MENGEJAR CINTA

Semakin Memburuk



Semakin Memburuk

Elisa tertawa melihat sikap Robin yang seperti itu. Sebenarnya ia tidak tega menggoda suaminya tapi Robin sangatlah lucu.     

Ia juga tidak menyangka bahwa Robin sangat percay padanya. Ia tidak ikut campt saat Elisa memintanya tapi Elisa bisa melihat wajah khawatir Robin ketika Tian membentak dirinya.     

" Aku kesal pada wanita yang seperti itu, jelas-jelas mereka tahu bahwa ia pria itu punya istri atau pun kekasih. Tapi ketika melihat harta dan kemewahan yang di miliki oleh snag pria, mereka bahkan rela mengorbankan diri mereka. Untuk mendapatkan apa yang mereka mau, padahal dengan popularitas yang mereka miliki, masih bisa membuat mereka mendapatkan semuanya." Kata Elisa yang terus saja mengomel sejak tadi.     

" Biarkan saja mereka, lebih baik kita memikirkan tempat yang akan kita kunjungi." Kata Robin pada Elisa.     

Mereka kembali ke mobil, dan memikirkan Kemana mereka akan pergi.     

" Apakah kau capek??" Tanya Robin pada Elisa.     

Elisa pun menggelengkan kepalanya.     

" Tidak, kali ini aku lebih bersemangat." Kata Elisa pada Robin.     

Robin menyetuh kepala Elisa dan mengelusnya.     

" Baiklah, kita akan pergi ke suatu tempat." Ucap Robin.     

" Kemana??" Tanya Elisa.     

Robin masih merahasiakan Tempat itu.     

" Kau pasti akan suka,"      

Robin meminta Elisa untuk istirahat sejenak, ia akan membangunkan Elisa ketika mereka telah tiba.     

Elisa mengiyakan perkataan Robin, kebetulan juga kepalanya sedikit pusing setelah berusan dengan Tian. Namun Ita tidak ingin mengecewakan Robin dengan tubuhnya yang lemah itu.     

'aku harus tahan, jika seperti ini. Robin pasti tidak akan mengajak aku pergi lagi,' batin Elisa.     

elisa memejamkan matanya dan perlahan tertidur.     

Beberapa saat kemudian Elisa membuka matanya. Penglihatan Elisa masih tampak kabur dan samar. Tapi ia bisa mendengar suara Robin, yang terdengar khawatir ketika manggil namanya.     

Namun Elisa cukup terkejut ketika Robin meminta seorang memanggil dokter untuk memeriksanya.     

" Di..., Dimana ini??" Tanya Elisa dengan suara yang masih lemah.     

" Akhirnya, kau sadar juga Elisa." Ucap Robin,lalu mencium tangan Elisa.     

Penglihatan Elisa mulai kembali dann ia terkejut ketika dirinya ternyata berbaring di ruangan pasien.     

" Aku di rumah sakit?? Bagaimana bisa." Gumam Elisa.     

Dokter pun segera memeriksa keadaan Elisa.     

" Jangan bergerak dulu nona, biarkan saya memeriksa nona." Kata dokter itu.     

Elisa melihat kearah Robin yang masih tampak khawatir.     

'aku membuatnya khawatir lagi,'batin Elisa.     

" sebaiknya nona tidak membuat tubuh nona kelelahan seperti ini lagi, terutama nona sedang hamil saat ini." Kata dokter itu pada Elisa.     

Setelah itu dokter meminta Robin untuk keluar sebentar untuk bicara.     

Robin menitipkan Elisa pada seorang suster.     

" Aku akan segera kembali. Tolong berbaringlan jangan melakukan apapun," pinta tibin pada Elisa. Karena Robin tahu bahwa Elisa sangatlah keras kepala. Saking keras kepala, ia membuat dirinya seperti itu.     

Dokter itu bicara dengan Robin di luar ruang.     

" Maafkan saya tuan, saya belum tahu sakit yang di derita istri anda, tapi kondisinya kini sangat buruk, tolong lebih di perhatikan lagi." Ucap dokter pada Robin.     

Robin menceritakan pada dokter itu tentang penyakit Elisa dan sampai mengapa Elisa bisa sampai seperti saat ini.     

Robin tidak membawa Elisa ke rumah sakit Yin. Robin langsung membawa Elisa yang pingsan di mobil dengan darah yang mengalir dari hidung Elisa.     

Robin membawa Elisa ke rumah sakit terdekat dari tempat mereka.     

Dokter itu begitu terkejut mendengar perkataan Robin.     

" Apa?? Kanker darah stadium 4?! Dan anda membawa istri anda pergi berjalan-jalan keluar. Mungkin anda kurang paham tuan, tapi sebagai dokter aku harus mengatakan dan mengingatkan anda kembali, bahwa istri anda sedang sekarat," mendengar perkataan dokter itu.     

