Tante Seksi Itu Istriku

Kekejaman Azhari



Kekejaman Azhari

Seumur hidup, Benny tidak pernah menyangka kalau dirinya akan merasakan apa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasakan kesakitan luar biasa ketika ujung pulpen itu masuk ke dalam lubang kencingnya. Belum lagi ujung runcing itu menusuk dan membuat darah keluar setelahnya. Untuk berbuat kejam seperti itu, Azhari juga merasa tidak tega. Namun ia harus melakukannya. Ia kecewa dan dendam dan hanya dengan ini, ia harap akan memberikan efek jera untuk tidak lagi main wanita.     

"Mungkin barangmu seharusnya tidak usah digunakan lagi seumur hidup. Akan kubuat ini tidak akan bangun lagi dan kamu tidak akan pernah lagi berselingkuh dengan wanita lain." Belum puas menyiksa suaminya, Azhari mengeluar masukan pulpen itu dengan keras. Membuat Benny terus menjerit kesakitan.     

"Sudah ... ampuuun ... sakiitt ..." lirih Benny sambil meneteskan air matanya. Sakitnya, ia merasakan ingin mati saja kalau harus mengalami rasa sakit itu. "Sudah ... bu-nuh aku saja ... aku ingin mati," ucapnya lirih.     

"Matilah setelah kamu tiga puluh tahun merasakan sakit. Apa nantinya kamu akan membuat kesalahan lagi atau tidak, seharusnya kamu tahu kalau aku sangat ingin membunuh kamu. Tapi ... ya sudahlah ... anggap saja aku membantu malaikat penyiksa di alam kubur. Jadi tugas mereka sudah diwakili olehku walau tidak terlalu banyak."     

Penyiksaan terhadap Benny, dilakukan oleh Azhari sampai lelaki itu memohon ampunan. Tapi bagaimanapun juga, tetap saja siksaan itu masih berlanjut hingga Azhari merasa lelah sendiri. Juga karena tidak lama setelah itu, Benny tidak sadarkan diri. Lalu Azhari biarkan saja Benny dalam keadaan seperti itu. Benny yang duduk di kursi tak sadarkan diri, dengan tangan dan kakinya yang diikat. Diharapkan bisa menimbulkan efek jera bagi pria itu.     

"Heh, sudah pingsan? Ya sudahlah ... kalaupun kamu mati, biarkan sajalah ... ini dari kemaluan kamu juga bisa keluar darah gini? Apakah merasa sakit? Betapa kejamnya aku yang balas dendam ini. Kuharap kamu akan merasakan apa yang kurasakan. Walau kamu tidak pernah melakukan ini, rasanya sakitku mungkin lebih sakit."     

Azhari membiarkan lekaki itu di kursi. Lalu ia dorong kursi itu, menimbulkan suara berdecit. Kursi itu sudah berada di dapur. Ia lalu membawa Benny ke dalam kamar mandi. Kalau Benny bisa kejam, maka sekarang Azhari harus lebih kejam lagi. Kejam yang membuat rasa sakit yang teramat.     

"Maaf, Mas. Kamarnya hanya ada satu yang bisa ditempati. Aku akan mengurus surat cerai kita. Lagian kita sudah tiga puluh tahun tidak ada hubungan suami istri. Kamu selalu berhubungan sama wanita panggilan di luaran sana. Aku mana mau memiliki suami yang tidak bisa memuaskan aku. Apalagi kamu sudah lumpuh, lebih baik kamu kembali ke wanita-wanita itu. Mungkin mereka akan merawatmu karena mereka yang selalu kamu beri nafkah lahir dan batin."     

Benar saja, Azhari membiarkan Benny di dalam kamar mandi. Ia menutupnya kembali tanpa ia kunci. Ini adalah pertama kalinya ia berbuat sejahat itu pada manusia. Mengalahkan sifat lemah lembutnya yang selalu ia tampilkan di depan publik. Setelah itu, tingalah Benny seorang diri di dalam kamar mandi dalam keadaan pakaian yang sudah dirobek. Juga kesadarannya yang sudah tidak ada lagi untuk saat ini.     

"Malam ini aku sudah berbuat seperti ini. Mungkin aku sudah menjadi wanita paling kejam di dunia. Tidak perlu minta maaf karena aku harusnya merasa puas, telah melakukan itu semua, huahhh." Tak terasa air mata mencurah. Ia sudah tidak tahan untuk menangis, setelah ia menahannya dengan sekuat hati.     

