Tante Seksi Itu Istriku

Pria Yang Aneh



Pria Yang Aneh

Sebenarnya Farisha juga tidak ingin melakukan apapun. Hari ini sangat malas melakukan aktifitas. Ia ingin tiduran saja di kamar untuk mengisi waktunya. Ada Usman yang berjalan di belakang, ia biarkan begitu saja. Banyak orang dari pihak hotel yang bertemu dengannya pun, menyapa mereka.     

"Selamat siang, Bu ..." sapa seorang pria muda yang berusia sekitar dua puluh tahunan. Ia tahu kalau wanita di depannya adalah orang yang menikah semalam. Dengan hormat, ia menunduk dan melirik ke arah yang tidak seharusnya.     

"Oh, siang juga," balas Farisha dengan malas. "Usman, kamu bisa jalannya lebih cepet lagi?" Ia menengok ke belakang, sang suami yang berjalan begitu lambat.     

"Bu Farisha, bukan? Maaf, Ibu Farisha, ada yang ingin saya katakan dengan anda. Ini soal–" Namun ucapannya terpotong oleh Farisha.     

"Maaf, saya tidak ada waktu untuk berurusan denganmu. Memangnya ada apa? Aku sudah sangat lelah. Bicara saja sama ibuku di bawah," potong Farisha, membiarkan orang yang tidak dikenalnya. Karena ia tidak tahu apa-apa. Dan jika soal biaya sewa hotel, ia merasa juga sudah selesai.     

"Oh, ini soal pribadi saja, sih. Tidak ada hubungannya dengan hotel kami. Hemm, kalau bisa, bolehkah saya mengenalmu lebih jauh? Kita bisa makan-makan berdua saja, gitu."     

Farisha menghela nafas panjang lalu menarik tangan suaminya. Farisha berpikir, 'Yang benar saja, urusan pribadi, apa hubungannya denganku? Orang ini pasti orang gila.'     

Karena tidak ingin terus-terusan diikuti oleh orang yang ia tidak kenal, Farisha menarik tangan Usman. Wanita itu tidak suka dengan orang-orang yang biasa berbuat modus seperti itu. Ia sudah tahu banyak tentang modus orang-orang seperti itu. Ia tahu kalau mereka memiliki niat yang tidak baik. Bisa saja mereka adalah orang suruhan untuk menjadi aktor dalam rencana seseorang yang membenci atau ingin menjatuhkan dirinya. Apalagi sudah tertebak dari gaya berpakaian dan gaya bicaranya, merupakan aktor handal di dalam dunia nyata.     

"Bu Farisha, tunggu! Ini saya ada sesuatu rahasia tentang ayahmu! Ibu Farisha pasti akan tertarik mendengarnya!" celetuk pria berpakaian rapih itu. Ia sangat yakin, Farisha akan berhenti untuk mendengarnya.     

"Apa? Ayah? Saya tidak punya ayah!" sungut Farisha. Ia menengok dan melihat ke arah pria itu. Tapi ia tidak menyangka, pria itu akan berbicara seperti itu. Lalu ia melirik suaminya lalu berkata, "Kamu harus ada di sisiku! Aku tidak ingin terjadi apa-apa nantinya!"     

"Eh, iya, Tante," balas Usman sambil mengangguk. Walau ia adalah statusnya sebagai seorang suami, ia bahkan harus mematuhi sang istri. Tapi memang ada benarnya juga. Ia juga harus menjaga istrinya, jangan sampai terjadi apa-apa.     

Pria yang sudah ditunggu oleh Farisha pun mendekat dengan sedikit senyuman. Betapa bahagianya dirinya karena telah mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan wanita itu. Hal yang sudah diatur, akan segera terlaksana. Hanya tinggal mencari waktu yang tepat saja, untuk melakukan tindakan selanjutnya.     

"Eh, Bu Farisha ... bisakah kita bicara ... mmm ... kita bisa bicara ... hanya berdua saja, mmm?" usul pria itu dengan tatapan menggoda. Tentu, siapa yang mau berada di tempat dengan lelaki seperti Usman? Dirinya juga merasa tidak akan bisa maksimal saat ada lelaki lain atau orang yang tidak perlu.     

"Kenapa, hemm? Apa segitu rahasianya, jadi anda tidak mengatakan apapun karena ada orang lain, gitu? Oh, okeh ... saya jelaskan kepada anda, saya tidak memiliki ayah dan tidak perlu mendengar apapun darimu!" tandas Farisha.     

