini, menceritakan seorang pemuda yang bernama Usman yang beruntung. Karena telah menikah dengan seorang wanita yang cantik dan juga seksi. Beruntung juga Farisha karena menemukan tambatan hatinya. Karena berkat Usman, dirinya kembali ke jalan yang benar. Dia sudah memutuskan hubungan secara sepihak dengan Vania. Tapi tidak tahu, mungkin wanita itu akan membuat masalah lagi.     

"Kamu yakin, kita sudah berada di jalan yang benar, hemm?" tanya Usman pada sang istri. Karena hari ini Usman telah membawa mobilnya sendiri.     

"Bener, kok. Mungkin kita akan segera sampai di tempat tinggalmu saat di desa. Ini aku sudah membaca petanya dengan benar. Kamu juga harus bisa baca peta ini. Orang kamu sudah punya bisnis sendiri, sudah punya banyak cabang pula, kenapa masih kudet? Masa pakai HP saja masih tidak bisa?" ketus Farisha dengan memonyongkan bibirnya.     

Saat ini umur anak mereka sudah satu tahun. Dan hari ini mereka berniat untuk menemui paman dari Usman. Karena tidak hafal jalan, membuat Farisha repot untuk terus menuntun jalan itu. Namun setelah sampai di sekitar tempat tinggalnya, ia sudah paham dan tidak perlu lagi penunjuk jalan.     

"Sudah, Tante ... kita tidak butuh penunjuk arah lagi. Tapi lebih baik kita mencari penginapan terlebih dahulu. Mungkin dulu aku melihat ada tempat penginapan yang ada di sekitar sini. Kita tidak mungkin langsung ketemu pamanku. Mungkin dia akan mengusirku atau malah menjodohkanku dengan perempuan yang tidak kusukai."     

"Oh, jadi sudah? Ya sudahlah ... kamu nggak mau kasih bayaran ke orang yang sudah membantumu? Apakah aku hanya disuruh tapi tidak digaji?" tuntut Farisha yang mengharapkan bayaran. Walau ia tahu suaminya itu tidaklah peka. Namun tetap saja dia orang yang baik hati. Jika ia jujur, akan dikasih apa yang ia inginkan.     

"Oh, masa sama istri sendiri kudu bayar? Ya sudah, kamu mau minta berapa? Sejuta cukup atau enggak?" tanya Usman dengan polosnya.     

Farisha semakin ngambek dibuatnya. Padahal ia sudah mendekatkan wajahnya. Sudah siap mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Tapi yang namanya Usman, jangankan Usman. Semua lelaki mungkin akan sama halnya, tidak akan tahu kode itu.     

"Iih, kamu nggak peka, sih? Ya sudah, pokoknya berhentiin mobilnya, sekarang!" perintah Farisha dengan tegas. Ia tidak ingin terjadi kecelakaan di saat Usman menyetir. Sebelum melakukan aksinya, ia harus pastian keselamatan mereka.     

Usman menuruti apa yang dimau istrinya. Ia merapat ke bahu jalan dan berhenti. Saat sudah berhenti, Farisha menutup kaca mobil. Ia tidak ingin ada yang tahu aksinya. Tiba-tiba saja ia menyosor terlebih dahulu. Ia mengecup bibir Usman lama. Ia juga memajukan dirinya untuk memeluk sang suami. Membuat Usman yang kewalahan menghadapi wanita yang lebih tua darinya itu. Jelas Usman mau jika mendapat serangan seperti itu dari wanita paling cantik di dunia ini.     

"Eh, sudah. Kita jangan ginian terus lah. Aku mau saja kalau tiap hari beginian, hehehe. Tapi kan ini tempat umum. Kamu coba lihat Farhan di belakang. Kan kasihan dia sampai nangis gitu."     

Farisha cemberut tapi ia sadar sudah menjadi seorang ibu. Ia lalu keluar dari mobil dan menemui anaknya yang menangis. Digendongnya dan disusui Farhan oleh Farisha. Walau usia sudah satu tahun, Farisha tetap menyusui Farhan dengan telaten. Itu berkat Usman yang selalu menyuruhnya. Dan terkadang sang suami juga berebut dengan anak mereka.     

