Tante Seksi Itu Istriku

Wanita Penggoda



Wanita Penggoda

"Hehehe ... marahlah dia. Kalau begitu, sekalian saja, aku mau mengantar anak tiriku dan suaminya. Tapi tenang saja, aku tidak akan merebut suamimu itu, hehehe. Kalau suami miskin, mah itu untuk kamu saja. Karena untuk apa hidup miskin kalau bisa dapat yang kaya? Kalau si bandot tua itu mati, sebagai seorang istri, juga pasti akan mendapatkan harta gono-gini, kan?"     

"Kurang ajar! Kalau berani, coba saja kamu mengajak si bajingan itu. Ternyataaa kau juga sama bajingannya dengan dia! Cuihh! Lebih baik kau tidak perlu mengotori rumah ibuku! Dan kalau mau ambil Benny pun itu tidak masalah! Kalau perlu, kalian berdua membusuk di kuburan!" Jelas Farisha emosi karena kelakuan wanita itu. Tidak tahu apa yang ia bisa katakan, mengeluarkan segala emosinya. Ingin sekali ia menggambar wanita tidak tahu diri itu.     

Sementara Usman hanya diam saja. Ia tidak tahu menahu soal yang seperti itu. Takutnya ia tidak bisa membantu Farisha. Hanya menjadi bulan-bulanan wanita di depan. Karena memang Usman adalah pemuda miskin yang ingin hidup layak dan lebih baik di kota. Bertemu dengan Farisha, tidak ingin memanfaatkan wanita yang sangat baik kepadanya.     

"Hehehe, kamu mau keluar juga tidak apa-apa lagi, calon anak, hemm? Hahahaha!" tawa wanita itu dengan senang. Jelas dirinya sengaja untuk menggoda Farisha. Membuat Farisha marah adalah kesempatan langka karena bisa memuaskan hatinya yang jenuh setelah beberapa kali harus melayani Benny untuk mendapatkan banyak uang dari pria paruh baya itu.     

"Aku mau keluar! Berhenti, Bego!" bentak Farisha. "Dasar perempuan tidak tahu diri! Kalau mau bawa si parasit itu, sama hanya denganmu yang menjadi parasit untuk si parasit!" Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Farisha yang emosi. Tapi sekali lagi, ia berharap wanita itu menghentikan mobilnya.     

Tidak mungkin juga kalau Farisha mengajak Usman keluar dengan melompat dari mobil yang masih melaju dengan cepat. Hingga mereka sudah dekat dengan rumah peninggalan kakek dan nenek Farisha. Wanita itu pun menghentikan mobilnya di depan rumah yang begitu mewah itu.     

"Huahh ... aku akan mendapatkan rumah yang megah ini, menikah dan punya anak sama pria kaya dan tampan. Juga yang lebih muda dari ayahmu, Farisha, hehehe," kekeh wanita itu.     

"Ayo turun, Man! Tidak baik berada di dekat wanita siluman seperti dia!" tunjuk Farisha ke arah wanita yang ia tidak tahu siapa. Tapi memang lebih muda darinya. Ia mengirakan kalau umur wanita itu dia puluh tujuh tahun ke bawah. Tapi tingkahnya seperti seorang wanita tua yang haus dengan harta.     

"Hei, kalian mau ke mana? Setidaknya kalian bayar tagihan terlebih dahulu. Apa kalian tega sama sopir muda nan cantik ini tidak dibayar? Aku hanya mencari sesuap nasi untuk makan. Ohh, tapi aku maunya makan yang lebih besar. Hihihi," kikik wanita itu kegirangan.     

"Nih! Buat si nenek lampir yang semoga akan membusuk di neraka karena berbuat seperti ini!" Farisha mengambi uang ratusan ribu dari tasnya. Ia tidak menghitungnya tapi asal ambil dan ia lemparkan ke wajah wanita itu. Emosinya sangat kesal hari ini. Bagaimana tidak, ia harus bersabar menjadi orang. Sudah mobilnya mogok, kini berhadapan dengan wanita penggoda pria kaya. Yang sebenarnya kekayaan Benny adalah milik Azhari.     

