Tante Seksi Itu Istriku

Pembalasan Azhari



Pembalasan Azhari

Sebenarnya Benny tidak benar-benar melakukan hal yang ia katakan. Namun ia hanya ingin istrinya datang padanya. Ia sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya. Ia yakin Azhari akan keluar dari kamar untuk melihatnya dan membantu untuk makan. Ia sadar, kondisi keuangannya sedang sekarat. Tapi tetap saja dirinya tidak terima. Alih-alih mendapatkan perlakuan baik, ia malah tidak dipedulikan lagi.     

"Huhh, sekarang tinggal tunggu Azhari datang ke sini untuk membantu aku makan. Mengapa aku kesakitan sampai seperti ini? Apakah nanti aku akan lebih sakit lagi? Farisha ... kenapa kamu sama ayahmu sendiri benci? Apa ayah selama ini jahat? Pada siapa lagi aku minta tolong?"     

"Minta tolong saja sama wanita selingkuhan kamu! Bukankah mereka yang selalu dibuat bahagia olehmu? Dari dalam kandungan sampai umurnya tiga puluh tahun, apakah kamu pernah berbuat baik, satu kali saja pada Farisha? Sekarang kamu harus merasakan ada yang dirasakan oleh Farisha!"     

Tidak ada lagi rasa kasihan untuk Benny. Yang ada adalah amarah besar untuk pria yang hidup bersamanya tapi tidak pernah memberi perhatian terhadap putri kandungnya. Apalagi ucapan Benny yang akan memperkosa Farisha, membuatnya semakin diselimuti amarah. Bagaimanapun Farisha anak kandung mereka. Anak kandung dari Benny dan Azhari. Ia memegang gagang sapu dan memukul punggung lelaki itu.     

"Aaa ... aampuunn ... ampun ...." Begitu pukulan mengenai punggung, Benny merasa sangat kesakitan. Apalagi pukulan itu seakan membuat punggung itu remuk seketika. "Hen ... ti ... kan ... am-puunn ...." Pria itu hanya bisa menjerit lirih. Tidak bisa ia berteriak dengan keras. Tenaganya hilang semua. Tubuhnya ambruk ke lantai.     

Tubuh tidak berdaya itu hanya berharap tidak ada lagi penyiksaan. Namun ia bahkan tidak merasakan sakit lagi. Semua telah mati rasa. Bahkan untuk mencoba duduk pun tidak sanggup lagi. Pandangan menjadi kabur dan rasanya ringan sekali. Ia seperti akan mati saja kalau seperti itu. Yang dulunya selalu memukul istri dan anaknya, kini dirinya yang dipukuli.     

"Bagaimana rasanya, hehh? Sakit bukan? Atau kamu sudah mati rasa? Inilah yang kami alami saat kami kamu pukuli. Bahkan untuk merasakan sakit saja pun tidak sanggup. Sekarang kamu merasakan bagaimana kamu memukuli aku saat sedang sakit. Ya gini rasanya, Mas. Asal kamu tahu, aku sudah merasakan lebih dari ini selama tiga puluh tahun. Bagaimana kalau sekarang gantian, hemm? Awalnya aku ingin membunuhmu untuk melampiaskan amarahku. Tapi setelah dipikir, kamu belum mendapatkan siksaan di dunia ini. Biarkan saja jika aku di akhirat yang disiksa lagi. Asalkan aku bisa menyiksamu selama tiga puluh tahun ke depan. Apakah kamu mau aku berbuat seperti yang kamu perbuat padaku? Kau tenang saja, Farisha tidak memukuli kamu juga."     

"Ke ... jam ... ke-na-pa ... ka-mu se-ke-jam ini? Aku, akhhh!" Kembali pukulan dari gagang sapu mengarah ke punggungnya. Ia tidak tahan dengan siksaan itu. Ia juga tidak mengingat apa yang dilakukannya dulu. Yang membuat Azhari marah sebesar itu.     

"Kenapa? Kenapa kamu bilang? Coba kamu pikr kembali, apa yang kamu lakukan saat masih sehat dulu. Dan saat itu aku atau Farisha pernah sedang sakit, kamu tetap memukul dia sampai muntah darah. Dan itu adalah Farisha saat masih kecil. Lalu di mana hati nurani kamu? Untungnya aku membawa dia ke dokter segera. Kalau bukan karena aku yang mengemis padamu dan meminta bantuan orang lain, mungkin Farisha sudah tidak ada lagi. Selama ini aku yang merawat dan membesarkannya sendiri. Dan kamu? Heh, kamu hanya bisa menyiksanya saja!"     

