MENGEJAR CINTA

HARAPAN YANG MUSNAH



HARAPAN YANG MUSNAH

Robin sangat terkejut ketika mengingat kembali kejadian itu.     

Robin berpikir bahwa kejdian itu sudah mereka lupakan, karena dokter Rian juga hanya diam saja tanpa mengungkitnya.     

Hubungan mereka juga tampak baik-baik saja, bahkan mereka sempat bicara tentang hal itu sekilas waktu mereka duduk memancing bersama.     

Ternyata dokter Rian, menunggu hal ini.     

Robin tersenyum melihat kearah dokter Rian, sambil menggenggam kedua tangannya.     

" Itu adalah kejadian yang telah lalu, lagi pula aku telah mendapatkan karma atas apa yang aku perbuat. Lihatlah tubuhku, bahkan kepalaku masih saja gatal dan sakit karena di gigit semut. Apakah kau tega melihat aku di pukul oleh tuan Juan?"     

Dokter Rian tersenyum Jahat menatap Robin.     

" Kau bahkan lari dengan percaya dirinya Waktu itu, tanpa memikirkan nasibku. "     

" Tapi nyatanya, anda masih sehat sampai hati ini. "     

Ucap Robin pada dokter Rian.     

" Jangan membujukku dengan bicara formal seperti itu. Itu bukanlah gayamu. Dan memang benar aku masih sehat sampai hati ini, tapi berkat dirimu, aku sampai harus memeriksakan kejiwaan ku ke psikiater. "     

Robin merasa kesal karena tidak mungkin membujuk dokter Rian kali ini, ia segera berbalik untuk pergi sebelum Juan datang.     

Namun naasnya, wajah Robin terkena benturan pintu yang Juan buka dengan buru-buru, hingga menyebabkan jidatnya memerah dan hidungnya berdarah.     

" Astaga. Apa yang kau lakukan. "     

Ucap Juan yang terkejut saat melihat Robin jatuh ke lantai.     

" Mengapa kalian berdua tidak membunuhku saja. "     

Kata robin saat itu.     

Sementara Dokter Rian tertawa melihat Robin yang merasa tertekan.     

Langsung saja dokter Rian, diam ketika Juan menatap tajam kearahnya.     

" Maafkan saya tuan. Tapi Robin saat ini sedang mendapatkan karma-nya."     

Robin segerah memotong pembicaraan dokter Rian, sebelum ia mengadu pada Juan.     

" AW, kepalaku sakit. "     

Juan segerah meminta dokter Rian untuk membantu Robin naik ketempat tidur.     

Setelah itu, Dokter Rian terus tersenyum jahat melihat Robin sambil mengobati lukanya.     

" Melihat senyumanmu itu, sungguh membuatku ingin mati saja. "     

Gumam Robin, sementara dokter Rian tersenyum lebar.     

Juan tampak bingung melihat sikap mereka berdua.     

" Apakah kalian sedang pacaran ?"     

Pertanyaan Juan itu membuat, mereka terkejut.     

Bahkan dokter Rian yang ingn menyuntikan obat di tubuh Robin, malah menekan jarum itu masuk lebih dalam lagi dan membuat Robin menjerit kesakitan.     

" Hei. Apakah kau ingin membunuh pasien mu ?!! "     

Ucap Robin pada dokter Rian.     

Dokter Rian segerah menarik jarum itu, dan membersikan darah yang terpancar karena dokter Rian seketika mencabut jarum itu.     

Juan semakin yakin ada apa-apa di antara mereka berdua      

Dari sikap mereka berdua, cara bicara dan marahan mereka.     

Seperti gaya dua orang yang sedang menjalani hubungan khusus.     

Itulah sudut pandang Juan terhadap mereka berdua saat ini.     

" Robin. Jelaskan apa yang sedang terjadi? Mengapa tubuhmu penuh dengan semut, Apakah kau mandi dengan air gula? "     

Tanya Juan pada Robin.     

Robin melirik kearah dokter Rian saat itu, namun dokter Rian berbalik dan pergi mengambil obat di lemarinya.     

( Aku tidak tahu, bagaimana dia mengetahui bahwa aku menguping tuan Juan dan juga nona hey kha. Tapi jika dia berani melapor, akan aku buat dia di usir oleh istrinya.)     

Gumam Robin melihat dokter Rian yang tampak senang melihat didirnya tersudutkan.     

" Sepertinya, aku kenal jenis semut yang ada di tubuhnya. "     

Kata dokter Rian, lalu mendekat kearah Robin dengan membawa obat.     

" Apa maksud dari perkataan dokter Rian?"     

Tanya Juan padanya.     

Robin hanya bisa pasrah saat itu, ia menutup wajahnya dengan lengan kanannya.     

Biarlah apa yang terjadi, dia akan menerima semua itu. Lagi pula mungkin ini juga karma karena menyakiti istrinya.     

" Itu salah satu semut kiriman Tuhan untuknya, karena membuat istrinya masuk kerumah sakit lagi. "     

Juan kaget mendengar Elisa, masuk ke rumah sakit lagi.     

Padahal Elisa baru saja sembuh sekitar dua Minggu yang lalu, dan Robin juga tidak memberitahukannya.     

