Tante Seksi Itu Istriku

Mengajak Si Halu



Mengajak Si Halu

Bisa diibaratkan sebagai mendapat kotak misteri. Bisa akan mendapatkan harta karun yang luar biasa atau mendapatkan sebuah kejutan tidak menyenangkan. Namun dalam benak Bram, ia akan mendapatkan hal yang tidak terduga. Hal yang membuat hidupnya lebih berwarna. Mungkin saja Farisha meminta bantuannya untuk melakukan hal menyenangkan bersama.     

"Tidak ada pilihan lain. Awas kau, Sherly! Mungkin masih banyak Sherly, Serly lain. Akan ku pastikan mereka hidup dengan rasa keputus asaan! Jangan harap bisa hidup tenang setelah membuat hidup ibuku menderita! Dan Benny juga! Kan ku pastikan dia mendapat ganjaran yang setimpal, nantinya."     

Dengan niat membalas semua orang yang terlibat menguras harta orang tuanya, Farisha harus berpikir matang. Ia akan membuat rencana dan membutuhkan bantuan orang lain. Kali ini ia memiliki Bram yang mungkin saja bisa membantunya untuk mengatasi masalah yang sedang ia hadapi.     

Dua mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Keduanya menuju ke tempat yang telah ditentukan. Bram berada di belakang Farisha. Mereka akhirnya tiba di sebuah restoran setelah berkendara selama lima belas menit. Sesampainya di restoran, Farisha memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Kemudian turun dan menunggu Bram yang masih belum sampai. Karena ada kendaraan lain yang menghalangi. Namun ia yakin pria yang akan menolongnya tahu kalau ia sudah sampai di tempat tujuan.     

Bram melihat Farisha turun dari mobilnya. Wanita itu terlihat sedang menunggunya dengan masih berdiri di samping mobilnya. Untungnya jarak berkendara mereka tidak terlalu jauh. Sehingga ia bisa menyusul ke tempat yang sudah dijanjikan. Bram memarkirkan mobilnya dengan dibantu oleh petugas parkir yang berada di tempat itu.     

"Akhirnya bisa makan malam bersama Farisha. Ini adalah momen paling sejarah di dalam percintaan ku. Ya Tuhan, semoga hari ini hamba mendapatkan hasil yang memuaskan. Kebahagiaan akan datang padaku dan janganlah membuat aku dalam dilema seperti ini. Duh, rasanya sudah tidak sabar lagi. Semoga bisa melewati malam penuh cinta di antara kita berdua."     

Suasana di luar terlihat terang, dengan lampu berwarna-warni. Juga dengan sebuah taman dan air mancur di samping gedung tersebut. Selain bisa makan enak, pemandangan yang indah dengan pesonanya, membuat setiap orang betah. Ornamen unik di dalam restoran, memberi kesan klasik dan juga berkelas. Apalagi dengan barang-barang yang terpajang dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa. Menghasilkan karya seni luar biasa.     

Bram dan Farisha masuk ke dalam restoran yang terlihat sepi. Sebenarnya bukan tidak ada yang datang. Ada banyak mobil yang terparkir di halaman depan. Hanya saja di restoran itu cukup besar. Setiap meja makan, memiliki jarak yang cukup jauh dari meja lainnya. Saat mereka ke dalam, Farisha mencari tempat yang paling pojok. Itu akan lebih membuatnya merasa tenang.     

"Kita beneran mau duduk di sini? Ini di pojokan, loh. Hehehe, aku tidak tahu apa niat kamu membawa aku ke sini. Tapi kurasa aku sudah siap untuk menerima apapun yang akan kamu lakukan. Aku depenuhnya percaya terhadapmu, Farisha." Bram mengedipkan satu matanya saat menatap Farisha.     

"Kalau kelipan, ke kamar mandi saja dulu! Aku tidak bisa buru-buru mengatakannya. Ini sudah malam dan harus mulai perencanaan yang matang. Jadi tidak usah terburu-buru," sahut Farisha dengan pandangan acuh. Ia melihat ke kiri dan kanan. Tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Karena tidak ada orang yang dekat dengan dirinya saat ini.     

"Oh, aku sampai lupa begini. Maafkan daku, Adinda. Daku akan pergi ke toilet terlebih dahulu. Sepertinya aku agak gugup, owhh," pungkas Bram. Beberapa detik kemudian, ia sudah tidak ada di tempat. Saat ini Bram sudah menuju ke toilet.     

