MENGEJAR CINTA

MENYUAPINYA



MENYUAPINYA

Setelah mereka sampai dirumah sakit, Elisa langsung mendapatkan penanganan dari dokter.     

Bibi Han masih setia menunggu di depan ruangan Elisa, Robin juga tidak bisa di hubungi.     

" Biarlah. Aku ingin lihat, apa yang akan ia lakukan jika tahu bahwa nona Elisa sedang dirawat di rumah sakit. "     

Ucap bibi Han dengan kesal pada Robin.     

Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan Elisa.     

" Bagaimana keadaan nona Elisa dokter ? "     

" Apakah nyonya pihak keluarga pasien ? "     

Tanya dokter itu pada bibi Han.     

" Iya, saya keluarganya. "     

Dokter itu menundukkan kepalanya, dan hal itu membuat bibi Han khawatir.     

" A-ada apa dokter, jangan membuat saya takut. "     

" Saat ini, saya tidak bisa mengatakan dengan jelas, tapi kondisi pasien sangat tidak baik, mohon di jaga kondisi pasien agar tidak seperti ini lagi. "     

Bibi Han masih sangat bingun.     

" Maksud dokter apa ? Tolong perjelas dokter."     

Dokter itu juga mulai bingung karena bibi Han tidak mengerti dengan perkataannya.     

( Apakah nona Elisa menyembunyikan semua ini dari mereka ? )     

Gumam dokter itu dalam hatinya.     

" Ah, maksud saya, pasien hatuy banyak istirahat. "     

Bibi Han menarik nafasnya merasa lega.     

Setelah menjelaskan semuanya, Dokter itu akhirnya pergi.     

Sementara bibi Han, masuk kedalam ruangan untuk melihat elisa.     

Elisa masih belum sadar, bibi Han juga masih terus menemani Elisa hingga ia sadar.     

Sementara Robin, pergi ke sekolah untuk membawa pergi orang-orang yang terlibat dalam kasus hy Ju dan juga hey kha.     

Semua orang tampak ramai menceritakan kejadian yang menggemparkan di sekolah itu.     

Para pria di bawah oleh mereka, sementara para wanita di biarkan pulang kerumah.     

Karena tidak ingin menumbuk keributan, mereka di jemput menggunakan mobil polisi.     

Namun kantor polisi yang itu, bukanlah kantor polisi biasa, melainkan tempat penyiksaan yang begitu menakutkan     

Robin sendiri yang mengintrogasi mereka di dalam kantor polisi itu, dan memberikan penyiksaan yang luar biasa sakitnya.     

Mereka berharap agar di bunuhbsaja dari pada di siksa seperti itu namun Robin tersenyum sinis mendengar perkataan mereka.     

" Inilah yang si sebuat neraka di dunia. Sebenarnya kalian berpikir sebelum melakukan suatu tindakan, anggap saja ini ganjaran atas perbuatan buruk kalian selama ini. Dan ingat, wanita dan anak lelaki yang kalian sakiti itu bukanlah orang yang pantas kalian sentuh . "     

Robin meninggalkan mereka di tempat itu, pakaian yang berlumur darah ia bersikan.     

" Jangan biarkan mereka mati dengan muda, biarkan mereka hidup dan menyaksikan kehancuran mereka, di saat itu mereka akan lihat, bahwa wanita yang mereka bela sepenuh raga itu, akan pergi meninggalkan mereka . "     

Kata robin pada kepala polisi.     

Mereka pun segera menelpon dokter untuk mengobati orang-orang itu.     

Robin pergi kerumah sakit untuk menemui Juan dan sekalian melihat kondisi hy Ju.     

***     

Elisa pun akhirnya sadar, dan bibi Han langsung memanggil dokter untuk memeriksa Elisa.     

Elisa melihat sekeliling ternyata ia sedang berada di rumah sakit.     

(Aku benci rumah sakit)     

Gumam Elisa.     

Bibi Han masuk dengan membawa seorang dokter, Elisa cukup terkejut melihat dokter itu.     

" Bi-bibi, bisakah aku meminta sesuatu kepada bibi ? "     

Tanya Elisa pada bibi.     

" Katakan, apa yang bisa bibi bantu "     

" Aku lapar bi, tolong belikan aku sesuatu untuk di makan. "     

Mendengar hal itu, bibi Han langsung pergi untuk membelikan makanan.     

Dokter itu mendekat kearah Elisa.     

" Mengapa kau mengusir wanita yang begitu menyayangimu itu?!Apakah kau tidak ingin dia tahu.!! "     

Elisa hanya tersenyum mendengar ocehan temannya itu.     

Dokter itu adalah teman Elisa yang selama ini, merawat Elisa.     

" Bukankah seharusnya mereka tahu, sampai kapan kau ingin menyembunyikan hal ini ? Melihat hasil tesmu, "     

Dokter itu pun terhenti bicara.     

" Tidak apa-apa. Buktinya aku masih hidup hingga sekarang. "     

Ucap Elisa, dokter itu tampak kesal karena Elisa menyepelekan penyakitnya.     

