Tante Seksi Itu Istriku

Keputusan Bersama Ibu Dan Anak



Keputusan Bersama Ibu Dan Anak

Mendengar bahwa Benny berada di rumah itu, membuat kepala Farisha mendidih. Selama ini memendam kebencian luar biasa dan saat tahu keberadaannya, membuat Farisha ingin melakukan pembalasan.     

"Kenapa ibu masih saja berhubungan dengan orang itu? Apa hati ibu terbuar dari baja? Huhh ... sekarang kita berkemas untuk pindah ke rumah di yang lebih layak. Tapi aku tidak akan izinkan ibu membawanya bersama kita!"     

"Jangan gitu, Nak! Dia sedang sakit dan tidak bisa ngapa-ngapain. Hanya kita yang bisa merawatnya sekarang. Setelah sembuh, kita bisa biarkan dia pergi, Sha. Ibu mohon untuk merawatnya sampai dia bisa berjalan sendiri."     

"Tidak! Kenapa tidak biarkan saja para wanita yang mengambil harta milikmu yang merawatnya? Dia juga bukan suami ibu lagi sejak tiga puluh tahun lalu. Dan kita tidak punya kewajiban untuk merawatnya!"     

Farisha bersikukuh tidak ingin Azhari merawat Benny. Ia mencari keberadaan pria yang sudah tidak bisa apa-apa lagi. Karena rasa bencinya, ia menendang Benny yang sedang duduk di kursi. Itu membuatnya terjatuh ke lantai. Azhari membiarkan perlakuan Farisha karena ia tahu, anaknya memendam kebencian luar biasa pada pria seperti Benny itu.     

"Ibu tahu kamu sangat membencinya, Farisha. Tapi dia sedang sakit saat ini. Kita tidak bisa membiarkan dia sendirian. Harus ada yang merawatnya. Kalau kamu tidak mau merawat, ibu akan merawatnya di sini. Ibu tidak perlu ikut denganmu. Semua yang kamu dapatkan kembali, untuk kamu dan menantu ibu saja. Kamu lebih baik mencari Usman dan hidup dengan baik. Ibu yakin, Usman tidak sama dengan ayahmu."     

Kata ayah bagi Farisha adalah kalimat yang tidak ingin ia dengar. Ia kembali menendang tubuh Benny kembali. Ia mendaratkan tendangan ke perut pria yang bahkan tidak bisa apa-apa lagi. Untuk beteriak kesakitan pun tidak bisa. Tubuhnya seakan mati rasa, tidak bisa merasakan sakit lagi. Lelaki itu membiarkan dirinya menjadi bulan-bulanan Farisha.     

"A-ku ta-hu ... ka-ka-mu ... me-mem-ben-ci ku. Ma-af-kan a-yah, Nak ..." lirih Benny dengan terbata. Ia mengeluarkan seluruh energinya untuk berbicara seperti itu kepada anaknya. Ia yang dulu memukuli dan menendangnya. Kini menjadi kebalikannya. Rasanya belum cukup tendangan yang diberikan Farisha. Selama bersama Azhari pun, ia kerap kali mendapatkan pukulan dan tendangan. Kini badannya sudah dipenuhi luka lebam berwarna biru yang lama kelamaan mulai menghitam.     

"Ah, tidak ada gunanya menyiksamu dalam kondisi seperti ini. Baiklah, Bu ...." Farisha menengok ke arah Azhari lalu melanjutkan, "Yang penting ada yang merawatnya, kan? Ibu harus ikut denganku tapi orang ini akan diurus tapi bukan ibu yang mengurusnya. Aku akan membantunya agar bisa diururus oleh orang yang cocok."     

"Iya ... kalau ada yang mengurusnya, tidak masalah. Ibu juga sebenarnya tidak ingin melihatnya lagi. Ibu sudah memutuskan untuk tidak menganggapnya sebagai suami. Ibu juga harus mengurus surat perceraian namun kamu harus pastikan dia diuris oleh orang yang tepat. Kamu tidak berbohong pada ibu, kan?"     

"Bagaimana aku berbohong pada wanita yang telah melahirkanku? Ibu tahu semua rahasiaku. Dan kurasa aku tidak akan bisa berbohong padamu, kan? Biarkan saja seperti ini, Bu. Nanti aku hubungi orang untuk menjemputnya dan mengantarkan orang ini ke tempat yang layak, wanita yang mengambil semua hartamu, pasti perduli dengannya, kan?"     

