Tante Seksi Itu Istriku

Malam Yang Panas



Malam Yang Panas

Malam semakin larut, rintik hujan mulai terdengar walau sekarang bukan saatnya hujan. Acara televisi juga tidak menarik lagi. Itu kalah oleh Farisha dan Usman yang saling menyentuh wajah pasangan. Tidak ada yang bisa menggangu keduanya malam ini. Dimalam yang terdengar acara televisi dan nyamuk malam. Tapi tidak urung membuat Farisha dan Usman menghentikan aksi mereka.     

"Man, kamu mau kayak tadi siang lagi, enggak? Kalau mau, kita lakukan di kamar saja, deh. Jujur, yang tadi siang masih perih banget. Apalagi kan itu pertama kalinya untuk aku. Kamu bukannya juga sama? Ini pengalaman pertamamu, kan?" Walau ia sudah jelas tapi ia ingin mendengar langsung. Itu akan membuat dirinya lebih puas, daripada hanya dugaan saja.     

Usman menganggukan kepalanya, membenarkan ucapan Farisha. Ia bingung harus melakukan apa lagi. Sementara sang istri mengajak untuk melakukan hubungan suami-istri kembali malam ini. Farisha mematikan televisi dan berdiri dari posisi duduknya. Ia bermaksud mengajak sang suami untuk segera menuju ke kamar.     

"Ayo, kamu bangun juga, dong. Kita bisa lakukan di kamar. Usman, kamu harus mau dan tidak boleh menolak ajakan istri, yah. Kalau menolak, kamu juga dosa, loh. Apalagi kalau kamu pasif gini. Harusnya sebagai seorang pria, harus aktif, dong! Jangan klemer-klemer kayak gini. Ayo bangun! Bangun!" ajak Farisha. Ia menarik tangan sang suami dan membuatnya berdiri.     

Setelah Usman berdiri dengan gugup, Farisha merangkul tangan itu. Lalu ia merebahkan kepalanya di atas pundak Usman. Ia genggam dengan erat, tangan sang suami dengan mesranya. Yang membuat Usman semakin gugup adalah ketika Farisha mulai berani. Wanita itu mulai berani untuk melakukan gerakan menggoda.     

"Sayang ... ayo cepetan dong! Pegang dadaku ini, Man. Biar kamu tahu aku juga deg-degan. Bukan cuman kamu saja yang sedang mengalami ini. Itu burung kamu juga kayaknya sudah bangun, hehehe. Aku mau pegang juga, deh. Siniiin ... emm ... ini lucu banget. Soalnya ini adalah sebuah senjata seorang pria yang menusuk wanita dan membuat wanita hamil. Dan malam ini dengan benda itu, hamili aku, Man, hehehe," kekeh Farisha menggoda. Ia belum menyentuh tapi hanya menunjuk saja. Tapi tetap bisa membuat lebih besar.     

Celana Usman semakin terasa sempit karena ulah menggoda dari sang istri. Apalagi kalau hanya dilihat dan ditunjuk saja. Usman tidak bisa mengendalikan barang miliknya. Karena Farisha terus memegang tangan sang suami. Mereka sampai di pintu kamar dan segera mereka membuka pintu bersama. Lalu Farisha menutup dan menguncinya. Malam ini mereka yakin akan membuat malam yang panas. Lebih dari malam-malam yang sebelumnya.     

Setelah mengunci pintu, keduanya berjalan ke arah tempat tidur. Berdua saling mencumbu dan saling meraba pasangan. Membaringkan badan setelah acara panas, ciuman yang dilakukan oleh Farisha. Walaupun Usman tidak berpengalaman, Farisha yang membimbing karena wanita itu sudah sering melakukannya dengan kekasih wanitanya. Tentu bukan hal yang baru bagi Farisha. Wanita itu terus membimbing Usman untuk menurunkan ciumannya. Ia turun dari bibir ke lehernya. Memberikan sebuah tanda merah pada leher Usman.     

"Nah, kamu juga sama, Man. Lakukan seperti yang aku lakukan tadi. Kecup begini dan ... ohh ... mmmmm ... shhh ...." Farisha terus menikmati sentuhan dari sang suami di dadanya.     

