Tante Seksi Itu Istriku

Nasib Benny Dan Azhari



Nasib Benny Dan Azhari

"Azhari, mana makananku? Aku sudah lapar!" Benny benar-benar kelaparan hari ini. Ia tidak bisa berjalan lagi tapi sikapnya tetap seperti dulu. "Apaan ini? Tidak ada yang lain, selain ini, kah?" protesnya karena makanan yang disajikan tidak seperti yang ia mau.     

"Adanya ini dulu, Yah. Soalnya aku belum belanja. Makan saja yang ada dulu. Besok aku akan belikan daging yang enak." Azhari sebenarnya tidak suka dengan sikap suaminya yang masih seperti dulu.     

Mungkin ini yang dimakan dengan roda nasib yang selalu berputar. Mungkin kemarin mereka masih bisa menikmati makanan enak dan hidup dengan bergelimang harta. Kini telah berlalu karena sudah tidak seperti dulu lagi. Yah, harta mereka sudah tidak ada pada mereka. Karena perbuatan Benny yang selaku seorang kepala rumah tangga. Ia telah kehilangan perusahaan yang ia kelola. Bukan hanya itu, Azhari juga kena imbasnya dan harus merelakan apartemen, rumah serta ruko miliknya. Saat ini mereka sudah berpindah tangan.     

Untungnya tidak semua harta Azhari hilang sepenuhnya. Semenjak tiga minggu lalu, ia sudah menjual aset miliknya untuk memberi pesangon pada semua yang bekerja di rumah besar yang kini tidak mereka tempati. Azhari sudah menjual propertinya yang tersisa untuk biaya pernikahan Farisha dan juga sudah memberikan rumah yang ia bangun di pesisir pantai.     

"Pokoknya tidak mau! Emang saya kambing, yang harus makan rumput terus? Mana ayamnya? Mana daging iganya? Pokonya kamu harus beli sekarang juga!" bentak Benny dengan emosi berlebihan. Tapi setelah ia berkata seperti itu, mendadak dadanya terasa sakit. Ia pegangi dadanya yang sesak itu.     

Azhari menahan amarah kerena sikap semena-mena Benny. Kalau ia ingin, dirinya bisa saja meninggalkan suaminya yang sudah sakit tapi masih arogan dan suka memerintah sesuka hatinya. Jika karena bukan suaminya, ia tidak sudi untuk mengurus pria yang sudah mengkhianati dirinya. Ini karena wujud rasa patuh seorang istri kepada suami yang semena-mena itu.     

'Kupikir setelah seperti ini, kamu akan berubah, Mas. Tapi kenapa kamu masih sama seperti dulu? Sebenarnya kurang apa aku ini? Aku sudah menjadi istri yang baik untukmu. Aku sudah setia dan berusaha bertahan selama ini. Aku rela kamu pukuli dan terus kamu siksa. Kamu sudah selingkuh dengan terang-terangan selama tiga puluh tahun. Apa aku harus seperti ini terus? Jujur, aku lelah.'     

"Apa lihat-lihat? Apa kamu mau menantangku, hah? Kamu jadi istri tidak becus! Bagaimana aku punya istri sepertimu, hah? Dasar istri kurang ajar!" Benny melayangkan tamparan keras kepada istrinya.     

Pada akhirnya Azhari kembali mendapatkan perlakuan tidak pantas dari sang suami. Yang seharusnya suami adalah tempat berlindung dan tempat mengadu. Namun ia hanya dijadikan sebagai samsak tinjunya saja. Ia dijadikan pelampiasan amarah di rumah. Sudah berkali-kali pukulan terus mendarat di tubuh wanita setengah abad itu. Mungkin orang mengira kalau Azhari masih cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi. Dilihat dari wajahnya, ia akan terlihat seperti wanita muda. Namun semua orang akan tahu jika Azhari membuka pakaiannya. Akan terlihat bekas pukulan benda tumpul dan beberapa goresan dari sabuk sang suami bejat itu.     

"Kamu kenapa selalu main pukul, Mas? Apa harus, aku mati saja agar tidak lagi kamu pukuli? Aku capek, Mas. Sebenarnya apa yang kurang dariku? Selama ini aku selalu nurut apa katamu. Tapi sampai sekarang pun kamu masih seperti ini." Merasa lelah dengan semua yang telah terjadi. Hari ini Azhari sudah mau lagi terus mendapatkan pukulan dari suami kejam itu.     