Robin pun marah dan mengangkat kerak baju sang dokter.     

" Apa yang kau bicarakan." Teriak Robin.     

" Itu kenyataannya, sebagai seorang dokter aku harus memberitahukan hal ini, agar anda tidak ceroboh seperti hari ini." Kata dokter itu pada Robin.     

Robin pun melepaskankan dokter itu.     

" Istri anda pasti sangat pintar menyembunyikan sakitnya, hingga anda sendiri tidak tahu bahwa ia bukan tertidur tapi pingsan. Jika bukan karena hidungnya berdarah, mingkin anda tidak akan tahu. Saya tahu maksud anda baik tuan, untuk membawa istri anda jalan-jalan untuk menenangkan pikirannya. Tapi niat baik anda bisa istri anda dalam bahaya."     

Robin bersandar di dinding ketika mendengar perkataan sang dokter.     

Semua ini salahnya, dia membaut Elisa hampir saja celaka karena keegoisannya.     

Setelah memberikan nasihat untuk Robin, dokter itu pun pergi meninggalkan Robin yang masih terdiam.     

Robin semakin prustasi mendengar perkataan sang dokter.     

Setelah beberapa saat kemudian Robin masuk kedalam, karena takut Elisa akan cemas padanya.     

Melihat masuk kedalam Elisa pun menjadi senang setelah lama murung menunggu Robin.     

" Mengapa kau begitu lama? Aku bosan menunggumu." Ucap Elisa.     

Robin pun mengelus kepala Elisa.     

" Dasar tidak sabaran.., aku tadi habis bicara dengan tuan Juan di telpon. Makanya aku sedikit lama. Maaf juga karena membuatmu menunggu lama," kata Robin pada Elisa.     

Elisa menggegam tangan Robin, lalu meminta maaf pada Robin karena membuat kencan mereka jadi hancur.     

" Tapi, lain kali aku janji. Aku kita pasti bisa menyelesaikan kencan kita," kata Elisa dengan senyuman lebar di wajahnya.     

Mendengar dan melihat hal itu, rasanya Robin akan gila.      

Bagaimana tidak. Senyum itu akan segera menghilang, dan ia tidak tahu bagaimana cara mempertahankannya.     

Elisa melihat pandangan Robin begt aneh padanya,namun Elisa bukanlah gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa.     

Pasti dokter tadi mengatakan sesuatu pada Robin, hingga membuat Robin seperti itu. Tapi Elisa hanya bisa pura-pura tidak tahu, agar Robin tidak semakin terpuruk.     

" Apa ada sesuatu yang kau inginkan, mungkin kau ingin makan sesuatu??" Tnaya Robin pada Elisa.     

Elisa menggelengkan kepalanya.     

" Aku hanya menginginkan mu saat ini," ucap Elisa.     

Robin pun tersenyum mendengar perkataan Elisa. Perlahan Robin mendekatkan wajahnya ke wajah Elisa.     

" Tapi, kita sedang di rumah sakit. Aku tidak bisa berbuat apa-apa di sini, bagaimana jika ketika kita pulang nanti aku akan membuatmu senang," kata Robin berbisik di telinga Elisa.     

Wajah Elisa seketika merona mendengar perkataan Robin.     

" Dasar pria mesum.!! Bukan itu maksudku," ucap kesal Elisa pada Robin.     

Robin pun tertawa melihat wajah Elisa yang merona seperti itu.     

Elisa memalingkan wajahnya dari Robin karena kesal.     

" Maafkan aku, aku hanya bercanda." Kata Robin pada Elisa.     

"Baiklah, tapi jangan ulangi lagi. Kau membuatku terlihat seperti seorang istri yang mesum,"       

" Tapi, kata dari menginginkan itu. Punya makna yang besar jika di ucapkan pada pasangan kita. Aku padahal sangat berharap ketika mendengar perkataan mu," ucap Robin pada Elisa.     

Robin pun menyentuh perut Elisa.     

" Kau harus menjaganya dengan baik, " kata Elisa pada Robin.     

Robin terdiam sejenak mendengar perkataan Elisa.     

" Kita akan menjaga dia dengan baik, membuat dia tidak kekurangan apapun di dunia ini. Termasuk kekurangan kedua orang tuanya," ucap Robin.     

Elisa tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia bahkan belum berani mengatakan tentang penyakitnya ini pada Sam.     

* Hai...., Pembaca semuanya.     

Makasih ya udah mau mampir di cerita ini.     

Oh iya....,     

Jangan lupa mampir di cerita Author yang lainnya ya,     

~ MANISNYA CINTA     

~ADAKAH AKU DI HATIMU     

~ YOUNG WIFE: Istri Muda Tercinta     

~ Muslimah : Tunggulah Aku     

~ Pangeran Tampan Yang Jahat     

Makasih....., Semoga hari kalian menyenangkan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.