Tante Seksi Itu Istriku

Mandi Enak



Mandi Enak

Setelah memutuskan untuk mencari kolam kecil, keduanya meninggalkan anak-anak yang sedang menata kayu bakar. Sementara pria paruh baya yang masih membersihkan ikan yang didapatkan. Panas yang semakin terik tidak berarti apa-apa bagi anak-anak itu. Apalagi pria paruh baya itu sudah terbiasa melaut selama puluhan tahun, semenjak masih kanak-kanak.     

Setelah ditunjukkan arahnya, Farisha mengajak Usman ke tempat itu. Mereka melewati semak belukar dan banyak rerumputan ketika mereka meninggalkan pantai. Pulau itu tidak lebih besar dari satu desa. Lebar pulau tidak lebih dari dua ratus meter. Usman sendiri pun berpikir, kalau ada ombak besar, kemungkinan pulau itu akan tenggelam. Namun sama seperti tempat yang ditinggali sepasang suami-istri tersebut, tempat itu hampir sama saja. Hanya tidak ada pohon kelapa yang berbuah. Meskipun ada, pohon-pohon itu berukuran masih belum layak berbuah karena masih terlalu pendek.     

"Di sini kayak hutan saja ya, Usman ... tapi di sini rasanya lebih mendingan. Walau badan rasanya panas dingin seperti ini. Asalkan sama kamu, aku tidak masalah." Farisha melihat sekeliling, tidak ada orang satupun. Hanya mereka berdua saja.     

Ketika mereka semakin masuk ke hutan, mereka melihat sebuah teluk yang airnya jernih. Untuk memeriksa apakah airnya tidak asin, Farisha mendekat dan mengambil dengan kedua tangannya. Kemudian ia memasukan airnya ke mulut untuk berkumur. Terasa air itu sedikit terasa asin. Namun itu tidak terlalu asin seperti air laut pada umumnya. Setelah melihat ke sana ke mari, wanita itu melepaskan pakaiannya satu persatu.     

"Eh, kenapa malah buka baju?" tanya Usman. Ia malu kalau melihat sang istri membuka pakaiannya. Merski dirinya sudah pernah melihatnya, ia masih tidak percaya sepenuhnya, dirinya sudah melihat lekuk tubuh sang istri. Karena masih terlalu canggung, ia menutup matanya dengan kedua tangannya.     

"Kenapa kamu tutup matamu? Kan kamu sudah jadi suamiku. Lah, nggak perlu tutup lagi. Kan sudah lihat, juga, hihihi." Farisha membuka tangan sang suami yang menutup mata sendiri. Ia tersenyum manis dan menggoda.     

Senyuman itu membuat Usman terperangah. Bersama wanita cantik dan dewasa, membuat dirinya merasa bangga pada dirinya sendiri. Ia bisa melihat saat ini Farisha sudah melepaskan bajunya. Kini tersisa pakaian dalamnya dan sekarang wanita itu pun melepas pakaian bawahnya. Terpampanglah tubuh seksi nan montok tubuh wanita tiga puluh tahun itu. Sekali lagi, perasaan takjub menyelimuti seluruh tubuh Usman yang bergetar hebat. Lelaki itu sampai terbengong karena ukuran milik Farisha yang begitu besar.     

"Ayo, kamu juga buka pakaikannya, dong. Masa aku saja yang buka baju, sih? Di sini semoga aman saja kalau aku telanjang begini, yah? Ah, kurasa ini akan menjadi hari yang bahagia buat kita. Kita kan ke sini karena bulan madu. Makanya kita nikmati saja bulan madu ini berdua. Kita tidak akan pernah terpisah satu sama lain, kan? Ayo, buka pakaian kamu sekarang. Anggap saja kita sedang ada di alam terbuka dan akan menambah rangsangan buat kita."     

Usman menelan salivanya dan jakunnya naik turun, mendengar ucapan Farisha. Wanita itu tersenyum lalu membantu membuka pakaian sang suami. Mereka sudah melepas semuanya. Tanpa sehelai benangpun dan masuk ke dalam genangan air yang dalamnya satu meter. Dengan lebar sekitar tiga meter melingkar. Walau bentuknya tidak sepenuhnya lingkaran. Di dalam air, mereka melakukan hal yang harusnya dilakukan. Yaitu mandi dengan perasaan takut ketahuan. Bayangkan saja kalau pria paruh baya dan anak-anak itu datang, mungkin mereka akan membuat mereka merasa malu. Dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun mereka tidak perlu cemas karena mereka percaya kalau anak-anak itu tidak akan berbuat seperti itu.     