"Uhh, jangan gigit dong, Nak. Kamu kayak papa kamu, tuh. Biasanya juga gigit-gigit punya mama, uhh," ringis Farisha yang merasakan ujungnya digigit oleh Farhan. Tapi itu sudah terbiasa digigit oleh Usman. Tapi sakit itu juga nikmat. Jika dimainkan oleh sang suami.     

"Eh, kok aku dibawa-bawa? Kan Tante sendiri yang minta digigit katanya sakit tapi nikmat. Tapi aku kena air susu kamu, kan?" protes Usman. Mengingat itu semua, malah membuatnya ingin melakukan hal itu lagi. Tapi sadar diri, ini masih ada di jalan. Jadi mereka harus pergi ke penginapan segera.     

"Kamu minum dan kamu juga senang. Aduh, kenapa punya suami kok pikirannya mesum mulu. Pastinya kamu lagi pengen, kan? Hayo ngaku nahlo. Kamu beruntung punya istri yang seksi gini. Biarpun sudah melahirkan satu anak, tetap masih seksi walau sudah tua, kikikikik," kikik Farisha kemudian.     

Tidak mau tergoda lagi dengan kata-kata manis wanita itu, membuat Usman membawa mobilnya menuju ke penginapan terdekat dan yang cukup bagus. Ia dulu juga sempat memiliki keinginan untuk bisa menginap di tempat yang bagus di desanya. Kini impiannya akan menjadi nyata, ketika dia akan mewujudkan impiannya itu.     

Tibalah mereka di sebuah penginapan yang dimaksud oleh Usman. Setelah sampai di sebuah penginapan yang besar, Usman memasukan mobil ke tempat parkir yang memang berada diuar ruangan. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam untuk mendaftar. Mereka mendapatkan kamar yang bagus dan langsung saja masuk ke dalam kamar mereka.     

"Maafkan aku. Ini adalah desa, kamarnya tidak kayak di kota atau rumah di kota. Tapi di sini kurasa sudah lumayan. Bagaimana menurutmu, Tante?" tanya Usman begitu sampai di dalam penginapan. Ia membawa beberapa tas yang berisi pakaian mereka bertiga.     

"Iya deh. Aku nurut aja sama suami. Yang penting kan kita bisa tidur di sini. Eh, tapi di sini nggak ada AC, yah? Tapi ada kipas anginnya. Ini kayak tempat waktu kamu tidur di swalayan. Jadi keinget yang dulu, kan?"     

Farisha meletakan Farhan di kasur yang tidak terlalu empuk. Tapi ia rasa tempatnya juga lumayan nyaman. Mereka melepas pakaian agar tidak kepanasan. Sementara anak mereka terlihat lapar dan menyusu kembali pada Farisha.     

"Aduh, Farhan ... gantian sama papa, dong. Masa kamu terus yang dapat dari tadi. Papa juga mau kayak kamu, hemm," ungkap Usman yang menelan salivanya melihat sesuatu yang sering. Tapi yang namanya Usman, tidak akan merasa bosan pada tubuh istrinya.     

"Papa nanti aja yah, hihihi. Biar dedek Farhan dulu yang minum. Papa nanti setelah dedek, hehehe," kekeh Farisha yang juga tidak sabaran. Mereka pun sama-sama tiduran di tempat itu. "Eh, Man. Kamu kunci dulu pintunya, gih! Masa aku kayak gini nanti ada yang masuk, bahaya, kan?"     

"Iya, deh. Aku malah lupa menutup pintu. Papa tutup pintu dulu, yah!" Usman bangkit dari tidurannya lalu menuju ke pintu kamar. Ia melihat ke samping kiri dan samping kanan. Dan ia terkejut karena melihat mantan majikannya dulu.     

Rupanya Menik dan Rinto berada di desa itu juga. Usman hanya melihat beberapa saat sampai melihat keduanya hilang di balik pintu suatu kamar. Kamar mereka tidak terlalu jauh tapi Usman yakin, mereka berdua tidak melihatnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.