MENGEJAR CINTA

PERMAINAN TAKDIR



PERMAINAN TAKDIR

Disaat itu mereka di kejutkan dengan suara tangisan dari balik pintu.     

Juan yang mengenal suara itu, segera keluar dan ternyata memang benar.     

Hey kha sedang menangis. Juan langsung memeluk hey kha.     

" Kuatkan dirimu hey kha, kau sedang hamil."     

Namun hey kha masih terus menangis.     

Juan sediri merasa sedih, entah apa lagi yang akan Robin lakukan setelah sadar nanti.     

Padahal ia ingin melepaskan Elisa dari kutukan sumpah yang ia langgar, tapi malah berakhir seperti ini.     

Juan mengajak hey kha untuk duduk, dan memberikan air untuk hey kha minum.     

" Mengapa Juan. Mengapa semua ini hatus terjadi, apakah ini merupakan salah satu pertukaran? Dimana seorang sembuh dan seseorang harus pergi untuk menebus keajaiban itu. Sungguh tidak adil. "     

Hey kha masih terus menangis dalam pelukan Juan.     

Memang benar, apa pun yang terjadi pada Adelia adalah sebuah keajaiban.     

Dimana operasi untuk kanker otak, keberhasilan sangat tipis dan angka kematiannya lebih banyak.     

Namun Adelia selamat begitu saja, seperti sebuah keajaiban yang tidak terduga.     

Namun kali ini harus ada yang benar-benar pergi.     

Hidup Robin juga telah hancur, di tambah lagi dengan ini.     

Mungkin ia tidak akan sanggup berdiri lagi seperti dulu.     

Sungguh kisah cinta yang tragis dan penuh dengan misteri.     

Hanya karena satu sumpah yang dilanggar, hingga merebut semua kebahagiaan, bahkan orang terkasih ikut pergi dan yang tersisah hanyalah penyesalan dan kehancuran.     

Juan tidak tahu lagi, harus bagaimana menenangkan hey kha yang masih terus menangis. Sebenarnya wajar saja, karena hey kha sudah menganggap Elisa itu sama seperti Adelia.     

Mereka berdua adalah adik kesayangannya, dan keduanya sama-sama menderita sebelumnya.     

Tapi kini, satu bahagia dan satunya lagi menderita menghadapi kerasnya hati pria yang ia cintai, di tengah perjuangannya ada rasa sakit karena harus benar-benar melepaskan.     

Beberapa saat kemudian, Juan mengangkat hey kha yang tertidur dipelukkannya  karena terus menangis.     

Juan sangat khawatir dengan keadaan hey kha saat itu, padahal hey kha sednag hamil muda.     

Tapi untungnya kandungan hey kha begitu kuat dan sehat.     

Walaupun Juan juga masih sangat khawatir, karena kedepannya pasti akan butuh perasaan yang lebih kuat lagi.     

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, tapi Juan hanya berharap keluarganya utuh dan bahagia selamanya.     

Juan membaringkan hey kha di sofa yang ada di ruangan hy Ju, nenek yang sedang duduk menjaga hy Ju tengah tidur, bertanya apa yang sedang terjadi dengan suara pelan.     

" Tidak apa-apa nenek, hey kha hanya tertidur."     

Ucap Juan pada nyonya Yin.     

" Sebaliknya kalian kembali ke rumah, hy Ju biar bibi Yanga akan menjaganya. "     

" Tidak nenek. "     

Kata Juan pada neneknya, sambil menutup tu yg hey kha dengan selimut.     

" Hey kha pasti akan marah jika, aku membawanya kembali saat hy Ju masih di sini. Lagi pula sofa itu cukup nyaman tempat tidurnya. Sebaliknya nenek yang kembali kerumah dan istirahat, nenek bisa datang lagi besok. "     

Nyonya yin sempat menolak perkataan Juan, namun Juan tetap memaksa sampai meminta pelayan pribadi neneknya untuk membawa nyonya yin pulang saat itu.     

Sebelum pergi, nyonya yin masih menyempatkan untuk mengecup pipi hy Ju dan juga hey kha.     

" Jaga baik-baik kedua cucuku, jika terjadi sesuatu lagi. Aku akan mengambil paksa mereka darimu. "     

Acam nyonya yin pada Juan.     

" Iya nenek, aku mengaku salah. Dan aku jamin mereka tidak akan sedikitpun tergores.     

Nyonya yin pulang dengan perasaan lega setelah mendangar perkataan Juan.     

Juan menelpon dokter Rian menanyakan keadaan Robin, dokter Rian mengatakan bahwa Robin belum akan sadar beberapa jam kedepan karena ia memberikan obat penenang padanya.     

Agar Robin bisa istirahat, Elisa juga di tangani dengan baik saat ini oleh dokternya.     

Juan juga merasa menyesal pada Elisa, biar bagaimanapun gadis itu telah banyak membantunya sewaktu ia dalam masa galau memikirkan hey kha yang pergi meninggalkannya.     

