Tante Seksi Itu Istriku

Pemancing Muda



Pemancing Muda

Saat menghampiri pemuda yang sedang duduk dengan pancingan dan ikan yang dibawanya, Farisha dipandangi terus oleh lelaki itu. Seakan tidak mau berhenti menatap wanita cantik nan seksi itu. Walaupun jelas terlihat wanita itu usianya lebih dewasa. Namun tetap saja, kecantikan dan keseksian itu tidak akan tertutupi. Namun ia mersa aneh, kenapa ada wanita secantik itu tapi bersama dengan lelaki yang terlihat lebih muda. Dan mereka terlihat begitu mesra.     

"Permisi, Mas. Maaf menggangu waktunya sebentar." Farisha dengan masih merasa sakit di pantatnya, berjalan tidak dengan perlahan. Ia tahu lelaki itu melihatnya dengan tatapan nafsu. Itu sudah terbiasa di manapun. Dan pemuda itu adalah salah satunya yang menatapnya dengan tatapan itu. Tatapan yang membuat dirinya tidak suka dengan lelaki. Karena hampir setiap lelaki, menetapnya dengan pandangan menelanjangi.     

"Eh ... anu ... ada apa ya, Mbak?" Lelaki itu merasa gugup karena dipanggil oleh Farisha. Tentu membuat dirinya senang. Hanya saja melihat lelaki yang di dekat wanita itu, ia kurang begitu suka dan hanya bisa mendesah saja. "Mbaknya ada yang bisa dibantu?" tanyanya dengan memberanikan diri.     

Usman juga tahu kalau lelaki itu memandangi Farisha terus. Jelas ia merasa cemburu dan tidak suka dengan pemuda yang terlihat lebih tua darinya tapi tidak lebih tua dari Farisha. Untuk membuat lelaki itu menjauh, Usman sengaja memeluk pinggang Farisha. Itu sebagai tanda kalau Farisha hanyalah miliknya saja. Sebagai seorang lelaki, ia juga harus melindungi wanitanya itu.     

"Emm ... iya ada apa, Sayang? Maafkan aku, Sayangku. Kamu ini masa jadi lelaki manja banget? Iya-iya ... aku hanya untuk kamu saja. Tapi kan kamu sudah janji, tadi. Sudahlah, malu itu dilihat sama Masnya, hehehe," kekeh Farisha. Ia tahu suaminya merasa tidak nyaman ketika dirinya ditatap terus oleh orang tak dikenal.     

Pria itu hanya bisa pasrah karena mereka benar-benar bersama. Tapi tidak menutup kemungkinan karena lelaki itu orang kaya. Walau tidak terligat sedikitpun seperti orang kaya. Sementara Usman juga malu ketika Farisha mengungkapkan semuanya pada lelaki yang tidak dikenal itu.     

"Begini, Mas. Aku dan suamiku tadi dari atas bukit. Dan kebetulan kita melihat ikan tangkapan Masnya ini. Jadi maksud kami, apakah Masnya mau menjual ikan itu pada kami? Maaf sebelumnya, bukan bermaksud untuk menyinggung." Farisha berhati-hati dalam berbicara karena ia tidak tahu bagaimana lelaki di depannya.     

"Aduh ... gimana, yah? Emmm ... ya sudahlah, kalau mau, ambil saja. Tapi boleh minta foto sebentar, enggak? Hehehe, maaf ... soalnya Mbaknya cantik banget kayak artis. Mmm ... maaf, nih ... sekali foto saja, nggak apa-apa, kok." Lelaki itu jelas tertarik dan ingin menyimpan foto Farisha. Ia berharap wanita itu tidak marah karena permintaannya.     

Farisha tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada lelaki itu lalu ia menatap sang suami dan bertanya, "Mas, apa boleh kalau aku foto sama dia? Ini demi dapat ikannya, loh. Apa kamu mau, kalau anak di kandungan aku nantinya ngiler kalau permintaannya nggak dituruti, hemm?"     

Usman gelagapan mendengar ucapan Farisha. Bagaimana wanita itu bisa hamil kalau mereka saja baru melakukan hubungan suami-istri kemarin siang. Dan setiap waktu mereka selalu bersama. Tidak mungkin Farisha juga periksa ke dokter atau bidan. Bahkan bertemu dengan siapa, Usman akan mengetahuinya.     