"Jadi istri banyak omong! Mengeluh dan menangis terus setiap hari! Oh, salahkan dirimu sendiri yang tidak mau menuruti apa mauku! Hari ini sudah cukup dramanya! Cepat belikan daging! Jangan lupa beli bir juga! Jadi istri begini banget, sih! Tidak ada gunanya dan tidak bejus mengurus suami yang sakit! Kalau aku sehat, tidak mungkin aku masih di sini! Bukannya di bawa ke hotel, kek. Ke apartemen atau losmen. Ini malah dibawa ke kontrakan kecil ini. Mana banyak nyamuknya!"     

"Ini juga karena kamu, Mas. Ini ulah kamu sendiri yang tergoda wanita lain dan sudah menyerahkan semuanya pada selingkuhan kamu. Kami juga yang tidak bisa mengurus perusahaan karena main wanita dan terus menghabiskan warisan orang tuaku!"     

"Sialan kamu!" Kembali Benny memukul Azhari karena kesal dengan perkataan wanita yang ia nikahi tiga puluh satu tahun itu. Bagaimana ia tidak kesal, ia diingatkan oleh masa-masa jayanya. Tapi ia masih tidak mengaku salah. "Ini bukan karenaku! Ini karena kamu yang tidak mau membantuku untuk mengurus perusahaan. Dan kamu yang terlalu pelit untuk keluar banyak uang. Dan kamu terlalu membuat pesta pernikahan Farisha dengan anak idiot itu! Makanya harta kamu habis untuk pernikahan mereka! Apa kamu tidak sadar diri, hah?"     

Kesal dengan perlakuan suaminya, Azhari mundur beberapa langkah, tidak akan bisa dipukul lagi karena pria itu hanya bisa duduk di kursi roda. Lalu wanita itu menjawab, "Kamu menyalahkan aku, Mas? Hehh, tidak salah apa? Selama ini aku yang bekerja keras untuk mencari uang sendiri tanpa bantuan harta warisan orang tuaku. Dan harta warisan itu, bukankah kamu yang mengurusnya? Lalu mengapa kesalahan yang kau berikan diimbaskan terhadapku? Dan untuk pernikahan Farisha, ini pakai uangku sendiri. Sebagai orang tua, apa salahnya memberikan pernikagan mewah? Seharusnya kamu malu! Kamu sudah membuat hidup kami menderita."     

Benny tidak menyangka istrinya akan berkata seperti itu. Seharusnya ia diurus saat sedang sakit. Tapi kenyataannya ia hanya diberi makanan dengan lauk sayuran saja. Tidak ada daging dan tidak ada buah. Apalagi minuman bir atau yang lainnya. Benny ingin memukul istrinya kembali tapi kali ini ia tidak bisa meraih istrinya.     

"Kesini kamu! Kamu sebagai seorang istri, berani tidak patuh lagi, hemm? Aku tidak mau tahu, pokoknya mana makananku! Jadi istri tidak becus mengurus suami. Kamu sudah tahu hidup kita susah, kamu malah menghabiskan untuk pernikahan Farisha dan bocah idiot itu!"     

Bagaimana tidak kesal, Benny masih tetap ngotot tidak mau bersalah. Apalagi sekarang istrinya sudah menjauh. Ia mencoba meraih Azhari dengan tangannya. Ia ingin memukul dan mengajar habis-habisan. Namun ia malah terjatuh dari kursi roda. Ia mencoba merangkak tapi tidak ada pergerakan dari Azhari untuk membantu. Wanita itu bahkan hanya melihat saja dari jauh.     

"Angkat aku! Azhari, angkat aku ke kursi roda, Bodoh!" maki Benny dengan suara serak. " Uhuk ... apa kamu puas kalau aku mati, hah? Kamu sengaja membuat aku mati saja, Azhari? Awas saja, kalau aku mati dan kamu menikah lagi, hantuku akan gentayangan dan membunuh semua yang kamu nikahi!" umpat Benny sambil berusaha berdiri. Namun sangat sulit karena kakinya sekarang lumpuh. Hanya tangannya yang ia bisa gerakan tapi ia kesulitan untuk menggerakkan jarinya. Kini hidupnya sudah tidak seperti dulu lagi. Ia tidak bisa bersenang-senang dengan wanita muda yang menjadi selingkuhannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.