Tante Seksi Itu Istriku

Pekerjaan Usman



Pekerjaan Usman

Beberapa hari bekerja di tempat baru, tersasa menyenangkan bagi Usman. Apalagi dengan kehadiran orang-orang baik seperti satpam rumah dan sopir. Namun hal yang membosankan adalah pria tua itu terus-teruskan menceritakan tentang orang-orang di rumah itu. Mulai dari Rinto yang merupakan pemilik rumah. Yang pernah menikah dua kali. Juga dengan Menik yang juga pernah punya anak dengan suami pertamanya. Selain itu, masih ada cerita lainnya.     

"Selanjutnya adalah dua pembantu yang bekerja di rumah ini. Yang pertama adalah Maemunah yang bekerja dari semenjak tuan Rinto kecil. Orang itu juga jangan kamu lawan. Lebih baik kamu hindari orang itu," ungkap Karyan yang sedang menikmati minuman kopinya.     

"Iya, kan sudah diceritakan beberapa hari yang lalu. Aku tidak boleh juga menantang beliau, kan? Apapun yang disuruh, harus dikerjakan," balas Usman dengan berpura-pura antusias.     

Usman dan Karyan sedang duduk di pelataran rumah sambil minum kopi. Karena Usman jarang minum kopi, pagi ini ia hanya minum yang lainnya. Ia minum wedang jahe yang cocok dininum saat udara di sekitar cukup dingin. Di perumahan itu, banyak pepohonan besar. Bahkan ada sebuah taman yang dekat dengan rumah itu. Taman itu biasa digunakan untuk orang tua bercengkrama. Kadang seminggu dua sampai tiga kali, diadakan olahraga di sana. Kadang terlihat pria yang memiliki otot lengan yang besar.     

Pernah beberapa kali Usman disuruh membeli kopi oleh Karyan ke warung. Saat itu, ia melewati taman yang cukup luas. Ada pohon matoa dan pohon mahoni yang tumbuh di sekitaran taman. Selain itu, ada pohon mangga dan rambutan yang ukurannya lebih kecil. Yang tingginya baru dua sampai tiga meter. Berbagai alat olahraga seperti rantai besi yang besar dan panjang, ban yang berukuran sangat besar, ada juga alat olahraga yang dipakai bergiliran.     

"Kamu juga sudah melihat pembantu lain. Yang namanya Rani itu. Dia orangnya gampang akrap dengan siapapun. Dan orangnya juga ceplas-ceplos, bahkan di depan majikannya sendiri. Tapi dia juga tetap menghormati orang lain. Mudah bergaul dan anaknya juga cantik, loh. Mungkin sudah bisa menikah. Namun masih kuliah, anaknya."     

"Kalau bertemu dengan bu Rani, kita juga harus menyapa dengan sopan. Jangan sekali-kali tidak memperdulikannya. Beliau juga orang yang baperan dan tidak suka kalau dicuekin." Usman sampai hafal, cerita tentang orang itu. Memang demikian apa yang dikatakannya.     

"Iya, untung kamu tahu itu. Semua orang yang lebih tua darimu memang harus kamu hormato. Selain diriku yang sudah tua, ada satu sopir lagi yang bekerja di sini. Yang namanya Dasim itu, kamu harus tahu. Dia orang seperti apa, saya juga kurang begitu tahu. Biasanya ia bekerja tapi sering sekali mengeluh dan suka sekali marah-marah. Kalau kamu berpapasan dengannya, lebih baik kamu diam. Jangan sampai berurusan dengan lekaki itu. Karena dia sulit untuk di dekati."     

"Iya, aku ingat tentangnya. Karena kecelakaan waktu itu, beliau juga tidak suka denganku. Orang sudah aku tolong, bukannya berterima kasih, malah mengalahkan aku. Aku mungkin tak mempermasalahkan untuk ucapan terima kasih. Tapi yang aku sayangkan, kenapa beliau sampai memarahiku terus?"     

"Kamu jangan pikirkan orang itu, Nak. Lebih baik kamu fokus pada dirkimu sendiri! Aku sudah menceritakan semua orang di rumah ini, kan? Mungkin untuk orang tua tuan Rinto belum saya ceritakan. Tapi mereka tidak tinggal di sini lagi. Kadang beberapa bulan sekali mereka akan datang ke sini untuk mengunjungi anak dan menantu mereka."     