Sebenarnya Farisha juga penasaran dengan apa yang dikatakan oleh pria itu. Tapi ia tidak ingin seseorang memanfaatkan dirinya atau berniat jahat padanya. Ini adalah sebuah kesalahan besar jika ia menerima undangan seorang lelaki tidak dikenal begitu saja.     

"Eh, maksudku, ini hanya pembicaraan yang hanya bisa dikatakan oleh kita saja. Sebenarnya kita tidak bisa mengatakannya pada orang lain. Aku hanya ... yah ... anda tahu, aku dalam kesusahan kali ini. Tolong kerjasamanya," kata pria itu dengan kata tidak jelas itu.     

"Kalau bicara, tolong yang jelas! Saya tidak tahu apa yang anda maksud. Sepertinya anda hanya membuang-buang waktu saya. Tidakkah kau tahu, saya ini adalah pengantin baru. Yang pastinya membutuhkan suasana tenang, tanpa ada yang mengganggu. Dan anda terbukti telah mengganggu kami dengan ucapan anda yang tidak jelas," pungkas Farisha.     

"Oh, maaf-maaf. Sebenarnya ini hanya asumsiku saja, sih. Tapi apa salahnya kalau kita bicarakan soal ayah anda dengan hanya kita berdua yang tahu? Saya bisa mentraktir anda makan malam, yang pastinya akan menyenangkan," sahutnya dengan senyum dipaksakan.     

Farisha merasa sebal dengan pria itu. Memang sudah pasti ia hanya dikerjai oleh orang yang bahkan tidak tahu asal-usulnya. Berbicara dengan tidak jelas dan selalu menghindar dari topik yang sebenarnya.     

"Saya tidak mau berbicara dengan orang yang bertele-tele seperti anda!" sahut Farisha. "Ayo, Suamiku, kita tinggalkan tempat ini. Agh, sudah mengantuk," godanya pada Usman.     

Pria itu pun ditinggal begitu saja. Ia malah menjadi berkeringat dingin karena berbicara dengan Farisha baru saja. Padahal ini sudah ia siapkan rencananya yang pasti akan berhasil. Dirinya terlalu fokus untuk menatap sesuatu yang membuatnya lupa diri dan tidak bisa berpikir dengan baik.     

"Kenapa otakku jadi ngelag begini, yah? Dasar wanita itu pasti sudah bikin aku salah tingkah begini. Hemm, bagaimana kalau aku menidurinya, yah? Aku kan badannya tidak terlalu jauh tingginya dari suaminya. Jadi nanti malam, mungkin bisa menjalankan aksiku, hohoho." Pria itu tersenyum senang dan tertawa terkikik. Karena rencananya gagal untuk dekat dengannya, ia memiliki jalan pintas untuk dilakukan.     

Pria itu meninggalkan Farisha yang sudah masuk ke dalam lift bersama dengan suaminya. Karena ia bekerja di hotel itu, dengan mudah, mendapat nomor kamar dan bisa saja melakukan sesuatu yang tidak terduga.     

"Sungguh wanita itu memang seksi banget. Andaikan aku bisa menikmati malam ini, pasti puas lah aku, kikikik," kikiknya sambil menutup mulutnya.     

Farisha bersama Usman berada di dalam lift dan melepaskan tangannya dari pemuda itu. Tak seberapa lama, pintu lift terbuka dan masuklah seorang pria yang terlihat tingginya mencapai seratus delapan puluh sentimeter. Tentu berada di atas Usman bahkan Farisha pun terlihat kecil di hadapannya. Bahkan membuat Usman merinding ketakutan. Usman pernah melihat dan sudah sering didekati oleh Bram yang juga lebih tinggi darinya. Tapi berbeda dengan pria yang lebih tinggi dari Bram itu. Jelas itu adalah seorang warga negara asing yang ada di negara ini.     

"May I come in, Miss, Brother?" tanya pria itu dengan sopan. Ia menjelajahi tubuh seksi Farisha dan berkata, "Are you alone, without your girlfriend, Miss You're so sexy!" puji pria itu.     

Tentu Usman tidak akan tahu, maksud perkataan pria itu. Ia bingung mendengar ucapan yang terdengar todak jelas dan mengambang bagi Usman. Tapi ia juga melihat ekspresi tidak suka Farisha. Maka ia berinisiatif untuk menarik Farisha untuk berdiri di belakangnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.