Bukan hanya Usman saja yang kaget, pemuda di depannya juga merasa kaget dan seakan tidak percaya. Untuk orang yang status menikah, lebih berat untuk merebutnya. Tapi keinginan untuk mengambil foto pun tidak akan surut. Ia bisa pamerkan pada teman-temannya nanti ketika berfoto bersama istri orang. Tapi ia tahu akan lebih sulit untuk berfoto kalau ada sang suami dari wanita itu. Lalu dengan sebuah cara, ia pun mengutarakan apa yang ada di pikirannya.     

"Hemm ... begini saja, bagaimana kalau kita foto bertiga? Tapi aku tetap berdampingan sama Mbaknya, hehehe," kekeh pemuda itu, menyengir kuda. Kalau wanita itu setuju, ia masih punya cara lain untuk mengedit foto nantinya. Ia mengambil ponselnya dan mulai mendekat ke arah Farisha dan mengambil foto mereka bertiga.     

Usman merasa sangat risih ketika pemuda itu bukan hanya mengambil satu foto saja. Melainkan mengambil beberapa foto yang tentu fokus diarahkan kepada Farisha. Nanti setelah selesai, ia bisa mengerat atau menghilangkan Usman dengan editannya. Karena di zaman serba digital ini, banyak orang yang bisa melakukan apapun. Walau hanya berniat iseng dan pamer, itu sudah cukup.     

"Sudah, yah. Kita sudah foto-foto. Berarti Masnya mau jual ikan itu pada kami, hemm?" gumam Usman dengan mengalihkan pandangannya ke samping. Ia tidak ingin melihat pemuda yang terlihat ngeselin itu. Tapi ia harus profesional. Walau ia juga belum tahu maksud dari Farisha yang membawa-bawa anak yang ada di kandungannya.     

"Hehehe ... Masnya jangan cemburu, dong. Kan kita foto bertiga. Kan nggak akan ada yang bisa merebut istri dari Masnya. Emm ... kalau boleh tahu, nomor nya berapa, yah? Kalau boleh, akun media sosialnya apa? Aku mau berteman denganmu."     

Berfoto bersama, sudah Farisha dan Usman turuti. Tapi meminta akun sosial, tentu tiidak semudah itu. Karena bisa saja pemuda itu berbuat kesalaha padanya. Apalagi Farisha tidak ingin rumah tangganya hancur karena lelaki itu. Tapi dari dulu juga ia tidak suka lelaki selain suaminya sekarang. Meskipun berbeda kelas dengan dirinya tapi sifatnya yang baik, membuat dirinya luluh hanya pada Usman seorang.     

"Maaf, Mas. Saya nggak ada media sosial. Dan untuk nomornya aku juga tidak ingat. Ayah saya seorang militer dan ibu saya seorang pengacara hebat. Dan aku takut kalau aku kasih nomorku, mungkin mereka akan membuangku dari kartu keluarga. Karena aku hanya boleh berhubungan sama suami aku saja. Hemm, aku ganti saja sama uang, bagaimana?" usul Farisha. Ia tentu tidak ingin berhubungan kembali dengan lelaki lain. Ia bahkan tidak memiliki kontak lelaki. Ia hanya memiliki kontak sopir dan penjaga gerbang saja. Selain itu, ia hanya menyimpan nomor wanita. Termasuk Azhari dan Vania. Sementara Bram pun ia tidak mau menyimpan walau lelaki itu sudah pernah menghubungi dirinya.     

"Ohh ... kalau begitu, ini aku kasih saja, deh. Ini semuanya untukmu, Mbak yang cantik. Kalau begitu, aku harus pulang karena sudah selesai memancingnya, hehehe." Tidak disangka, ia memancing ikan tapi dapat foto wanita cantik. Ia sudah berniat akan pamer dan sudah berencana untuk menyebarkan di medis sosial.     

"Oh iya, Mas. Tolong kamu juga jangan posting fotoku dan suamiku. Karena mungkin banyak mata yang melihat. Masnya bisa saja dipidanakan karena mengganguku. Walaupun aku tidak mempermasalahkannya. Tapi untuk diposting ke media sosial, lebih baik jangan. Kalau hanya buat dilihat saja, nggak apa-apa. Asalkan kamu saat melihat fotoku jangan sambil mengkhayal di kamar mandi, loh."     

Ungkapan Farisha membuat pemuda itu kaget. Akhirnya. Ketahuan juga, niat terselubungnya. Kini ia hanya bisa memetik pelajaran berharga, Farisha tahu apa yang ada di pikirannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.