Tante Seksi Itu Istriku

Membuat Ikan Bakar



Membuat Ikan Bakar

"Begini saja, Mas. Aku bayarin saja ikannya, bagaimana? Kami sebenarnya ingin bikin ikan bakar. Kalau Masnya mau, kita bisa bakar ikannya bareng-bareng. Itu lumayan banyak ikannya. Jadi bisa ajak orang untuk membantu dan nanti bisa makan," pungkas Farisha. Karena tahu Usman tidak pernah membakar ikan, ia hanya bisa melakukan itu.     

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita ajak anak-anak yang sedang main layangan? Mereka juga kan bisa bantu juga. Bagaimana menurutmu, Sayangku?" tanya Usman pada sang istri. Ia menunjukan kalau Farisha hanya niliknya seorang. Tidak mungkin mereka mengajak teman dari lelaki itu. Setidaknya kalau anak-anak yang turut serta, bisa meminimalisir perbuatan jahat.     

Mereka bukan orang di pesisir pantai itu. Juga tidak tahu bagaimana masyarakat menjalani hidup. Di setiap tempat, bukan tidak mungkin ada orang jahat. Kalau mengajak teman-teman pemuda itu, Usman takut akan terjadi apa-apa pada istrinya yang seksi dan memiliki body goal yang disukai banyak pria. Farisha juga tidak akan mempermasalahkan semua itu. Baginya itu sama saja, siapa yang mau mwnbantu. Toh, mereka juga warga sekitar. Membuat senang anak orang juga perbuatan baik. Apalagi kalau mengajak anak-anak untuk makan.     

"Ide yang bagus, Sayang. Kalau begitu, kita bisa ajak anak-anak itu untuk membantu. Pasti mereka akan setuju. Mas, kalau begitu, ini aku bayar ikannya. Segini cukup, kan?" ujar Farisha, mengeluarkan uang dua ratus ribu di tasnya. Setelah ia mengambil uangnya, ia lalu memberikan itu pada pemuda itu.     

"Eh, ini apaan? Sudahlah ... aku sudah ikhlas, kok. Simpan kembali uangnya karena aku juga mau ikut membakar ikan bersama kalian. Boleh, kan? Hehehee," kekeh pemuda yang belum diketahui siapa namanya itu. Pemuda itu tidak ingin melepaskan kesempatan untuk dekat-dekat terus dengan Farisha. Tentu ia sudah memikirkan rencana di dalam hatinya.     

"Ini kan aku yang ngadain acara. Kalau Masnya nggak mau terima, ya sudah, hapus lagi fotoku di ponsel itu. Palingan juga fotoku mau diedit terus mau dibikin untuk bahan kamu di kamar mandi, kan?" tebak Farisha. Ia tidak tahu itu tapi karena mengira-ngira saja.     

Uang yang disodorkan oleh Farisha cukup banyak baginya. Bahkan untuk Usman juga merupakan uang yang cukup banyak. Ia akan menghabiskan banyak hari untuk berjualan dan mendapat untung ratusan ribu. Namun karena uang Farisha banyak, bisa berbuat apa saja yang ia mau dengan uang tersebut.     

Sebelum menerima uang itu dirinya menatap ke arah Usman dahulu. Usman hanya mengangguk saja, membuat pemuda itu pun menerima uang itu sambil berucap, "Terima kasih banyak. Kalau begitu, aku terima uangnya, yahh." Pemuda itu mendapat uang itu tapi belum melepaskan ikan itu. "Kalau begitu, biar semua urusan memasak menjadi tugasku. Aku akan persiapkan semua bumbunya."     

Farisha maupun Usman terlihat lega karena mereka tidak perlu repot-repot untuk memasak ikan bakar. Mereka hanya menyiapkan nasi dan bumbu. Entah bumbu apa saja yang akan dibutuhkan oleh pemuda itu. Mereka menghampiri anak-anak yang tidak terlalu jauh dari pantai. Jadi mudah untuk menemukan anak-anak yang sedang bermain-main layangan.     

"Hei itu ada mas dan tante yang kemarin, kan? Kenapa mereka ke mari lagi? Apakah mereka mau ikutan main sama kita?" tanya seorang anak perempuan yang kemarin. Ia bertanya pada anak-anak lain tapi tidak ada yang menjawab. "Hei, kenapa kalian pada nggak mau jawab?"     

