Tante Seksi Itu Istriku

Serba Bisa



Serba Bisa

Nehan masih tiduran di tanah, membuat Sekar kesal. Wanita itu juga merasa lelah setelah berlari dari kejaran tiga pendekar itu. Walau ilmunya tidak sehebat tiga pendekar itu, dirinya yakin, mereka tidak bisa mengejarnya. Bahkan tidak bisa mengetahui keberadaan mereka.     

"Walau aku merasa kesal, aku berhutang nyawa padanya. Tidak bisa dipungkiri, tabib itu cukup cerdas," lirih Sekar, memuji Nehan.     

"Kau memang akan tahu, aku memang orang yang hebat. Bahkan aku juga sudah cerdas dari lahir. Apa kamu tahu, hemm?"     

Tiba-tiba Nehan sudah berada di belakang Sekar. Membuat wanita itu terlonjak kaget dan maju menabrak pagar. Pagar yang ditabrak pun menjadi berantakan.     

"Akh! Sial! Kenapa kamu mengagetkanku seperti ini?" protes Sekar dengan wajah masam, marah pada Nehan. Ia menunjuk ke arah pemuda itu dengan jarinya.     

"Hemm, bagaimana kamu lupa, aku sudah menyelamatkan hidupmu, aku juga bisa membuatmu jatuh cinta padaku, hem ... kenapa kamu kaget seperti itu? Apakah karena melihat aku yang tampan ini, Sayang?" Nehan merayu Sekar, mendekat ke arah wanita itu.     

Semakin marah, Sekar melihat Nehan yang sudah membuatnya kaget. Ia mengambil pedangnya yang tergeletak di lantai. Dengan mata yang melotot, seperti mau keluar dari tempatnya, malah membuat Nehan tertawa dengan lantang.     

"Hahahaha! Kau ini, kenapa malah melotot seperti itu? Awas, nanti kalau matamu keluar, akan sulit untukku memperbaikinya, hah!"     

"Kurang ajar! Kau berani menghinaku, hah?" Dengan satu gerakan cepat, ia mencabut pedang dari sarungnya. "Sebaiknya kau jaga ucapanmu, atau kau akan mati, hemm ...."     

Dengan kecepatannya, Sekar sudah menempelkan pedangnya di leher Nehan. Namun tabib itu masih bisa tersenyum. Ia yakin, tidak akan terbunuh saat ini. Karena Sekar, sebenarnya adalah orang yang baik. Tidak mungkin berani membunuh.     

Walau dengan arogansinya, Sekar tetap tidak bisa membuat Nehan gentar. Walau sikapnya yang kadang menjengkelkan, ia tahu bagaimana menghadapi musuh yang lebih kuat darinya. Dengan menjentikkan jari, Nehan membuat benang yang terhubung dekat dengannya, memunculkan serangan, sebuah anak panah.     

Sekar yang melihat anak panah itu, lantas melepaskan Nehan dan menebas anak panah yang melesat ke arahnya. Sementara Nehan langsung menunduk dengan cepat. Beberapa anak panah kembali melesat dan hampir mengenai Sekar. Tidak menyangka, Nehan memiliki senjata rahasia di rumahnya, membuat Sekar kewalahan.     

"Hihihi, keren juga itu pendekar. Sudah cantik, hebat dalam seni bela diri. Hemm ... bagaimana mungkin, melepaskan wanita sejago ini? Apalagi hatinya masih bersih, bagaimana ia membunuh orang yang tidak bersalah?"     

Nehan sudah pernah hidup bersama dengan pendekar wanita yang berasal dari perguruan wanita. Mereka hanya merekrut wanita yang dilatih untuk membela diri dan untuk membunuh. Perguruan wanita, tidak pernah mengizinkan seorang pria untuk bekerja sama. Bahkan untuk menikah atau sekedar menjalin hubungan antara pria dan wanita.     

Di perguruan Gendani Ireng dulu, Nehan pernah mendapatkan siksaan di penjara bersama ibu kandungnya.yang merupakan murid dari perguruan wanita itu. Hingga pada akhirnya sang ibu dihukum mati dan Nehan dibawa kabur oleh seorang pendekar wanita yang merupakan seorang pendekar hebat, kakak seperguruan ibu kandung Nehan.     

"Kau jangan sampai seperti ibuku, Sekar. Dan aku pun tidak ingin menjadi seperti ayahku. Hati yang bersih sepertimu, harus selalu bersih dan jangan sampai dimanfaatkan oleh orang lain. Jangan karena perguruanmu, kau akan kehilangan nyawamu nantinya," lirih Nehan sambil jongkok.     

