Tante Seksi Itu Istriku

Wanita Peminum



Wanita Peminum

Farisha harus memikirkan alasan apa yang harus dikatakan kepada Vania. Ia tidak bisa jujur kalau ia harus menjalani bulan madu bersama sang suami. Tapi ia juga tidak bisa berbohong. Ia harus berhati-hati dalam beralasan. Itulah mengapa ia harus memiliki pemikiran yang jernih untuk bisa membuat keputusan atau alasan untuk mengelak.     

"Idih, sebel, deh! Pakai acara-acara segala. Memangnya ada acara apa kamu, sih? Sampai-sampai kamu tidak bisa segala! Aku sebenarnya lagi kepengen banget malam ini. Kalau kamu tidak mau di sini, kamu bisa pulang, deh!" ketus Vania. Ia merasa terkhianati oleh Farisha. Padahal hanya wanita itu yang ia suka. Walau ia sering bergonta-ganti pasangan tidurnya. Jadi tidak masalah kalau tidak ada Farisha.     

"Tuh, kalian kenapa jadi begini, sih? Ya sudah, Vodka saja, yah? Pokoknya kalian harus minum, deh. Ini ada cara terbaru untuk menikmati minuman itu, hemm. Mau tahu bagaimana aku membuatnya? Aku bisa membuat kalian merasakan dunia yang berbeda. Sambutlah sebuah mahakarya kami."     

Farrah menyambut seorang wanita yang membawa loyang bersama dengan sebuah minuman keras itu. Tapi malam ini Farisha tidak boleh mabuk. Karena ia harus pulang sebelum jam sebelas malam. Itu sudah ia atur agar tidak terlambat.     

"Aku sedikit saja, yah! Soalnya aku tidak bisa minun banyak-banyak, malam ini." Sebenarnya Farisha juga merasa minuman itu tidak enak dan tentu akan merusak tubuhnya.     

"Iyalah ... kamu katakan saja sekarang, memang kamu ada acara apa? Dengan siapa? Apa kamu menemukan wanita lain di luaran sana? Kalau iya, kan kita bisa join, iya nggak Vania?" kata Farrah, melirik Vania.     

"Aku muak banget sama orang yang hanya pura-pura atau gimana. Ayo, akhh ... minum yang banyak dan jangan sampai tersisa setetespun! Oh, ini ada tiga botol, kan? Gini saja, siapa yang bisa habiskan satu botol duluan, aku akan kasih itu mobil di depan! Kalau aku yang menang, Farisha harus membatalkan rencananya besok."     

Jelas-jelas Vania dan Farrah tidak bisa dikalahkan. Gara-gara dua wanita itu, Farisha akan membuat ibunya menjadi bersedih. Ia telah mengkhianati wanita yang melahirkannya. Tapi ia tidak bisa memutuskan memilih yang mana. Bagaimana ia bisa menghabiskan satu botol minuman itu? Rasanya ia akan mengalami mabuk parah. Tapi tidak ada jalan lain. Satu-satunya cara, ia harus menghabiskan minuman itu.     

"Ayo, Farisha, kalau kamu menghabiskan satu botol dengan cepat, kamu bawa pulang mobilku langsung!" Vania tersenyum menatap kekasihnya. Lalu ia memainkan rambut Farisha dengan memutar-mutarkannya.     

Tentu itu adalah tawaran yang menarik. Tapi intinya bukan masalah mobil itu. Akan tetapi masalahnya adalah janji Farisha kepada ibunya. Ia tidak bisa pulang ke rumah malam ini. Ia berarti harus memiliki ide lain. Ia memikirkan cara agar bisa menang dan segera pulang. Tapi ia hanya bisa ke swalayan yang di dalamnya ada Usman. Ia harus membangunkan Usman yang mungkin sudah tidur.     

"Oke, aku akan minum semuanya. Apa kita bisa memulai dari sekarang, hah?" tanya Farisha sambil mengambil minuman di dalam botol itu.     

"Baiklah ... kita bisa minum seperti apapun boleh. Asalkan kita habiskan. Entah itu sambil makan atau apa, yang jelas, kita hanya perlu menghabiskan minuman ini. Boleh sambil makan atau minum yang lainya. Tapi kan aturannya yang penting vodka ini." Vania mengangkat minuman itu ke atas.     

