MENGEJAR CINTA

Sakit Yang Teramat Sakit



Sakit Yang Teramat Sakit

Setelah mengatakan hal itu Robin kini merasa canggung bersama dengan Elisa.     

sedangkan Suster masih tetap diam di tempatnya berdiri sambil menundukkan kepalanya.     

Robin pun meminta suster itu untuk memanggil dokter, agar dapat memeriksa Elisa.     

Para pengawal yang melihat Suster itu keluar dengan terburu-buru merasa bingung dan saling berbisik.     

" Ada apa dengan dengannya.?! Ketika mengantar nona Elisa masuk,suster itu tampak baik-baik saja. Apakah tuan robin tidak senang lalu mengusir suster itu dan akan marah pada nona Elisa?! "     

"Huusstt....!!!"     

Kata pengawal yang satunya lagi, setelah menyiku pinggang pengawal yang bicara itu.     

" Aduh.!! Sakit tahu?!!"     

" Lebih sakit mana?! Jika kau ketahuan berbicara seperti itu,kau pasti akan di kirim ke kandang macan, karena mulut buasmu itu.!!"     

Kata temannya dengan geram.     

'bisa-bisanya sih bodoh ini bicara seperti itu.!!jika hanya kau saja yang di hukum itu tidak akan jadi masalah. Tapi masalahnya aku akan terseret juga.!!' batin pengawal itu dengan kesalnya.     

Pengawal itu pun langsung memukul kepala temannya yang mamaih terlihat kepo.     

" Kau tidak perlu ikut campur urusan majikanmu dan kerjakan saja pekerjaan mu.!! Sudah ku peringatan masih saja cari mati.!!"     

Penjaga itu pun menatap teman yang memukul dirinya dengan kesal,tapi apa yang dia katakan benar.     

***     

Robin sendiri merasa ada yang aneh dengan perasaannya,saat memeluk Elisa.     

Ia semakin tidak ingin melepaskan Elisa, terlebih lagi Elisa mengatakan bahwa mereka akan mulai dari awal lagi. Walaupun terlambat tapi setidaknya mereka dapat bersama.     

' Aaaaa...!! Aku bisa gila."     

Ucap Elisa yang mulai prustasi, ketika Robin masih memeluknya ketika mengusir suster itu, padahal dokter bisa melihat apa yang mereka lakukan ketika masuk nanti.     

Setelah beberapa saat kemudian, Robin mengajak Elisa untuk kembali ketempat tidurnya,karena dokter telah tiba untuk melakukan pemeriksaan.     

" Bagaimana kondisinya dokter?!"     

Tanya Robin pada dokter Eli, yang merupakan dokter pribadi Elisa saat ini.     

" Kondisinya baik-baik saja, tapi dia masih butuh banyak istirahat. Aku harap tuan robin bisa memberikan perhatian leibh padanya."     

Elisa menundukkan kepalanya ketika mendengar sahabatnya berkata seperti itu.     

" Aku akan mengingat perkataan dokter, terima kasih."     

" Tidak perlu sungkan tuan. Ini adalah tugas saya sebagai seorang dokter dan juga teman sang pasien.!"     

Ucap dokter Eli menatap Elisa dengan menggerakkan alis kanannya.     

Elisa tersenyum melihat tingkah laku dokter Eli, Elisa akan mencari waktu yang pas untuk mengatakan pada dokter Eli, bahwa Robin tahu tentang penyakitnya.     

" Iya,kau juga harus sering tersenyum seperti itu.! Itu baik untuk kesehatanmu."     

Kata dokter Eli pada Elisa lalu pamit untuk pergi.     

Sementara itu Elisa turun dari tempat tidurnya , walaupun kondisi tubuhnya lemah tapi ia tetap memaksakan dirinya untuk turun.     

Robin segerah mendekat lalu bertanya apa yang ia butuhkan.     

"Tidak apa-apa robin.aku hanya ingin ke toilet."     

Ucap Elisa pada Robin, lalu berjalan perlahan.     

" Biarkan aku membantu."     

Elisa menganggukkan kepalanya.     

Setelah di depan toilet, Elisa masuk kedalam sementara Robin menunggu di luar.     

Tubuh Elisa mulai merasa lelah,mungkin karena terlalu banyak pikiran dan juga berjalan terlalu sering.     

" Aku harus kuat. Jika aku tidak bisa menahan rasa sakit ini,mungkin Robin dan juga sam akan sangat khawatir dan lebih merasa bersalah lagi."     

Elisa pun duduk meringkuk di lantai menahan sakit kepalanya, padahal dokter Eli baru saja memberikannya suntik vitamin dan juga penghilang nyeri.     

Tapi kepalanya mulai sakit lagi, Elisa tidak ingin Robin melihatnya yang begitu kesakitan.     

Sudah dua menit berlalu tapi Robin tidak mendengarnya suara Elisa.     

Robin pun mengetuk pintu itu, dan membuat Elisa tersadar.     

" Apakah kau baik-baik saja Elisa?! Jawab aku, jika tidak aku akan mendobrak pintu ini."     

Elisa segerah berdiri walaupun kepalanya mamsih sangat pusing, bahkan wajahnya sangat pucat saat itu.     

" Hhm...jika Robin melihatku seperti ini,"     

Gumam Elisa, sembari mencuci wajahnya.     

