Tante Seksi Itu Istriku

Mie Ayam Bikin Mules



Mie Ayam Bikin Mules

"Aduuhh! Perutku kok malah jadi mules begini, sihhh ... ohhh ... mmmm ... shhhh, sakiittt!" jerit Usman yang merasakan perut sakit. Ia merasakan ingin buang air besar dan ia yakin kalau dirinya akan mengalami sakit mencret.     

Usman berlari menuju ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya. Entah mengapa di hari yang sudah malam, ia belum bisa tidur dan malah ingin buang air besar. Pemuda itu bolak-balik ke kamar mandi dan ke kamarnya. Tapi saat ia sudah lelah dan sudah ingin ke kamarnya kembali, ia mendengar gedoran pintu dari luar.     

"Eh, ngapain orang malem-malem gedor-gedor pintu? Apa dia orang jahat? Ah, biarkan saja lah. Aku harus tidur saja malam ini. Uhh, ini sangat sakit, selesai enggak, lapar iya. Ohh, aku sangat lapar. Apa ada yang bisa aku makan, yah? Bolehkah aku ambil roti di luar atau merebus mie? Ohh, bener-bener aku lapar."     

Karena makan mie ayam itu, Usman harus mengalami sakit perut dan terus-terusan buang air besar. Tapi sekarang dirinya malah merasa lapar. Alih-alih ingin makan enak, sudah membayar mahal dan isinya hanya sedikit dan harus mengalami muntah karena makan kotoran cicak, ia merasa hidupnya hari ini sungguh sial. Luka di punggungnya juga malah kambuh di malam yang dingin ini.     

Usman juga merasa takut dengan orang yang terus menggedor-gedor pintu itu. Ia ingin tahu siapa dia tapi merasa takut untuk mendekat. Sebagai orang yang tidak tahu keadaan di kota, ia sering mendapatkan rumor kalau di kota tempat tidak aman. Banyak penjahat berkeliaran dan ada juga yang bisa membobol tempat tinggal atau sebuah toko. Tujuan mereka pun ingin merampok dan tidak sedikit dari mereka yang sampai membunuh. Usman takut kalau dirinyalah yang akan dibunuh orang itu. Makanya ia takut ke lantai bawah.     

"Ah, mau ambil mie instan tapi takut ke bawah. Tapi lapar, ohh ... Ya Tuhan, tolong hamba yang kelaparan ini! Oh ... laparrrr!" Karena lapar yang terlalu, membuatnya nekat dan berlari dan menuruni tangga untuk sampai ke lantai bawah.     

Di lantai bawah, Usman ketakutan tapi gedoran pintu semakin pelan. Tapi kewaspadaan Usman masih ia tingkatkan. Ia memegang sapu untuk pertahanan dirinya agar bisa memukul pelaku pencurian jika orang di luar masuk untuk merampok.     

"Usman ... kenapa kamu mengunci pintu dari dalam? Aku jadi gak bisa masuk. Usman ... ya ampun, Usman. Kenapa aku tidak bisa masuk? Padahal sudah bawa ini kunci. Malah dari dalam kamu kunci juga, Man."     

Lelaki itu juga mendengar suara seorang wanita yang ia kenal memanggil namanya. Tentu itu adalah suara Farisha yang merintih kelelahan. Karena penasaran, ia pun mendekat ke arah rolling door yang di depan. Dengan perlahan, Usman menyiapkan telinganya untuk mendengar.     

"Siapa yang ada di luar? Ini beneran Tante atau bukan?" tanya Usman dengan lirih. Hari sudah malam dan ia takut kalau wanita itu bukanlah Farisha tapi orang yang suaranya mirip. Tapi aneh juga kalau itu Farisha. Karena malam-malam begini datang ke swalayan.     

"Usman, tolong bukain pintunya, aku sudah lemes banget, nih." Suara di luar, seperti Farisha. Tapi dalam kondisi lemas dan berkata sangat lirih sambil sesekali memukul rolling door itu. Menimbulkan suara yahh keras karena bahannya terbuat dari baja.     