Dua orang tua Rinto, Usman memang belum diberitahu. Yang jelas dua orang tua itu belum tahu bagaimana rupa mereka. Yang jelas, usia keduanya juga sudah tidak muda lagi. Bisa saja sudah ditumbuhi rambut berwarna putih.     

"Kamu hari ini disuruh tuan Rinto untuk membereskan tanaman, kan? Apa kamu pernah merawat tanaman sebelumnya? Ini adalah hal yang sering dilakukan oleh non Menik. Dia juga kadang bersama Rani yang senang menempel padanya. Kamu bantu dan kerjakan apa yang mereka suruh."     

Usman mengangguk setuju. Selain nurut pada mereka, ia juga tidak bisa melakukan sendiri. Sedari dulu, Usman tidak pernah merawat tanaman. Ia akan kesulitan nanti jika mengerjakan suatu pekerjaan itu. Kenarin ia sudah membersihkan kolam renang yang berada di belakang. Di belakang dan di samping rumah adalah taman besar yang bisa digunakan untuk berkebun. Ada beberapa jenis tanaman hias atau bunga. Ada juga beberapa pohon besar yang tumbuh di tempat tertentu.     

Selain membersihkan kolam, Usman juga sesekali bermain air di sana. Ia tidak bisa berenang, membuatnya tidak berani nyebur ke dalam kolam renang besar itu. Setelah dari kolam renang, Usman membersihkan kaca jendela dari luar. Juga membersihkan kamar mandi di samping kolam renang.     

"Ini sudah pukul delapan pagi. Karena ini hari libur, tuan Rinto biasanya ada di rumah. Kadang membawa istrinya jalan-jalan. Hari ini kebetulan istrinya juga akan berada di taman. Tuan Rinto sendiri akan menemaninya. Jadi kamu bisa bersama mereka. Kalau di depan tuan Rinto, sebaiknya kamu jaga sikapmu. Jangan sampai buat marah. Apalagi kalau sampai tidak mengindahkan panggilan atau perintahnya."     

Hari ini adalah hari yang sulit bagi Usman. Entah apa yang harus ia lakukan hari ini. Yang pasti ini adalah hari pertama akan bekerja atas pengawasan pemilik rumah secara langsung. Dan untuk saat ini mereka masih tidur karena aktifitas semalam yang ribut. Usman juga tahu apa yang mereka lakukan di malam hari. Hanya saja ia tidak menyangka kalau suara mereka terdengar dari balik pintu. Semalam ia datang ke lantai atas untuk mengantarkan pakaian mereka atas perintah Rani yang sedang sibuk. Karena mendengar keduanya yang sedang berolah raga malam, ia kembali dan menceritakan pada Rani. Asisten rumah tangga itu segera mengambil alih dan menyuruh Usman agar tidak berkata apapun. Ia harus menyimpan itu rapat-rapat.     

"Kalau begitu, saya akan pulang sebentar. Hari ini sebenarnya juga hari liburku kalau tidak ada panggilan dari tuan Rinto. Kerja jadi sopir itu membuat kita tidak bebas. Tapi di usiaku ini, tidak ada kata untuk menganggur. Mungkin akan lebih baik kalau bekerja di taksi. Saya juga kadang ikut bekerja di sana. Ada orang tua seoertiku juga yang memiliki usaha itu. Dan kamu harus tahu siapa dia."     

Usman jelas tidak tahu siapa orang yang dimaksud. Lagipula ia juga tidak merasa itu hal yang penting baginya. Walau itu adalah seorang artis atau siapapun itu. Ia tidak tertarik seoerti orang lain itu. Ia kembali meminum wedang jahe yang dibelinya dari uang yang diberikan oleh Rani. Kadang Rani membagi uang kopi atau rokok pada Usman. Karena Usman tidak merokok, ia juga tidak pernah membelinya. Sebenarnya uang itu dikelola oleh Maemunah sebagai pimpinan bagi mereka. Untuk masalah gaji pun diserahkan pada wanita itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.