Sebuah tempat yang tenang, diperlukan otak untuk berpikir jernih. Suara air pancuran yang berirama sangat cocok untuk menenangkan diri. Biasanya Farisha akan pergi ke club malam bersama dengan Vania. Di sana mereka melakukan hal seperti biasanya, seperti sepasang kekasih. Mereka bisa pulang dengan keadaan mabok. Namun ia sekarang menyadari, hal yang lalu itu biarlah berlalu. Ini adalah tempat di mana masa kecil Farisha bersama Azhari. Mereka datang ke restoran terkenal itu bersama. Sekarang ia hanya seorang diri. Meskipun ia akan bersama dengan Bram. Bram merupakan pria pertama yang ia ajak ke tempat yang saat ini ia kunjungi.     

Seorang waiter muda berjalan menuju ke arah Farisha. Dari kejauhan memang terlihat Farisha yang sedang duduk seorang diri. Sang waiter menyapa dengan ucapan selamat datang. Lalu memberikan buku menu kepada Farisha.     

"Selamat datang di reestoran 'Water paradise' yang buka setiap hari. Dengan hidangan andalan ikan air tawar sampai sefood, ada di sini. Hallo, Kakak mau pesen apa? Silahkan bisa dilihat menunya," tutur sang waiter dengan senyumannya yang lebar. Apalagi melihat seorang wanita cantik sendirian. Ia ingin menemani jika ada waktu. Mamun ini dalam jam kerjanya. Tentu ini adalah salah satu restoran mewah di kota ini.     

Farisha tidak menjawab ucapan sang waiter. Karena ia sudah hafal menu, ia tidak perlu khawatir. Hanya saja ada beberapa menu baru yang pantas dicoba. Farisha memesan makanan untuk dirinya dan juga untuk Bram. Ia yakin apapun yang tersedia, lelaki itu akan memakannya. Ia juga memesan minuman yang juga satu pasang. Membuat waiter merasa aneh dan merasa orang yang dipersilahkan makan adalah dirinya.     

Saat di kamar mandi atau toilet, Bram membasuh wajahnya yang berminyak dan mengelapnya dengan sapu tangan. Mempersiapkan apa yang akan terjadi nantinya. Yang pasti mereka akan membicarakan hal yang serius. Setelah penampilan rapih, Bram keluar dari toilet pria. Ia kembali ke tempat Farisha berada. Di sana wanita cantik nan seksi tengah duduk menatapi ponselnya yang sudah seharusnya tidak dipakai lagi. Wanita itu bisa membeli yang baru sebanyak yang ia mau.     

"Apakah dia butuh hape baru? Kalau begitu, mungkin aku bisa membelikannya. Atau bagaimana aku menjawab apa yang dikatakan oleh bidadari dunia itu? Alangkah senangnya mendapat kesempatan emas untuk bisa berdua denganmu."     

Tak butuh waktu lama, sampailah Bram ke tempat di mana Farisha berada. Istri dari teman dekatnya, Usman itu adalah bidadari bagi Bram. Setelah dekat di meja makan, ia menunduk di samping kursi yang diduduki oleh Farisha.     

"Kamu ngapain jongkok kayak anjing di situ? Duduk!" perintah Farisha. "Aku datang ke sini bukan untuk bercanda, Bram! Apapun di pikiran kamu yang tidak baik, tolong dihilangkan! Aku membawamu ke sini untuk membantuku!" Ia menyilangkan tangannya di dadanya. Raut wajahnya menjadi kesal karena ulah Bram. Mungkin kalau keadaannya tidak mendesak, ia akan sedikit senyuman di bibirnya. Bahkan untuk tersenyum pun ia lupa.     

"Kalau begitu, baiklah ... aku akan mendengar apa yang kamu katakan. Bilang saja terus terang padaku. Dan jangan pernah takut untuk berbicara. Aku akan siap untuk menjawab dengan cepat." Bram tidak sabar lagi, menungu Farisha mengatakannya.     

Waiter yang menerima pesanan Farisha datang membawa pesanan. Ia kaget setelah melihat Bram. Memang salah dirinya juga yang berharap kalau wanita itu sendirian dan mungkin butuh teman untuk mengobrol. Tapi nyatanya di itu tidak. Ternyata wanita itu datang bersama orang lain.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.