Di tengah lamunan Juan yang duduk menjaga hey kha, ia dikejutkan dengan suara ketukan pintu.     

Ternyata itu adalah Elisa.     

" Elisa ? Apa yang kau lakukan disini. "     

Tanya Juan yang kaget.     

" Maaf jika mengganggu tuan Juan, tapi saya hanya ingin menjenguk hy Ju. "     

" Bukan itu maksudku, aku tidak merasa terganggu, tapi seharusnya kau istirahat di kamarmu. "     

Kata Juan pada Elisa.     

" Saya baik-baik saja tuan. Seperti saya datang di waktu yang tidak tepat, karena hy Ju dan juga kak hey kha sedang istirahat. Saya akan pergi tapi saya akan kembali lagi. "     

Kata Elisa lalu pamit pergi pada Juan.     

Juan tidak bisa menahan Elisa untuk bicara, karena hey kha dan hy Ju sedang tidur.     

Ia tidak bisa meninggalkan mereka sendiri, dan hanya bisa melihat Elisa pergi.     

" Sangat di sayangkan, takdir begitu kejam pada gadis baik sepertimu. Mengapa orang baik selalu tertunda dan paling cepat pergi, dan menyisakan orang jahat di dunia ini. "     

Juan mencaba menelpon dokter Frans, dokter pernah mengoperasi Adelia.     

Siapa tahu ada yang bisa ia lakukan untuk menolong Elisa, Juan tidak ingin Elisa meninggal, dan melihat semua orang terluka.      

Namun Juan lebih terkejut lagi ketika mendengar perkataan dokter Frans yang ternyata mengenal Elisa, pantas saja, selama Elisa di rawat di rumah sakit itu.     

Dokter Frans yang bertanggung jawab pada Elisa dan juga adelia sekaligus.     

Dokter Frans juga sedang mencari solusi terbaik untuk Elisa, tapi semuanya tampak buntu mengingat kondisi tubuh Elisa yang lemah, serta penyakitnya sudah masuk tahap akhir, segala upaya apapun pasti akan sia-sia.     

Juan menutup panggilan itu dengan perasaan sedih, bahkan dokter paling berbakat sedunia Frans, tidak bisa berbuat apa-apa.     

Juan sangat mengkhawatirkan Robin kali ini, mungkin Robin akan sangat terguncang kali ini.     

Beberapa jam kemudian Robin sadar.     

Sementara Dokter Rian tidak ada dan hanya ada seorang suster yang menjaganya.     

" Tuan sudah sadar. Biarkan..."     

Belum selesai suster itu bicara, Robin menarik selang infusnya hingga keluar.     

" Aku baik-baik saja. "     

" Tapi tuan. " Jawab suster itu.     

Namuan ia terhenti ketika Robin menatap tajam kearahnya.     

Robin segerah keluar dari ruangannya, sementara dokter Rian sedang berada di unit UGD, mengobati pasien kecelakaan bus.     

Robin berjalan dengan kepalan yang masih pusing, menuju ke ruangan Elisa.     

Robin tidak bisa berpikir apa-apa, karena pandangannya pun masih kabur saat itu.     

Untuk menekan nomor lantai saja Robin masih di bantu oleh suster yang terus mengikutinya.     

" Saya bantu berjalan tuan, saya mohon. Jika terjadi sesuatu pada tuan, saya akan mendapat masalah. "     

Ucap suster itu pada Robin.     

Ketika pintu lift terbuka, Robin menjulurkan tangannya.     

Suster itu tersenyum senang karena Robin ingin ia bantu.     

Elisa sedang duduk berbincang bersama bibi Hany tentang Elisa yang ingin kembali ke rumah, tapi bibi Han melarangnya atas perintah dokter.     

Saat Robin masuk kedalam ruangan itu, dengan keadaan berantakan dan hampir saja jatuh.     

Elisa segerah turun dari tempat tidurnya, dan melepaskan infus yang baru saja di pasang kembali oleh seorang suster.     

Bibi Han di buat terkejut dengan apa yang di lakukan Elisa.     

" Robin. Apa yang terjadi ? "     

Tanya Elisa saat membantu tubuh Robin yang hampir terjatuh.     

" Elisa, " panggil Robin, lalu pingsan.     

Elisa teriak meminta suster itu untuk memanggil dokter.     

Elisa terus menangis melihat kondisi Robin yang seperti itu.     

" Apa yang terjadi padamu? Mengapa wajahmu sampai luka, dan tubuhmu juga demam. "     

Ucap Elisa yang masih memeluk Robin, saat mereka jatuh kelantai.     

Bibi Han juga tampak begitu khawatir melihat kondisi Robin.     

Dokter pun datang lalu meminta perawat pria untuk memindahkan Robin ke ruangan lain, namun Elisa menolak hal itu.     

" Tidak. Tolong rawat kami di kamar yang sama. Aku akan menelpon tuan Yin memberitahu hal ini. "     

Mendengar nama Juan, mereka segera memproses ruangan itu menjadi ruangan untuk dua orang pasien.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.