"Kurasa tidak, Sha. Dulu ibu menghubungi mereka, tidak ada yang mau merawatnya. Mereka sudah mengambil semua milik ibu dan mereka orang yang kejam. Kita tidak bisa biarkan dia dirawat oleh mereka."     

"Sudahlah, Bu. Lagian mereka yang menikmati hartamu. Tapi bagaimana kalau kita bisa membuat mereka mau merawat orang ini? Kita bisa dengan tenang tanpa memikirkan orang ini lagi. Mereka pasti akan mau menerima orang ini setelah aku mengancamnya. Karena aku tahu apa yang bisa kulakukan jika mereka tidak mau."     

Azhari terdiam. Memang perkataan Farisha cukup meyakinkan. Sebenarnya ia juga berharap orang-orangnya kembali. Jika ia tidak menerima tawaran Farisha untuk ikut bersamanya, ia merasa bersalah kepada mereka yang bahkan ia belum memberikan gaji penuh.     

"Apakah kita bisa mengembalikan orang-orang kita dulu? Mereka juga belum sempat ibu gaji penuh. Ah, ibu sungguh bersalah pada mereka semua. Ibu akan mengikuti apa maumu asalkan mereka bisa kembali."     

"Tentu ... tentu saja ibu bebas melakukan apapun karena ini memang punya ibu. Tapi aku yang mengambilnya kembali harta ibu. Jadi permintaanku hanya satu. Jangan pernah berurusan dengan orang ini selamanya! Maka aku akan kembalikan semuanya ke ibu."     

"Tidak, Nak. Semua itu untuk kamu. Ibu hanya ingin mereka kembali untuk menemaniku saat kamu bersama Usman. Masalah harta, atau apapun itu, ibu pasti bisa mencarinya lagi dengan bantuan darimu. Ayo bantu ibu untuk beberes pakaian! Ibu percayakan semua padamu."     

Setelah mendengar pernyataan Azhari, membuat Farisha tersenyum. Berbeda dengan Benny yang menangis karena ia sudah tidak dianggap oleh mereka. Ia juga tidak mengira kalau para wanita yang selalu menemaninya akan mengambil semua miliknya. Lebih tepatnya semua itu milik wanita yang ia nikahi tiga puluh satu tahun lalu. Salah besar telah memperlakukan istri dan anaknya tidak baik.     

Farisha dan Azhari membereskan pakaian dan mereka membawa Benny masuk ke dalam mobil dengan mendorongnya dengan kursi roda yang dibeli Azhari dengan sisa-sisa perhiasan yang berada di leher dan tangannya. Ia sekarang tidak memiliki perhiasan lagi dan juga sudah menjual beberapa barang mahal miliknya. Dan sekarang ia memakai barang-barang murah yang dibelinya di pasar.     

Orang-orang itu melihat dua wanita itu membawa Benny. Saat melihat lelaki itu keluar dari rumah, membuat mereka takut dengan wajah itu. Wajah yang penuh dengan luka lebam dan menghitam.     

"Ini baru pertama kali melihat orang itu. Ternyata keadaannya sungguh mengerikan. Mengapa tidak dari dulu saja anaknya membawanya? Kenapa baru sekarang, saat keadaannya sudah seperti ini?"     

Orang-orang mulai membicarakan tentang Benny dan keluarga itu. Sebelumnya mereka telah meninggalkan tempat setelah Farisha masuk ke dalam kontrakan bersama ibunya. Saat ini ada yang melihat mereka pergi dari tempat itu. Membuat pemikiran buruk tentang sang anak yang dianggap tidak bertanggung jawab terhadap orang tua.     

Benny dibawa ke dalam mobil oleh Azhari. Sementara Farisha membawa barang-barang sang ibu dan juga barang-barang Benny yang telah dipisahkan. Ia segera memasukkannya ke dalam bagasi mobil.     

"Maaf, Bapak dan Ibu sekalian. Di dalam kontrakan masih ada pakaian yang tidak bisa saya jual. Itu boleh kajian ambil untuk kalian," ucap Azhari yang melihat tatapan tajam para tetangga.     

"Benarkah itu? Kalau begitu, kita bisa memakai pakaian baru, dong?" Antusias warga yang mendengar ucapan Azhari, membuat mereka tidak lagi membenci mereka. Karena pakaian yang berada di dalam boleh diambil, maka banyak orang yang langsung mengarah ke kontrakan tersebut.     

Beberapa orang yang mendengar pun dengan berangsur berdatangan. Farisha segera masuk ke dalam mobil setelah menaruh barang-barang tersebut. Ia mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu. Sementara Azhari duduk di sebelah anaknya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.