Perkataan Azhari masuk ke dalam telinganya tapi ia sedang tidak bisa berpikir. Yang ia pikirkan saat ini adalah mengisi perutnya yang sangat lapar. Bagaimana ia bisa berpikir, ia bahkan tidak merasakan sakit. Tentu syarat menuju otaknya juga sudah tidak baik-baik saja. Mungkin rusak atau sudah putus. Tapi rasanya ia sudah mau mati saja. Lebih baik ia mati jika harus mengalami rasa yang sudah mati.     

"Tenang saja, Farisha ... ibumu ini tidak akan membunuhnya malam ini. Mungkin ia harus disiksa perlahan, membuatnya tidak bisa mati tapi lebih baik mati saja!" Tidak puas dengan gagang sapu, Azhari mengambil kursi di depannya. Lalu ia mengangkat pria itu untuk ia tempatkan untuk duduk.     

Benny mengira kalau istrinya sudah berniat berhenti untuk menyiksanya. Nanum itu semua salah besar. Malahan ia akan kembali disiksa dengan lebih lagi. Wanita itu membayangkan bagaimana suaminya hanya melayani wanita lain. Tidak perduli dengan nasib sang istri yang merupakan wanita biasa, wanita yang juga memerlukan perlakuan mesra dan kebutuhan biologisnya. Azhari sampai sakit-sakitan karena tidak mendapat perhatian dari Benny lagi. Bahkan masih dipukul dan meninggalkannya saja. Saat Farisha masih kanak-kanak, ia hanya bisa merasakan bagaimana ia mendapatkan perhatian dari anak kandungnya.     

"Apa lagi yang akan kamu lakukan? Ampun ...." Walau tenaga Benny sudah bisa untuk berkata dengan normal kembali, namun siksaan itu ternyata masih belum usai. Malam yang sunyi itu hanya ada siksaan balasan dari sang istri untuk suami. "Ampuuunnn ...."     

"Ampun kamu bilang? Baiklah ... aku di sini tidak akan menyiksanya dengan sapu atau yang lainya. Sekarang kamu harus menikmati servis dari istrimu! Kamu harus katakan, servis dari siapa yang paling nikmat, hemm?" Azhari menyunggingkan senyum setelah memposisikan suaminya di kursi kayu.     

Azhari mengambil tali rafia yang ada di dapur lalu ia mengikat tangan dan kaki suaminya. Ia mengambil gunting yang juga diambilnya dari dapur. Setelah mengikat tangan dan kaki Benny, wanita paruh baya itu pun tersenyum senang. Ia mulai menggunting pakaian Benny. Ia menggunting celana panjang yang dikenakan lelaki itu. Membuat lelaki itu meringis menahan rasa takut. Ia takut dengan yang dilakukan oleh istrinya.     

Azhari memotong celana hingga celana dalam Benny. Setelah itu, digenggamnya milik Benny yang terlihat loyo. Dengan tangannya sendiri, Azhari mencoba membangunkannya. Lalu ia cukur rambut-rambut halus yang mengelilinginya. Ia genggam dengan erat dan melakukan gerakan menarik ulur. Setelah itu ia genggam dengan erat. Tidak cukup disitu, Azhari memasukannya ke dalam mulutnya dan ia gigit sekuatnya. Walau tidak sampai mengeluarkan darah, ia yakin akan rasanya.     

Tentu saja perlakuan sang istri membuat lelaki itu merasa panas dan mulai bergairah. Tapi ia tidak bisa menggerakkan apapun. Ia yakin kalau istrinya ingin kepuasan batin. Ia bisa memberikannya tapi bukan itu yang dilakukan Azhari. Ia memasukan sesuatu di lubang kencing Benny. Sesuatu yang sulit untuk masuk ke dalam lubang kecil itu.     

"Hemm ... bagaimana? Apakah kamu akan kenikmatan dengan servis yang aku lakukan? Kalau kamu mau, aku akan berikan kamu apa yang belum aku kasih sebelumnya. Pulpen ini kayaknua kurang maasuk ke dalam lubang kencing kamu, Mas. Ohh, pasti itu akan enak lama-lama."     

"Akkhh ... ampuuun ... ini sakiiittt ..." lirih Benny menahan sakit luar biasa. Ia tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang diberikan oleh sang istri yang selalu ia selingkuhi.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.