" Robin, aku baik-baik saja. Tapi bisakah aku meminta tolong padamu?."     

Tanya Elisa pada Robin.     

Robin sendiri menjadi begitu khawatir ketika mendengar suara parau Elisa.     

" Elisa apakah kau baik-baik saja?! Buka pintunya dan biarkan aku masuk.!!"     

" Tidak Robin. Aku hanya butuh pem..ah tidak.kau tahu bukan apa yang di butuhkan wanita saat datang bulan?! Bisakah kau membantuku untuk membelinya, sepertinya di mini market rumah sakit menjual itu.!"     

Minta Elisa pada Robin, agar Robin pergi.     

Robin merasa lega karena,Elisa baik-baik saja dan hanya membutuhkan hal itu.     

" Baiklah, aku akan pergi membelinya. Tapibkau keluar dan duduklah di luar."     

Ucap Robin pada Elisa,tapi Elisa tidak mungkin keluar dengan kondisinya itu.     

Meminta Robin membeli itu untuknya, agar Robin bisa pergi dan ia bisa keluar dengan tenang tanpa ketahuan oleh Robin.     

Elisa memberikan alasan bahwa ia tidak bisa keluar tanpa itu.     

Robin mengerti lalu meminta Elisa untuk menunggunya, karena ia akan cepat kembali.     

Sebelum Robin pergi, ia meminta suster untuk membantu Elisa.     

Setelah Robin pergi dan Elisa Mendengar suara ketukan pintu dari suster.     

Elisa pun keluar dari dalam kamar mandi.     

Suster yang melihat Elisa begitu pucat segerah membawanya ke tempat tidurnya.     

" Saya akan panggilkan dokter."     

Ucap suster itu, tapi di hentikan oleh Elisa.     

Elisa tidak ingin dokter datang dan Robin tahu bahwa ia berbohong.     

" Aku baik-baik saja. Tolong ambilkan air hangat dan juga obatku di laci."     

Pinta Elisa pada suster itu.     

Suster itu segera melakukan apa yang Elisa minta. Setelah itu Elisa juga meminta tolong pada suster itu untuk berbohong pada Robin tentang kondisinya saat ini. Elisa juga meminta tolong agar suster itu mengatakan bahwa ia telah membantu Elisa mengganti pakaiannya.     

Suster itu pun menganggukkan kepalanya, dan juga merasa kasihan pada Elisa.     

Walaupun suaminya tahu penyakitnya,tapi Elisa tetap saja menyembunyikan sakit yang ia rasakan setiap hari.     

Beberapa saat kemudian Robin datang dengan membawa barang yang di butuhkan oleh Elisa.     

Saat Robin akan ke toilet, suster mengentikannya.     

" Saya telah membantu nona Elisa berganti pakaian, sekarang nona Elisa masih sedang istirahat."     

Robin memberikan tas yang ia bawah lalu pergi menghampiri Elisa yang sedang tertidur.     

Robin duduk tepat di hadapan Elisa,dan melihat wajah Elisa yang tampak pucat.     

'mengapa kau menahan rasa sakit itu sendirian?! Aku tahu kau pasti tidak ingin aku khawatir,namun caramu membuat aku lebih khawatir lagi dan merasa bersalah padamu' batin Robin.     

Robin sendiri mulai putus asa, semua dokter terkenal yang ia kenal, tidak ada yang dapat membantu Elisa saat ini.     

Mereka hanya menyarankan untuk terapi, walaupun hasil tidak dapat dipastikan.     

Karena operasi sangat berbahaya dan tidak bisa di lakukan dengan kondisi Elisa yang lemah sejak dulu.     

Robin terus menatap Elisa dan tanpa sadar tangannya sejak tadi terus mengelus wajah Elisa, yang menurutnya sangat lembut seperti kulit bayi.     

" Aku akan berusaha bersamamu,kau tidak perlu Takut. Apa pun hasilnya kedepannya, aku akan..."     

Ucapan Robin terhenti, dan ia menundukkan kepalanya.     

" Seharusnya aku yang mati dan menderita.!! Bukan orang-orang yang ada di sekitar ku,apa lagi gadis sebaik ini.!! Tuhan,aku mohon kirimkan keajaiban,aku akan menghargainya selama sisa hidupku.!"     

Suster itu yang hendak memeriksa keadaan Robin, perlahan mundur ketika mendengar apa yang Robin katakan.     

Suster itu adalah suster yang merawat ibunda Elisa sewaktu ibu Elisa di rawat di rumah sakit ini.     

Tapi Elisa tidak mengingatnya lagi. Suster itu merasa kasihan karena betapa menderitanya memikul penyakit ini.     

Rasa sakit akan terus menggerogoti dan menyiksa tubuh di penderita setiap saat.     

Hai...., Pembaca semuanya.     

~ Bantu dukung novel ini yg versi Inggris yah..,     

Bantu save/simpan di library/perpustakaan buku kalian. Biar nggak baca, ga masalah kak di simpan saja...     

~ Judul : Handsome CEO: The pursuit of love     

Dan jika berkenan sekalian bisa kasih review di bagian depan ya kak..     

Sebelumnya Aku ucapkan terima makasih...,     

Semoga kalian sehat selalu, dan jangan lupa tersenyum     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.