Farisha dan Usman segera menuju ke rumah mewah itu. Sementara wanita yang mengantarkan Farisha bersama Usman, hanya bisa memunguti uang kertas yang bertebaran di jalan. Ia sangat suka dengan uang. Walau uang yang dilempar tidak sebanyak uang yang diberikan oleh Benny saat menghabiskan malam bersama. Ia sebenarnya juga muak dengan Benny yang sudah tua dan kini tidak lagi bisa memuaskan dirinya. Ini saatnya ia mengeruk banyak uang untuk menjadi orang kaya yang sebenarnya.     

"Heheheh ... hehehe, Benny. Apalah aku yang wanita miskin ini? Tapi mulai hari ini, aku sudah akan membuat kamu kehilangan semuanya. Harta kamu hanya untukku, hemm." Setelah mengambil uang dari Farisha, ia melihat ke arah rumah yang besar itu. Di rumah itu sudah jelas berisi banyak harta. Jika ia ingin membawa banyak harta, ia hanya perlu memintanya saja.     

Farisha dan Usman masuk ke dalam ketika sang penjaga membuka gerbangnya. Setelah masuk, Farisha mengatakan, "Pak, kalau wanita itu mau masuk ke dalam, jangan kasih masuk, yah! Dia hanya wanita yang mau merampok rumah ini."     

"Oh, siap laksanakan!" seru pria penjaga gerbang tersebut. "Selamat datang kembali di rumah." Pria itu juga sudah menantikan kepulangan Farisha. Ia pun bisa beristirahat sebentar. Tapi sebelum itu, ia harus memastikan kalau tidak ada orang yang masuk lagi.     

"Halo, Pak. Kenapa gerbangnya ditutup lagi? Aku bersama dengan wanita yang sudah masuk tadi. Pak, bisa biarkan aku masuk ke dalam? Dia adalah calon anak tiri saya. Jadi bisa bawa aku kepada anak tiriku. Kalau mau buka pintunya, aku akan kasih ini pada Bapak." Wanita itu melambaikan tangan sambil memegang uang ratusan ribu kepada pria itu.     

"Maaf, sebaiknya Mbak pergi saja dari sini. Dan untuk uang itu, lebih baik untuk membeli air mineral di sana!" tunjuknya pada sebuah toko yang letaknya jauh. "Hari ini mungkin aku dapat uang seratus ribu itu. Tapi uang itu adalah uang terakhir yang saya dapatkan selama berada di rumah ini." Tentu ia tidak ingin karena ingin uang itu, malah dirinya dipecat karena tidak melaksanakan perintah anak majikannya.     

"Iih, kenapa Bapaknya nggak asik gini, sih? Emm ... bagaimana kalau aku tambahin bonus? Aku mau emmm, bobo sama Bapak. Pasti punya Bapak gede, kan? Ayolah, Pak. Aku mau kok, jadi teman tidurnya Bapak malam ini. Asalkan aku bisa masuk."     

Jelas saja pria itu malah dibuat ngeri. Ini adalah godaan terbesarnya. Tapi ia harus bertahan demi anak dan istri di rumah. Ia bisa melihat wanita itu yang menggoda dirinya. Tapi tidak akan bisa membuat rumah tangga dengan istrinya yang sudah terjalin lama, hancur karena wanita penghancur tersebut.     

"Jadi lebih baik Mbaknya pergi saja dari sini! Kalaupun saya mau, saya bisa minta sama istri saya! Dia juga goyangannya mantap. Melihat Mbak yang gampangan ini, sudah pasti banyak yang pernah tidur denganmu, kan? Maaf, tapi istri saya hanya saya yang tidur dengannya. Dan pasti lebih menjepit istri saya. Walaupun sudah berumur tapi setiap hari minum jamu rapet. Jadi mohon Mbak ini meninggalkan rumah bos saya ini!" usir pria itu dengan tegas.     

"Kurang ajar! Baiklah kalau begitu, aku akan katakan pada mas Benny kalau bawahannya mau melecehkanku!" ancam sang wanita.     

"Hehehe, silahkan, Mbak. Karena di sini ada kamera CCTV dan ada perekam suara juga. Nanti juga akan tahu siapa yang bisa menang. Dan asal Mbak tahu, yang memperkerjakan dan membayarku adalah ibu Azhari. Jadi tanpa persetujuan dari beliau, saya tidak mungkin dipecat."     

Wanita itu terdiam mendengar perkataan sang penjaga gerbang itu. Bagaimana mungkin dirinya bisa masuk? Kalau ada kamera CCTV dan perekam yang dipasang di rumah itu. Ia meninggalkan pria paruh baya itu dengan kecewa.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.