Azhari menuju ke kamarnya dan merebahkan diri di sana. Masih terbayang bagaimana sisi kejamnya telah berbuat demikian. Ia tidak bisa tidur malam ini. Takut juga kalau suaminua mati di kamar mandi. Tapi sekali lagi ia yakinkan dalam hati, Benny tidak akan mati. Pembalasan kejam itu sudah membuat dirinya kesakitan juga. Hanya saja ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya lelaki itu.     

"Kenapa tidak bisa tidur malam ini? Duh ... pokoknya aku harus tega. Jangan sampai aku bawa dia ke sini. Lihat bagaimana nanti hidupnya dalam siksaan berat. Ini bukan sehari atau dua hari, kamu mendapatkan perlakuan seperti itu. Mungkin selama kamu masih suamiku, aku harus menyiksa kamu. Biarkan aku puas. Huhuhuhu ...."     

Nyatanya Azhari menangisi sang suami yang telah ia siksa. Dalam dirinya ada sisi baik yang selalu menyayangi semua orang. Wanita yang lemah lembut dalam tutur kata dan perbuatan. Malam ini seperti kerasukan setan atau apa, yang pasti ia sadar dan melihat dan merasakan sensasinya sendiri.     

Rumah kecil yang ia dan Benny tempati saat ini merupakan sebuah kontrakan kecil milik teman Ashari. Sebenarnya tidak semua hartanya habis begitu saja. Walau sekarang harta kekayaannya keluar cukup banyak, ia masih memiliki relasi yang luas. Mereka pasti akan membantu masa-masa sulitnya. Hanya saja ia ingin lepas dari Benny selamanya. Itu agar hartanya tidak habis oleh pria itu. Sudah cukup baginya kehilangan banyak uang miliknya yang digunakan untuk membayar semua kerugian Benny.     

"Aku pastikan tidak akan tertipu lagi oleh pria brengsek itu. Aku tidak akan rela jika uangku digunakan untuk bersenang-senang dengan wanita lain. Aku tidak akan sudi, Mas. Aku akan merebut kembali perusahaan milik orang tuaku. Karena itu adalah hasil kerja keras ayah dan ibuku. Setelah resmi bercerai dengan Benny, aku akan membangun kembali perusahaan dan itu lebih baik untuk mempercayakan pada Farisha. Semoga Usman tidak seperti Benny. Hanya ada satu anakku dan memang seharusnya hanya ada kamu yang harus mendapatkan semua, Farisha."     

Malam sunyi di kamar seorang diri. Memang dari dulu ia sudah sendirian. Kecuali ada Farisha yang kadang tidur di sampingnya. Hanya anak wanitanya yang bisa menjadi sandaran hidupnya. Butuh waktu lama bagi wanita paruh baya itu untuk bisa tidur dengan nyenyak. Apalagi pikirannya sedang tidak baik. Entah pukul berapa ia bisa tidur.     

Sambut pagi menyapa, wanita paruh baya itu baru bangun dan segera keluar dari kamarnya untuk ke kamar mandi. Saat membuka kamar mandi, masih ada Benny yang sudah bangun tapi dengan kaki dan tangan terikat. Namun sekarang posisinya sudah berbeda. Benny sudah terjatuh di lantai tapi badannya masih terikat di kursi.     

"Bagaimana malamnya, Mas? Apakah malam tadi menyenangkan, bukan? Hemmm, pagi ini aku mau buang air kecil. Kamu mau pergi atau tidak? Kalau tidak, apa aku kencingi sekalian, hemmm? Kurasa kau akan menerimanya, bukan?"     

"Kenapa kamu kejam padaku? Apa aku berbuat kesalahan yang tidak bisa kamu maafkan? Aku berjanji, suatu saat nanti aku akan berbuat baik padamu. Tapi kumohon untuk merawatku dengan benar. Aku janji setelah aku sembuh, aku tidak akan memukuli kamu lagi. Aku yang akan bekerja dan memulai dari nol lagi."     

"Mmm ... mulai dari nol lagi? Ohh, hanya wanita bodoh yang masih mau disiksa terus-terusan sampai ingin mati. Di saat sang suami sekarat, ia bahkan memohon-mohon tapi lihat saja nanti, mungkin kamu akan lebih kejam lagi padaku. Tapi kalaupun kamu mau berubah, sayangnya aku sudah memberi kamu kesempatan selama tiga puluh tahun. Tapi yah ... kamu tahu sendiri."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.