"Oh, tunggu yah, Tante ... aku akan bukain segera!" Ia sudah memutuskan untuk membuka saja karena sudah yakin itu suara Farisha. Maka ia membuka pintu itu dengan menarik slot pintu yang ada di tengah. Ia lalu membuka rolling door dan terlihat seorang wanita yang sedang terbaring di lantai.     

"Kenapa kamu lama banget, Man? Aku sudah nunggu kamu setengah jam lebih. Aku teriak-teriak juga kamu tidak mendengar. Ohhh, lelah banget ... gendong aku ke dalam, Man?!" pinta Farisha. Ia mencoba berdiri tapi badannya sudah sangat lemas.     

Tidak tega melihat sang istri, Usman segera menggendong Farisha. Di saat dirinya juga sangat lemas karena lapar. Ia menggendong Farisha dan mendudukkan ke kursi plastik yang ada di dalam swalayan. Lalu ia mencari saklar dan menghidupkan lampu untuk bisa menerangi sekitarnya.     

"Man, bikinkan aku teh panas, yah! Kamu ambil di rak dan catat juga. Kalau kamu mau ambil apa, jangan lupa untuk mencatat, yah. Tapi aku mau diantar ke kamar saja, Man. Aku lemes banget," keluh Farisha. Karena efek minuman beralkohol itulah, Farisha harus mengalami hal seperti itu. Ia merasa pusing dan lemas.     

"Iya, Tante. Aku tutup pintunya dulu, yah! Takut ada yang melihat swalayan buka, aku tidak bisa melayani. Nanti aku akan bikinkan teh, deh." Usman menutup pintu kembali lalu mengunci rolling door tersebut. Lalu ia jongkok di depan Farisha untuk menggendong sang istri.     

Farisha naik ke punggung Usman yang sedang dalam keadaan kelaparan itu. Setelah wanita itu sudah di punggung Usman, lelaki itu pun melangkahkan kaki dengan perlahan. Terasa tubuh wanita yang ia hendak begitu berat. Tapi Usman merasakan sesuatu yang empuk menyentuh punggungnya. Ia hanya bisa menelan salivanya sendiri karena tahu itu apa. Yang pernah ia pegang dan remas juga karena permintaan Farisha. Hal itulah yang membuat Usman semakin semangat dan menambah kekuatannya.     

Saat menaiki tangga, rasanya semakin lelah dan berat. Berat Farisha jelas lebih berat dari Usman walau wanita itu tidak gemuk, tinggi badan dan ada bagian tertentu yang tidak perlu dijelaskan lagi. Tapi tidak mengurangi semangat sang Usman Sayuti. Dirinya merasa tertantang untuk membawa seorang wanita yang ia suka. Pada akhirnya mereka sampai dan dibawanya wanita itu ke kamarnya.     

"Terima kasih, Man. Kalau begitu, kamu buatkan teh panas, yah! Aku mau tiduran sebentar. Ohh, aku pusing banget, Man." Farisha menggulingkan tubuhnya ke tempat tidur.     

Tanpa berkata apapun, Usman kembali ke bawah untuk merebus mie instan dan membuat teh panas untuk Farisha. Terlebih dahulu, ia mengisi panci kecil dengan air kran. Lalu ia bawa ke kompor dan menyalakan kompornya. Seperti yang diperintahkan Farisha, ia harus membuatkan teh dan mie instan yang sudah ia catat.     

Setelah beberapa menit kemudian, ia sudah menyelesaikan memasaknya. Ia bawa mie bersama teh panas itu ke atas. Ia tahu Farisha tidak suka gula jika minum teh panas. Maka ia tidak menambahkan gula pada teh itu. Ia bawa keduanya ke kamar Farisha, di mana wanita itu sedang terbaring tapi mencium bau mie instan yang sangat menggoda.     

"Man, kamu masak mie juga? Oh, aku mau juga, ahh ... tahu betul kamu aku juga lapar!" Farisha bangkit dari tempat tidurnya, mencium aroma mie instan yang sangat sedap.     

"Eh, yasudah, ini buat Tante saja. Aku akan buat lagi. Maaf, aku lapar dan ingin makan mie juga, Tante," ungkap Usman.     

"Ya sudah, makan sama-sama saja, Man. Ayo, bawain ke sini! Suapin, yah! Aaaa!" pinta Farisha yang menganga, meminta mulutnya dimasukan mie instan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.