"Baiklah ... kita setuju saja, yah? Kita hanya bertiga saja, kan? Biarkan saja kafe ini juga sudah sepi. Jadi kita akan menutup kafe terlebih dahulu dan mengusir pasangan normal itu. Kalian persiapkan saja, mau pakai cara apa. Aku akan mengusir dua orang itu." Farrah meninggalkan kedua wanita itu untuk menemui sepasang kekasih yang memakai kamar di atas untuk melakukan hubungan diluar nikah.     

Sepasang kekasih, pemuda berusia dua puluh tahun bersama seorang wanita dua puluh tiga tahun sedang menikmati pertarungan di atas kasur. Mereka sudah tidak memakai apapun ketika pintu dibuka dari luar. Farrah masuk ke dalam tanpa risih melihat mereka. Karena ia sudah terbiasa melihat pemandangan itu.     

"Hei, kalian berdua lebih baik teruskan di tempat lain, deh! Saya tidak mau ada warga yang ngelaporin kalau tempatku menjadi tempat untuk main kuda-kudaan! Kalian segera pergi!" usir Farrah, lalu mendorong keduanya yang belum sempat berpakaian.     

"Sebentar, Mbak. Kita harus berganti baju dulu! Malu kalau dilihat orang di luar. Emm ... di luar ada orang yang sedang makan atau minum, kan?" Walau lelaki itu heran karena wanita itu bahkan tidak terlihat tertarik dengan barang dagangannya. Tapi ia belum puas bermain dengan pacarnya.     

"Lagian siapa yang mau sama kamu? Di luar teman-temanku semua! Kalian pakai saja pakaian sambil jalan! Saya tidak mau kalian mengganggu tamuku karena dosa-dosa kalian."     

Mereka berdua pun hanya bisa pasrah dan memakai pakaian sambil berjalan. Pemuda itu dan pacarnya tergesa-gesa memakai celana dan baju tanpa memakai pakaian dalam terlebih dahulu. Tapi barang-barang mereka sudah dibawa semua.     

Farisha dan Vania juga tidak merasa malu atau risih ketika melihat seorang lelaki yang sedang memakai celana tapi belum tertutup bagian yang paling penting. Karena melihat dua wanita berbadan sempurna, membuat pemuda itu membayangkan hal buruk pada semuanyaa. Tapi tentu tidak ada reaksi apapun, baik dari Farisha ataupun Vania.     

"Kalian cepat pergi, yah!" usir Farrah kembali. Ia menggeleng kepalanya ketika melihat wanita yang bersama lelaki itu menjewer telinga sang pemuda. "Hahaha! Rasain kamu jadi cowok!"     

Setelah pemuda dan seorang wanita yang berusia lebih tua darinya, Farisha dan dua wanita itu sedang berada di satu tempat. Di mana sebuah meja berbentuk lingkaran. Menampung beberapa makanan ringan atau air bening dan lain sebagainya. Tapi yang paling utama adalah tiga botol vodka yang sudah siap ditandaskan.     

"Oke, kita mulai saja, yah! Siapapun yang menang, dia berhak mobil itu," ujar Vania dengan senyuman. Hari ini ia yakin Farisha akan membatalkan janji kepada orang lain. Apalagi setelah minum minuman keras itu, ia yakin kalau Farisha akan tetap berada di kafe itu.     

Dan mereka pun memulai minum dan makan sepuasnya. Masing-masing diberi satu gelas kecil untuk menampung minuman itu. Setelah mereka memulai, tidak bisa kembali seperti semula. Farisha menuang minuman itu dan menenggaknya. Sementara dua lainnya juga melakukan hal yang sama.     

'Aku tidak mau semakin mabuk. Bagaimana caranya agar menang tapi tidak minum banyak?' pikir Farisha. Ia pun tersenyum dan membiarkan mereka untuk minum terlebih dahulu sampai agak mabuk. Mereka sudah menghabiskan setengah dari botol itu. Tapi Farisha masih banyak.     

Setelah dua wanita itu sudah tinggal sedikit lagi, Farisha pun melakukan perbuatan curang. Ia tidak menuang minuman itu ke gelasnya. Tapi ia pelan-pelan menuang itu ke dalam gelas lawan. Ia melakukan itu tanpa ketahuan oleh mereka. Hingga pada akhirnya mereka bingung tapi pikiran sudah tidak tahu lagi. Antara sadar dan tidak sadar. Sementara itu, Farisha tetap melakukan kecurangan itu. Hingga minuman di botol Farisha habis. Barulah ia mengangkat botol minuman.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.