Tante Seksi Itu Istriku

Yang Ditinggalkan



Yang Ditinggalkan

Farisha menunggu sambil mencoba menghubungi ibunya. Namun tidak juga ada balasan. Ia juga mengirim pesan untuk ibunya. Dan yang terjadi selanjutnya adalah hanya terkim tapi tidak keterima. Membuat wanita itu kesal dan ingin menangis saja. Tapi di saat seperti ini tidak ada waktu untuk menangis. Ingat umurnya yang sudah kepala tiga, bukan wanita berusia dua puluh tahunan lagi.     

"Tenangkan dirimu, Sayang. Ini tidak akan apa-apa. Kita doakan saja, semoga ini hanya salah paham saja. Kita sebentar lagi akan berangkat ke Jakarta. Kamu harus berpikir tenang hari ini." Usman memanggil sayang karena ada orang lain. Walau lidahnya masih belum terbiasa menyebutnya. Tapi disetiap bertemu orang lain, ia masih melakukannya.     

Sementara di luar, wanita pemilik rumah makan itu membawa bungkusan kresek putih. Ia baru saja dari supermarket untuk membeli minuman dan beberapa buah-buahan. Ia sengaja membelikan itu untuk Farisha dan Usman. Untuk bekal nanti jika berada di bus. Ini ia lakukan karena uang yang diberikan cukup banyak. Sedangkan ia harus membalas kebaikan sedikit saja. Anggap saja sebagai bantuan bagi mereka. Karena ia berpikir, Farisha dan Usman tidak sempat membawa bekal. Mungkin di perjalanan akan merasa haus dan lapar, wanita itu sudah membeli minuman dan beberapa makanan ringan.     

"Bu, sudah dapat bekal untuk mereka? Ah, mereka baik banget, pakai ngasih duit banyak banget, lagi. Jadi kita harus baik sama mereka juga." Pria itu menyambut istrinya untuk mencegahnya. "Sini, taruh saja di meja! Nanti kalau mereka akan pulang, baru kasih ke mereka. Takutnya mereka tidak mau terima dan malah bikin repot lagi. Jadi buat nanti saja, yah!"     

"Iya, Pak. Kalau begitu, tinggal nunggu sebentar lagi. Mungkin mereka sudah selesai mandi. Soalnya harus antre juga. Kalau belum, ibu yang mau panggil mereka saja. Takutnya malah telat."     

Farisha dan Usman mandi di sumur dan harus menimba terlebih dahulu. Maka Usman yang menimba airnya karena Farisha tidak pernah melakukan itu selama hidupnya. Berbeda dengan Usman yang sudah terbiasa hidup di desa. Menimba air di sumur adalah makanan sehari-hari baginya.     

Setelah selesai, mereka pun mandi bersama dengan rasa bahagia. Sejenak melupakan masalah yang tidak tahu kebenarannya. Setelah selesai mandi, keduanya kembali ke rumah makan yang letaknya tiga puluh meter dari sumur. Ada beberapa orang yang mengantri di luar. Mereka adalah warga sekitar dan menjadi pusat perhatian karena mereka keluar bersamaan.     

"Eh, Mas dan Mbaknya barengan mandi di dalam? Maaf, ini kayaknya bukan warga sini, yah?" tanya seorang wanita paruh baya yang memergoki sepasang suami-istri tersebut.     

"M-mm-maaf sebelumnya, Bu. Kami hanya numpang mandi saja, maafkan kami kalau mengganggu. Kami suami-istri dan baru menikah tiga minggu yang lalu. Maafkan kalau kami salah," balas Farisha sambil menundukkan kepalanya.     

Wanita itu mengangguk lalu menggeleng. Siapa saja yang masuk ke sumur itu, tidak masalah baginya. Karena ini adalah tempat umum yang dikhususkan untuk umum. Baik warga sekitar ataupun orang lain, bisa saja masuk ke dalam untuk bersih-bersih atau buang air.     

"Ya sudah ... ini tempat umum juga. Kalau sudah selesai, giliran kami mau mandi. Kalian bisa pergi sekarang. Tapi kalau belum selesai, bisa lanjutkan terlebih dahulu. Yah, namanya hidup di desa, yah harus saling gotong royong dan saling menghargai sesama."     