"Ayo, bantu gosok punggung aku pakai tanganmu, Man! Rasanya gatal banget nih punggung aku." Farisha berbalik, membelakangi suaminya yang sedang bengong. "Jangan bengong begitu, dong! Nanti aku kasih jatah sama kamu, deh." Farisha menarik tangan Usman dan menempelkan di dadanya. "Tuh, remas yang kenceng, yah!"     

"Aduh ... iya-iya." Dengan hati-hati, Usman meremas buah dada Farisha yang kenyal itu. "Ohh, ini kenapa sangat kenyal dan lembut?"     

"Mmmhhh ... iya, kamu sudah mulai nakal, yah? Ayo, punggung aku yang kamu gosok! Jangan hanya dadaku yang gede ini, hehehe. Kapan lagi kamu punya kesempatan untuk melakukan ini, hemm? Pokoknya kamu hanya boleh meremas dadaku, yah! Kamu hanya milikku! Dan satu lagi ... kamu harus menghamili aku segera!"     

Perkataan Farisha itu terngiang di pikiran Usman. Ia sudah bukan lagi pemuda kolot seperti sebelumnya. Setelah ia berada di desa Tapangwaru, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia melakukan apa yang diperintahkan oleh Farisha. Meskipun Farisha sudah menerima Usman sebagai suami yang sah, lelaki itu masih menganggap istrinya sebagai sang bos. Masih patuh dan menuruti semua yang dikatakan.     

Momen yang membuat jantung berdebar-debar, antara takut ketahuan dan rasa yang tidak biasa. Di alam terbuka membuat keintiman mereka berdua semakin panas. Maka langkah selanjutnya adalah sebuah kecupan mesra dari Farisha dan Usman dengan bibir yang saling menyatu. Adapun gerakan selanjutnya adalah serangan mendadak di bagian bawah Usman.     

"Eh, ini ularnya sudah besar, yah. Mau masuk ke lubang, nggak?" tawar Farisha dengan menggoda sambil menggigit bibirnya sendiri. "Mmmm, kayaknya bikin anak di sini, bisa menyenangkan sekali, hehehe," kekenyalan lalu menyerang sang suami dengan cumbuan panasnya.     

Hingga mereka merasakan sesuatu yang membeludak. Hingga menyatukan tubuh mereka di dalam kolam kecil yang berada di pulau itu. Hingga beberapa waktu mereka mulai kehabisan energi dan pada akhirnya rasa dingin semakin menusuk tubuh. Membuat mereka menghentikan aksinya. Keduanya memakai pakaian masing-masing dan meninggalkan tempat itu dengan rasa bahagia.     

"Bagaimana, tadi? Kayaknya kita perlu melakukan ini lagi di lain waktu, deh. Bagaimana kalau kita pergi ke pemandian air panas, suatu hari nanti? Kita akan melakukan itu di sana, hehehe." Farisha memegang lengan Usman dan mengajaknya meninggalkan tempat itu. Tempat yang menjadi kenangan dua insan yang mengalami kejadian bahagia itu.     

Lima menit kemudian, sampailah mereka ke tempat mereka meninggalkan anak-anak itu. Di sana hanya ada anak-anak yang sedang bermain dengan senang. Sementara dari laut, terlihat pria paruh baya itu tengah bekerja mencari nafkah di laut.     

"Hei, kalian ini kenapa lama banget? Tadi kami juga mau menyusul kalian. Tapi tidak boleh oleh paman." Seorang anak menghampiri Farisha dan Usman yang sedang bergandengan tangan. "Katanya kalian tidak bisa digangu dan kalau kita ke sana, malah akan menggangu kalian," tutur seorang anak yang lama menunggu mereka berdua.     

"Iya, sebenarnya kalian ngapain, sih? Masa kita nggak boleh menyusul kalian? Pasti Mas dan Tante ini sedang melakukan hal yang rahasia, kah? Entahlah, hanya orang dewasa yang tahu," imbuh seorang anak lagi. Ia menatap ke arah Usman dan Farisha bergantian. Mulai curiga dengan apa yang dilakukan dua orang dewasa itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.