Sekar masih menahan anak panah agar tidak mengenainya. Dengan susah payah, ia melakukan itu semua. Bahkan, beberapa kali potongan anak panah itu mengenai Nehan. Karena tidak ingin menjadi lebih bermasalah, Nehan merangkak masuk ke dalam rumah.     

"Sialan! Kenapa anak panah ini malah semakin banyak, huh!" keluh Sekar. Ia terus menahan serangan. Hingga ia merasakan ada anak panah yang mengenainya. "Akh! Apa yang terjadi? Anak panah ini memang bikin sakit. Tapi tidak menembus tubuhku?"     

Sekar menyadari kalau anak panah itu tidak berbahaya. Wanita itu melompat ke sebuah pohon yang ada di depan rumah. Membiarkan anak panah itu sampai habis.     

"Tabib kurang ajar! Ternyata dia hanya mengerjai aku seperti ini. Akan kubalas kau nanti, Nehan." Sekar menggenggam pedangnya sambil duduk di atas dahan. Menyaksikan sampai beberapa saat. Hingga akhirnya serangan itu terhenti.     

"Wanita itu memang tidak tahu diri. Sudah ditolong, malah berniat membunuhku. Huhh, ini harus menjadi hal yang baik, tidak boleh terburu-buru. Wanita akan senang jika diberi bumbu-bumbu cinta. Apalagi kalau masalah perut, dia pasti tidak butuh kompromi."     

Siang menjelang sore, Nehan memasak di dapur, membuat Sekar yang mencium bau wangi itu mengintip dari luar. Wanita itu sudah sangat lapar karena sejak pagi belum makan. Ditambah dengan memakai kekuatannya untuk berlari dengan cepat sampai ke rumah itu.     

"Harusnya aku membunuhnya hari ini. Tapi kenapa aku harus membunuh orang yang tidak bersalah? Apa aku harus membunuh tabib yang telah berjasa untuk menyelamatkan Cempaka? Ih, betapa bersalahnya diriku," tutur Sekar sambil bersembunyi di balik tembok.     

Sengaja Nehan memasak banyak untuk hari ini. Karena tahu Sekar pasti akan makan banyak. Ia mengambil bubur yang telah dimasak bersama dengan air bening untuk dibawa ke kamar yang ditempati oleh wanita yang telah ia tolong waktu itu.     

Sementara Sekar yang sudah merasa lapar, masuk ke dalam dapur dan melihat cukup banyak makanan. Namun berbeda dari tadi pagi. Hanya ada sayuran dan nasi. Walau jumlah nasi yang lebih banyak dari tadi pagi.     

"Ah, tidak masalah, hanya ada ini. Yang penting perutku kenyang hari ini." Sekar mengambil makanan itu dengan tersenyum senang. Selama di perguruannya, ia hanya makan sedikit dan rasanya juga hambar. Berbeda saat di rumah tabib itu. Makanan itu lebih berasa dan membuatnya ingin makan lagi dan lagi.     

"Sebenarnya Nehan itu seorang tabib, seorang ahli jebakan atau tukang masak, sih? Tapi dia kadang bertingkah gila. Sebenarnya orang itu sangat misterius. Dia orang yang serba bisa, bisa melakukan apapun kecuali bertarung. Eh, tepatnya, ia bertarung dengan caranya sendiri."     

Nehan yang serba bisa itu, membuat Sekar tidak bisa memungkiri, kalau dirinya mengagumi pria itu. Hanya satu yang tidak ia suka, pemuda itu kadang gila. Saat ini ia sudah makan, masakan yang dibuat oleh Nehan.     

Karena sedang merawat seseorang, Nehan menemui seseorang itu. Wanita yang sedang terbaring lemah di tempat tidurnya. Wanita itu saat ini dalam keadaan tersadar. Walau tidak bisa melihat, ia tahu, penolongnya telah pulang dan akan memberinya makan. Tentu ia sudah menantikan kehadiran sang tabib itu.     

"Hei, apakah kau telah menantikan tabib yang tampan ini, hemm? Ayo, saatnya kamu makan dulu! Hari ini, aku menemukan obat untuk kamu. Dan kebetulan sekali, hari ini, kita akan bisa mengobati matamu. Tapi kau makanlah terlebih dahulu."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.