" Aku tidak menyangka kau menjadi pria bodoh seperti ini. Seharusnya kau menjaga apa yang menjadi milikmu tapi, kau malah menyia-nyiakannya. Bukankah aku mengatakan untuk menjaga Elisa dan membuatnya bahagia. Tapi kau malah menyiksanya seperti ini. Jika tidak berniat untuk bertanggung jawab maka lepaskanlah."     

Kata Juan pada Robin, Juan berbalik untuk pergi karena kesal.     

Namun langkanya terhenti ketika mendengar Isak tangis Robin.     

Dokter Rian juga tampak menundukkan kepalanya mendengarnya.     

Juan sebenarnya tidak benar-benar mengatakan hal sekejam itu pada Robin, tapi saat itu dia sangat kesal.     

Apa lagi Robin sekarang masih dalam tahapan sangat rapi dan butuh dukungan, tidak seharusnya ia berkata seperti itu.     

Selama ini, Robin adalah pemuda yang kuat dan lebih berhati  dingin di bandingkan dirinya.     

Ia juga yang mendorong Robin untuk menjalani hubungan, Juan sungguh merasa bersalah, lalu perlahan Juan mendekat dan mengusap pundak Robin.     

" Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu padamu. "     

Dokter Rian menarik tangan Robin yang ada di atas kepalanya.     

" Berhenti menangis. Dan aku ingin bertanya sesuatu yang serius padamu. Karena jawabanmu menentukan masa depanmu. "     

Beberapa saat kemudian perasaan Robin mulai membaik, dan dokter Rian mulai bertanya.     

" Apakah kau ingin menceraikan Elisa ?"     

Walaupun itu bukan pertama pertama yang ia dengar, namun Robin masih saja terkejut ketika ada yang menanyakan hal itu.     

" Aku masih memikirkannya. "     

" Iya atau tidak ?! Itu yang aku butuhkan saat ini. "     

Mendengar pernyataan tegas dan raut wajah dokter Rian yang serius membuat jaun dan Robin semakin penasaran.     

" Apakah ada sesuatu Dokter Rian ?"     

Tanya Juan, dan dokter Rian pun menganggukan kepalanya.     

" Iya. Dan aku harap Robin tidak menyesal nantinya. "     

Jantung Robin berdetak saat mendengar itu.     

" Mungkin untuk saat ini, aku masih ingin mempertahankan Elisa. "     

Dokter Rian tampak tersenyum tipis dengan wajah sedihnya.     

" Ada apa dokter Rian, Jangan membuat teka-teki. "     

Kata Juan yang mulai curiga, bahwa ini pasti masalah serius.     

" Sebenernya, "      

Ucap dokter Rian, dengan raut wajah yang sedih.     

" Sebenarnya, Elisa mengidap kanker darah/leukemia dan itu telah masuk stadium 4. "     

Mereka begitu syok mendengar perkataan dokter Rian.     

Terutama Robin, kali ini ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

Bahkan air mata Robin jatuh membasahi wajahnya.     

Juan melihat wajah pucat Robin yang sangat syok.     

" Robin. "      

Panggil Juan. Namun Robin mengabaikan dan tutun dari tempat tidurnya.     

Karean terlalu syok, dan kepalanya juga yang sakit karena terbentur pinta dan juga kondisi tubuhnya yang buruk membuat Robin jatuh pisang.     

Hanya suara teriakan dan panggil namanya yang ia dengar terakhir kali.     

Mereka mengangkat Robin ke atas tempat tidur.     

Dokter Rian memanggil Suster untuk membantunya.     

Robin di pasang infus karena kondisi tubuhnya yang tidak baik saat itu.     

Setelah selesai mengobati Robin, Dokter Rian menjelaskan pada Juan mengapa Elisa sampai menderita penyakit itu.     

Dokter Rian mengatakan bahwa iatu adalah penyakit bawaan keluarganya, ibu Elisa juga meninggal karena penyakit itu.     

Ibu Elisa merupakan pasien dari dokter Rian, Elisa juga merupakan pasien dokter Rian, namun dokter Rian meminta dokter spesialis onkologi. Dokter itu juga kebetulan adalah sahabat dari Elisa.     

Juan cukup kesal karena, mereka menyembunyikan hal sebesar ini, namun dokter Rian menjelaskan bahwa ini adalah keinginan Elisa/pasien mereka tidak bisa berbuat apa-apa, jika pasien ingin menyembunyikan penyakitnya.     

" Apakah masih bisa di sembuhkan ?, Lakukan operasi. Adelia saja bisa selamat dari penyakit kanker itu. "     

Ucap Juan pada dokter Rian.     

" Maaf tuan Juan. Kondisi tubuh nona Adelia dengan nona Elisa sangat bedah jauh. Dan mungkin itu adalah salah satu keajaiban Tuhan, karena nona Adelia bisa sembuh. Tapi berbeda dengan kasus nona Elisa, dimana tubuhnya sangat lemah sejak kecil, dan ini sudah masuk stadium 4 tahap akhir, kemungkinan selamat sangat kecil bahkan hampir tidak ada."     

Juan tidak tahu lagi harus berbuat apa mendengar perkataan dokter Rian saat itu.     

Juan melihat Robin yang sedang berbaring.     

Entah apa yang akan terjadi jika Robin tahu bahwa Elisa tidak mempunyai harapan lagi.     

* Dokter spesialis onkologi adalah dokter yang khusus menangani dan mengobati penyakit yang di akibatkan oleh kanker.*     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.