"Kami sudah selesai mandinya kok, Bu. Terima kasih karena sudah boleh menumpang mandi di sini. Semoga warga desa ini diberikan rezeki melimpah dan hidup dengan baik. Kalau begitu, permisi karena kami harus kembali."     

Wanita pemilik warung sudah menunggu Farisha dan Usman yang datang setelah ia tunggu beberapa menit. Ia merasa lega karena keduanya sudah mandi dan sudah siap berangkat dengan perjalanan yang memerlukan waktu setengah hari. Ia tersenyum melihat keduanya juga terlihat serasi. Walau keduanya cukup berbeda secara signifikan. Yang satunya wanita cantik yang berumur lebih tua. Sedangkan yang satu, seorang lelaki yang tidak terlalu tampan serta tinggi badan yang di bawah sang wanita.     

"Kalian sudah selesai? Pasti antrinya lama, yah? Kalian bisa siap-siap untuk berangkat, yah! Karena sebentar lagi busnya datang. Katanya busnya akan dipercepat karena lalu lintas lancar. Ini baru jam setengah lima. Dan bisnya sudah dekat dari sini. Lima menit lagi mungkin sudah sampai."     

"Yah, kita akan segera berangkat. Jadi kita harus cepat, Man!" seru Farisha. Lalu ia memegang tangan suami dan berjalan lebih cepat untuk segera sampai ke rumah makan. "Aku belum ganti pakaian. Masa aku harus pakai ini? Juga harus membeli minuman dan makanan ringan." Farisha khawatir kalau tidak sempat. Sebelumnya ia dan sang suami harus mengantri sampai orang terakhir. Dan sekarang pun hampir saja terlambat.     

"Kalian tidak perlu khawatir. Pasti ada solusi untuk itu. Kalian cepatlah berganti pakaian! Karena sekarang waktunya sudah mepet, harus cepat-cepat. Urusan minuman, saya sudah membelikan untuk kalian!" Uang itu juga uang Farisha yang diberikan padanya. Ia merasa keputusan untuk membelikan minuman memang tepat. Sebelumnya ia tidak akan melakukan itu pada orang lain. Namun mereka merasa tidak enak hati. Maka dengan bantuan kecil itu, yang jelas niatnya untuk membantu balik.     

"Wah, terima kasih banyak, Bu. Kami sangat tertolong dengan adanya ibu ini. Semoga rumah Makan ibu sama bapak akan berkembang dengan cepat."     

Sampailah mereka di ruangan untuk berganti pakaian. Usman dan Farisha pun mengganti pakaian dalam satu ruangan bersamaan. Yang dipilih adalah pakaian sehari-hari. Namun tetap membuat penampilan keren untuk keduanya. Apalagi keduanya memakai jaket dan membawa tas masing-masing. Tibalah saatnya mereka meninggalkan tempat itu. Setelah bus berhenti di depan rumah makan.     

"Kami berangkat dulu, yah! Terima kasih atas bantuannya! Selamat tinggal!" pamit Usman dan Farisha bersamaan. Setelah itu, keduanya masuk ke bis yang berhenti di depan rumah makan.     

"Tunggu dulu! Ini minuman dan makanan kecil untuk perjalanan nanti. Semoga selamat sampai tujuan, yah!" ungkap wanita paruh baya itu melepas kepergian Farisha dan Usman.     

"Wah, kami yang harus berterima kasih karena membantu kami. Yah, ini sangat banyak makanannya, lho. Kami tidak akan lupa pada orang baik seperti kalian. Selamat tinggal dan semangat!" pungkas Farisha.     

Farisha membeli tiket langsung dari bus. Dan duduk di sebelah tengah yang di sana ada bagian tempat duduk untuk dua orang. Hal ini menjadi kebetulan, seperti yang mereka harapkan hari ini. Semua berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan dari semua orang. Usman melihat orang-orang yang duduk di sebelahnya dan di depan serta di belakang.     

Pemilik warung juga senang setelah kepergian sepasang suami-istri yang baik. Mereka selalu percaya, orang baik akan bertemu juga dengan orang baik. Tugas tinggal satu saja. Yaitu mengantar sepeda motor ke desa Tapangwaru. Karena sudah berjanji, maka mereka harus mengurus motor yang seharusnya berada di rumah milik Azhari.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.