" Kau tahu Elisa.?! ini masuk tahap akhir, dan penyakit ini tidak ada obatnya. "     

Elisa hanya diam saja mendengar perkataan temannya itu.     

" Apakah kau tidak kasihan pada Sam.?! "     

" Aku hanya berharap bahwa penyakit ini tidak menyetuh sama, aku akan berdoa bersungguh-sungguh untuknya dan juga sama agar hidup bahagia.!"     

Elisa menderita penyakit leukemia atau kangker darah dan sekarang masuk stadium 4. Penyakit ini juga yang merenggut nyawa sang ibu, bisa di bilang bahwa ini adalah penyakit turunan yang ada di keluarganya.     

Elisa sering mengajak sang adik untuk periksa sejak awal, dan ia bersyukur bahwa adiknya bersih dari penyakit terkutuk itu.     

Sam tidak terkena penyakit itu, karena dia mungkin memiliki darah kental sang ayah, sementara dirinya memiliki darah kental sang ibu, dan memang penyakit leukemia ini sudah turun temurun di keluarga sang ibu.     

" Tidak masalah Eli, lagi pula ini yang di inginkan seseorang, tapi aku sedikit menyesal karena melakukan hal itu padanya. "     

Dokter Eli tahu apa yang sedang di bicarakan oleh Elisa, Elisa sudah melakukan berbagai macam pengobatan tapi kanker darah yang ada di tubuhnya tidak pernah mati tapi terus berkembang, mungkin ini kehendak Tuhan.     

Mereka juga tidak bisa melakukan operasi karena kanker itu tidak pernah mati di tubuh Elisa dan resiko Kematian lebih beras dari pada selamat saat operasi.     

Elisa tidak ingin melakukan operasi, karena ia masih ingin hidup sedikit lebih lama bersama dengan Robin dan juga Sam.     

Penderita Elisa memang tiada hentinya, disaat Elisa berjuan untuk hidup sang ibu, dan sekarang ia berjuan untuk hidupnya.     

Bahkan takdir tidak membiarkan dirinya hidup bahagia disisa hidupnya.     

Saat itu bibi Han bergegas mengantarkan makanan untuk Elisa, sementara Robin juga baru saja sampai di rumah sakit yang sama.     

Dari kejauhan Robin melihat bibi Han, lalu menghampirinya.     

" Bibi ? Mengapa .."     

Bibi Han menatap tajam kearah Robin yang membuat Robin berhenti bicara.     

" Semua ini karena tuan. Mengapa tuan datang kemari ? Apa datang melihat nona Elisa masih hidup atau tidak ?! "     

Robin begitu terkejut mendengar perkataan bibi Han .     

" Elisa ? Elisa di rawat disini ? "     

Bibi Han pergi meninggalkan Robin karena masih kesal padanya.     

Robin terus mengikuti bibi Han, walaupun Robin terus bertanya tapi bibi Han tetap saja mengabaikannya.     

Sesampainya di ruangan Elisa, mereka masuk kedalam.     

Elisa yang melihat Robin, dengan cepat memalingkan wajahnya.     

Robin menarik nafasnya, ia tidak ingin marah kali ini, karena Elisa sedang dirawat.     

" Bagaimana kondisinga dokter ? "     

Tanya Robin pada dokter Eli.     

( Nya ? Kondisinya ? He..)     

Gumam kesal dokter Eli saat Robin bertanya seperti itu.     

" Pasien baik-baik saja. Sekarang tuan bisa berbahagia "     

Dokter Eli pergi ketika mengatakan hal itu.     

Robin masih bingung karena semua orang memarahinya, padahal ialah yang kesal.     

Bibi Han meletakan makanan di atas piring lalu memberikan pada Robin.     

" Nona Elisa ingin makan, karena ia seorang pasien tolong suapi nona, saya akan bicara dengan dokter sebentar. "     

Kata bibi Han lalu meninggalkan mereka sendiri.     

Kali ini pikiran Robin benar-benar kacau tapi ia masih kesal pada Elisa.     

" Ayo makan, dan untuk sementara kita lupakan masalah itu. Tapi aku masih menantikan jawaban darimu. "     

Walaupun Robin kesal pada Elisa tapi ia tidak bisa marah karena Elisa sedang sakit dan itu pasti gara-gara ia memarahinya pagi tadi.     

Robin mengambil nasi dari sendok dan menyuaspi Elisa, Robin yakin bahwa Elisa pasti tidak ingin ia suapi tapi malah sebaliknya.     

Elisa membuka mulutnya dan memakan makanan yang Robin suapkan padanya.     

Robin kembali Manarik nafasnya dalam-dalam melihat hal itu.     

" Sebenarnya siapa yang tidak tahu diri di Antara kita berdua ?! "     

Ucap kesal Robin pada Elisa namun Elisa hanya tersenyum lebar menderita umpatan Robin saat itu.     

Sungguh rasa sakit yang Elisa rasakan hilang saat Robin mau duduk dan menyuapinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.