Ciuman Pertama Aruna

III-22. Simbol Cinta



III-22. Simbol Cinta

Akhirnya Lily menyerah, dia sadar keselamatannya lebih penting dari pada gengsinya, dia berlari membuntuti arah langkah Herry, tanpa bicara. Ketika Herry akan membuka pintu mobil, dia benar-benar terkejut. Bagaimana bisa gadis berkacamata retak sudah ada di balik punggungnya.     

"Ada apa lagi?" tanya Herry.     

"Katanya mau ngantarin pulang," Lily berujar sambil harap-harap cemas.     

Ada senyum yang terbit di bibir Herry, senyum itu cenderung ejekan. Anehnya perempuan itu tidak bergerak sama sekali. Lily hanya terdiam.     

"Masak aku harus membuka pintu mobil untukmu?" kata Herry.     

Lily mengerjap, baru memahami sesuatu, gadis ini buru-buru berlari membuka pintu mobil dan duduk nyaman.     

"Apa kau nona yang harus aku sopiri," ujar Herry duduk di kursi pengemudi, sebab Lily memilih duduk pada kursi belakang seperti penumpang taksi Online.     

"Supaya aku tidak sial-sial amat," masih saja gadis ini marah.     

"Aku minta maaf, ada sesuatu penting yang harus aku lakukan, jadi waktu itu aku pergi begitu saja," sepanjang perjalanan keduanya tak banyak bicara, hanya Herry yang mencoba mengutarakan kalimat maafnya.     

.     

.     

Mobil hitam legam membuat jejak pada jalanan rindang, bekasnya berupa dedaunan yang di terbangkan embusan angin hasil perputaran roda pada porosnya. Roda-roda yang dikemudikan Herry berhenti di tanah lapang menyajikan tepat ibadah klasik indah tepat di depan. Tempat ibadah tersebut punya atap runcing berbentuk segitiga mirip kastel negeri dongeng.     

Herry membuka pintu dan tertegun, berdiri menamati bangunan itu, "kau tinggal di sini?" kata Herry berikutnya.     

"Di situ," kata Lily.     

"Di mana?" Herry sedikit bingung.     

"Balik tubuhmu ke arah kiri."     

Setelah memutar arah tubuhnya barulah Herry sadar. Ternyata Lilyan tinggal di sebuah LKSA[1] yang terletak di dekat rumah ibadah yang memberi kesan mendalam pada Herry.     

"Kau tidak mau mampir?" tampaknya Herry lebih tertarik pada tempat yang dia tatap tadi, "kalau enggak, aku mau balik dulu," Herry mengangguk menanggapi penjelasan Lily.     

Baru juga Lilyan beranjak beberapa jarak, Herry berjalan lebih cepat menuju pintu bangunan yang dia tamati tadi. Entah bagaimana hatinya bergetar memasukinya, sudah lama sekali dia tidak ke rumah ini.     

Herry duduk di tepian, pada bangku nomor dua dari depan, pria ini pernah berada di titik kemarahan dan memilih absen mingguan.     

Herry marah dengan hidupnya, pemuda asal Manado pelosok ini hidup sendirian setelah perceraian kedua orang tuanya. Ibunya memilih pulang ke Jawa dan tidak pernah ada perjumpaan lagi.     

Sedangkan ayahnya meninggal tiga tahun berikutnya. Herry kecil akhirnya hidup dengan paman dan bibi. Keluarga dengan anak banyak, yang membuat segalanya serba terpaksa dan memaksanya menjalani semua cerita kehidupan penuh dengan keterbatasan. Ketika lulus SMP seorang saudara jauh pulang ke Manado kabarnya dia begitu sukses di Ibukota.     

Herry memaksakan diri untuk ikut saudaranya merantau, nyatanya sesampai di Jakarta saudaranya sebatas preman pasar dan pemilik lahan parkir. Herry di latih sebagai berandal saat itu juga, merasa hidupnya tak pernah beruntung, dia marah dengan keadaan, tak lagi melihat dan pulang ke rumah yang harusnya dia rindukan.     

Profesi terakhir Herry adalah pegulat amatir, sekali dia menang dia akan jadi yang terdepan dan dapat uang melimpah untuk bersenang-senang, padahal kala itu mungkin saja anak-anak seusianya sedang ujian kelulusan SMA.     

Demikian jalan hidup Herry sebelum akhirnya Raka menemukan dan melatihnya menjadi bagian dari pengawal pribadi keluarga kolongmerat ini.     

Jadi Herry begitu berbangga ketika dia di percaya dan di sayangi Mahendra. Tak banyak yang bisa merebut hati pewaris tunggal dengan karakternya yang sedikit unik dan memang amat sulit di dekati.     

Setajam dan seresek apa pun bos Hendra, Herry tahu Hendra punya cara berbeda dalam menyatakan ekspresi sayangnya.     

Herry sering di minta membaca buku tentang pengembangan diri, di ajari dan di koreksi ketika salah, tanpa kalimat makian seperti orang-orang yang dulu hidup dalam lingkaran terkelamnya.     

Setia pada Hendra begitu membuatnya berbangga seolah dia menemukan sosok yang telah hilang sejak masa kecilnya. Seorang anak membutuhkan orang dewasa sebagai pegangan hidupnya, sekedar tambatan sebagai bagian penghargaan.     