"Mmm ... Tante ... enak, Tante ... mmm ... boleh aku cium itunya Tante?" tanya Usman, menunjuk dada Farisha yang masih tertutup pakaiannya. Ia meremasnya dari luar dengan lembut. "Ohh ... kenapa ini enak banget, ooh ... yahhh ..." ceracau Usman.     

"Yah, boleh, lah. Massa enggak ... ayo, bukain bajuku. Malam ini aku puaskan kamu, hemmm ..." gumam Farisha. Wanita itu terus memejamkan matanya. Dengan nafas memburu, ia sudah siap kembali. Membuka pakaian sang suami dengan mudah. Sementara pakaian miliknya juga dibuka oleh sang suami.     

Keduanya kembali terbuai oleh nikmatnya dunia. Apalagi mereka sama-sama menikmatinya. Hingga suara erangan dan desahan Farisha malah membuat Usman semakin bersemangat untuk melakukan olahraga malam. Setelah sama-sama membuka seluruh pakaiannya, keduanya melanjutkan dengan cepat. Usman mengecup bibir itu dan turun ke leher seperti yang diajarkan oleh sang istri. Ia juga meninggalkan bekas merah di leher jenjang sang istri. Seleain itu, Usman memberanikan diri untuk meremas dada besar yang bulat itu. Dengan ujungnya yang berwarna merah maroon itu.     

"Ayo ... jangan hanya dilihat dan diremas. Aku mau kamu jilatin dan kamu beri juga tanda merahmu di sana. Ini, ujungnya juga kamu bisa hisap, ohh ... seperti itu." Hanya kenikmatan yang ia rasakan saat ini. Tidak ada yang lain selain menikmati apa yang ada.     

Mendengar permintaan sang istri, membuat lelaki itu mengangguk dan melakukan apa yang diminta. Ia juga menikmati apa yang di depannya. Ia terus memposisikan itu selama beberapa menit. Tidak hanya Usman, Farisha juga menegang. Dan rasanya percintaan kali ini lebih nikmat dari sebelumnya. Karena semakin lama, Farisha terus mengajar Usman.     

"Mmm ... sudah gak tahan, masukin burung kamu, Man." Farisha mengakangkan pahanya lebar-lebar agar senjata tempur milik suaminya memiliki jalan. Ia masih menikmati apa yang baru dilakukan dengan dadanya. Sekarang sudah sangat perih tapi permainan belum selesai. Mereka harus meneruskan sampai selesai.     

Usman menurut saja dan dengan rasa bangga dan rasa bahagianya, tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. "Ohh, aku sangat ... oh ... sangat. Maaf, aku gesekin dulu, yah, hehehe ... tapi ini kok masih enak. Ohh ...." Usman tidak menjebol gawang. Hanya memutar-mutar saja di pintu masuk sang naga.     

Nyatanya perbuatan Usman juga dinikmati oleh Farisha. Tapi ia tidak tahan dan ia menggenggam ujung senjata tempur Usman dan melesakan masuk ke dalam gerbang naganya. Usman juga turut membantu dengan dorongan yang keras. Lengkuhan panjang juga tidak bisa dihindarkan. Mereka melakukannya sampai malam larut. Tidak terhitung waktu mereka karena Usman termasuk lekaki yang kuat.     

Berjam-jam keduanya bermandikan dengan peluh dan dengan tanpa ragu, Usman melesakan semburan nafas naga ke dalam gerbang naga itu. Tapi tidak tertampung semua dan beberapa keluar. Namun itu belum selesai karena stamina Usman masih menggebu. Dan Farisha sudah sangat lemas. Akhirnya Usman dan Farisha melakukan babak ke dua setelah Usman istirahat beberapa saat.     

"Kenapa kamu kuat sekali, Man? Ini sebenarnya aku sudah lemas. Hhhhmm ... shhh ... ini sangatss ... mmm, masukan langsung, Man. Aku sudah lelah. Tapi kamu masih kuat. Jadi mohon untuk segera selesaikan."     

"Hehehe ... maafkan aku, Tante ... aku masukin dari belakang, boleh? Aku ingin lihat bokong kamu, Tante. Itu bulat dan gede. Boleh dong, selipin di belahannya, emm, boleh, Tante?" pinta Usman. Setelah mendapat anggukan, ia langsung membalikan tubuh Farisha. Lalu ia pandangi pantat super besar itu. Ia elus dengan tangan dan juga ia hisap dengan mulutnya sebelum menggesekan pusakanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.