"Lah, kita kan nggak tahu. Bagaimanaau jawab? Kalau mau main, ya sekalian saja. Eh, tapi itu ada ikan. Kayaknya akan ada bakar-bakar atau goreng-goreng ikan."     

"Hei anak-anak semua! Apakah ada yang mau ikutan bakar-bakar ikan!" tanya pemuda itu dengan menunjukkan hasil memancingnya dari pagi hari. Ia dapat banyak Ikan dari laut yang belum diolah.     

"Wah, mau banget!" teriak anak-anak kegirangan. Mereka pun menggulung kembali layangan masing-masing dan segera mengikuti mereka untuk ikutan acara bakar ikan.     

Singkat cerita, Farisha dan semuanya telah berada di belakang rumah. Saat ini mereka sedang menunggu bumbu masak yang sedang dibeli oleh pemuda pemancing itu. Sementara Usman juga sudah menanak nasi dengan magic com. Ia sudah menghitung jumlah anak serta untuk dirinya dan pemuda yang membeli bumbu dengan memakai sepeda di depan rumah. Sementara anak-anak bersama Farisha, sedang mengumpulkan kayu bakar di sekitaran. Tidak butuh waktu lama agar mereka mendapatkan banyak kayu.     

Walau penduduk desa di pesisir pantai juga menggunakan kayu bakar, banyak juga yang sudah memakai kompor gas. Karena mereka akan membuat ayam bakar, maka mereka harus menyiapkan kayu bakar. Mereka kumpulkan di belakang rumah dan kembali harus menunggu pemuda itu membersihkan ikan. Jadi anak-anak itu hanya bertugas untuk membuat api dan membakar ikannya.     

"Nah, sekarang kan sudah semua ikannya. Jadi kita akan segera menghidupkan api. Ayo kalian semua, nyalakan apinya!" Setelah hampir menyelesaikan tugasnya, pemuda itu duduk di batu yang ada di tempat itu. Ia sedang mengaduk bumbu setelah ia tumbuk.     

"Horeee! Ayo kita bikin ikan bakarnya!" ungkap seorang anak dengan penuh semangat. Ia dan teman-temannya pun mulai menyalakan api dengan daun kelapa kering. Karena itu yang mudah terbakar. Walau yang utama adalah kayu bakarnya.     

Farisha dan Usman pun turut serta dalam acara itu. Mereka juga melakukan hal yang penting, yaitu membuat bumbu kecap. Usman tahu bagaimana membuatnya. Dan Farisha juga memberi semangat untuk sang suami.     

"Sayang, kamu yang semangat bikinnya, yah," kata Farisha yang sedang melihat Usman sedang mengiris cabai. "Kamu pinter sekali memotong cabainya, loh. Itu haruskah pakai bawang merah segala? Tapi pasti semua akan terasa nikmat karena bumbu dari kami ini, sayang." Wanita itu tiada hentinya untuk memuji sang suami.     

Pemuda yang sedang istirahat pun melihat kemesraan Usman dan Farisha. Ia ingin sekali mengambil foto Farisha. Tapi ia urungkan niatnya karena semua telah ketahuan. Kalau ia mengambil foto Farisha kembali, ia hanya akan membuat wanita itu marah.     

"Ohh, beginilah nasib menjadi jomblo. Beruntung banget itu bocah tengik dapat istri yang bahenol dan kalau main di ranjang pasti akan sangat nikmat. Kapan aku bisa kayak gitu yah? Andaikan aku kaya, mungkin aku juga akan dapat istri yang tidak kalah cantik dari wanita itu." Hanya melirik sejenak kemesraan Farisha dan Usman yang masih berlangsung. Membuka matanya kalau semua ini hanyalah impian sia-sia saja.     

"Hei, ini apinya sudah gede, Mas, Tante. Ayo kita bakar ikannya bareng-bareng! Ayo kita makan yang enak nanti setelah ikan bakar!" Anak-anak itu cukup bahagia karena akan ada makanan gratis. Hanya saja mereka harus menunggu lama lagi.     

Ikan telah diberi bumbu dan sekarang tinggal tugas mereka untuk segera membakar ikan dengan cara dituk dengan sebilah ranting kering dan cukup kuat untuk menopang ikan yang besar, sebesar telapak tangan pria dewasa. Mereka memegang dengan tangan sambil sesekali memberi bumbu pada ikan yang dalam proses dibakar.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.