Yang di cari-cari Herry hadir pada cara tuannya memberi kepercayaan lebih terhadap dirinya.     

Herry kini tak lagi marah dia lebih bersyukur dan berdamai dengan cara yang lumayan unik.     

Dia hadir bersama air mata sore ini. Pria atletik dengan tinggi 185, umurnya pun bukan kanak-kanak, hanya golongan manusia yang sempat benci kepada dunia. karena pertanyaan sederhana tidak di beri jawaban oleh-NYA.     

Kenapa dia tak mampu membeli permen kala itu?. Kenapa bajuku terlalu jelek? Kenapa orang tuaku pergi?     

Hari ini akhirnya Herry bisa merutuki kebodohan masa lalunya terkait dirinya yang terlampau jauh menyalahkan apa yang tidak salah, dan memilih pergi menjauh dari tempat yang seharusnya dia datangi tiap minggu.     

"Tak perlu menangis, doamu pasti di dengar," Lily sudah berganti kaca mata, duduk di dekatnya. Tadi gadis ini bertanya-tanya mengapa Herry dan mobilnya tak kunjung pergi. Nyatanya dia sedang berdoa sambil berderai air amat.     

Sedikit aneh untuk tubuhnya yang melukiskan pria dewasa gagah. Akan tetapi wajar sebagai umat manusia yang menemukan rasa kembalinya.     

***     

Perempuan yang baru menyandang status istri menyibukkan diri di dapur, Dea sengaja meminta bibi desi yang biasa membantunya pulang lebih awal ketika dirinya dan pak Surya sudah datang. Jadi makan malam ini Dea menyiapkannya sendiri.     

Surya mengenakan baju santai, perlahan dia mendekati Dea berharap membantunya.     

"Santai pak, aku akan membersih semuanya. Bersih seperti semula," kata Dea buru-buru. Pasangan ini sedikit unik karena perbedaan karakteristik yang terlalu mencolok.     

Mendengar ujaran Dea, Surya memilih duduk nyaman di meja makan.     

Dan sesaat kemudian hidangan di siapkan oleh istrinya. Perempuan ini berjalan membawa mangkuk-mangkuk makanan dengan wajah sumringah bahkan tersenyum manis. Kata ibu 'suami akan luluh dengan senyuman di wajah dan kemampuan memanjakan lidah'.     

Dea sedang menjalankan perintah ibunya. Dan ternyata benar pak Surya benaran meliriknya berulang-ulang kali.     

Dea hanya tidak sadar lirikan Pak Surya salah satunya di sebab gadis ini tidak terbungkus baju menjulur memanjang dari rambut hingga kaki.     

Dea mengenakan daster sepanjang lutut dengan potongan kain pada lengan terkesan pendek sampai ketiknya bisa tertangkap mata pengamat.     

Dea begitu menggetarkan sumainya. Rambutnya hitam lebat, dengan potongan rambut Bob memanjang sebahu di tambah poni manis menutupi dahi. Bisa di bayangkan betapa gemasnya Surya dengan penampilan imut Dea tanpa hijabnya.     

Dea sebenarnya terkategorikan sebagai perempuan dengan kecantikan standar, bahkan bisa di bilang Lily lah yang sebenarnya ter-anugerahi kecantikan oriental natural dengan gayanya berkomunikasi yang berani. Lily paling cantik di antara tiga orang penghuni surat ajaib kecuali Laras.     

Aruna bahkan tidak secantik Lily hanya saja gadis itu sering di kategori manis oleh lawan jenis, di tambah senyuman menawan dan keramahan tergolong luar biasa.     

Akan tetapi untuk masalah imut jangan salah Dea -lah juaranya. Dea berhijab benar-benar ber-kebalik-kan denagn tanpa hijab. Kadang karena gadis satu ini sering kali menasihati kejahilan yang lain. Dea terkesan begitu Dewasa dengan hijabnya.     

Giliran di buka itu kain pembungkus mahkota. Gadis ini ketahuan aslinya. Si penyuka oppa-oppa korea. Bias boy group Exo dengan sebutan Exo L dan segala polah tingkah kontras akan kelihatan nyata.     

Dea di anugerahi keluarga yang dekat dengan Tuhan, Almarhum ayahnya saja guru fiqih madrasah ibtidaiyah.     

Jadi gadis ini unik dari segala dimensi. Termasuk malam ini ketika Surya bahkan kesulitan menelan nasi di tenggorokan.     

Ketika keduanya usai makan, Dea buru-buru berdiri. Meraih piring dan mangkuk untuk di bersihkan. Dea memastikan semuanya sempurna, dia tahu suaminya terlalu berambisi tentang kebersihan. Dan sempat bingung ke mana perginya pak Surya, padahal baru saja tertangkap gerak geriknya memanaskan air dan membuat sesuatu pada gelas bening memanjang, Dea tidak sempat memperhatikannya.     

.     

Giliran Dea memasuki kamar mencari Pak Surya, dua buah alas yang berupa kain dengan bentuk persegi panjang ter gelar di sana. Dea mengerjapkan matanya di nakas ada susu putih yang tertangkap di minum setengahnya. Dea tahu pak Surya bersembunyi di balik lorong dan diam-diam mengamatinya. Simbol cinta dia suguhkan untuk Dea.     

.     

.     

[1] LKSA : Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak     

.     

.     

__________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^     

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

Biar makin seru bacanya follow Instagram => bluehadyan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.