MENGEJAR CINTA

Kekhawatiran Robin II



Kekhawatiran Robin II

Dokter Rian mengirimkan alamatnya saat ini.     

Beberapa saat kemudian, dokter Rian mendengar suara helikopter mengudara di atasnya.     

Ponsel dokter Rian pun berdering.     

" Aku masih..." Belum selesai dokter Rian bicara.     

Robin memotong pembicaraannya.     

" Tinggalkan mobilmu, dan cepat pergi ke hotel Green. Disana helikopter telah menunggu.! " Ucap Robin.     

"Helikopter.??" ucap dokter Rian kaget.     

"Iya." Jawab Robin.lalu mematikan telpon.     

Dokter Rian masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.     

" Apa..?!! Robin memiliki helikopter.?!!"     

Sungguh di luar perkiraan dokter Rian, bahwa Robin sama kayanya dengan Juan.     

Bahkan memiliki helikopter pribadi.     

" Ini terlihat seperti di dalam film, dimana orang kaya memperlihatkan kekuasaan mereka. Wah... sungguh luar biasa.!" Gumam dokter Rian.     

Tanpa membuang waktu lagi. Dokter Rian turun dari mnolnya menuju ke hotel Green yang di sebutkan oleh Robin.     

Kebetulan hotel itu juga terletak di seberang jalan, hanya butuh waktu 2 menit berjalan kaki langsung sampai.     

Begitu sampai di di hotel itu, dokter Rian di sambut oleh bebet orang, yang ternyata adalah manager hotel dan juga karyawan hotel.     

" Apakah anda, dokter Rian.?!" Tanya seseorang yang tidak lain adalah manager hotel.     

" Iya." Jawab dokter Rian.     

" Selamat datang di hotel Green dokter Rian. Mari saya antar ke atap hotel. Disana  helikopter telah menunggu dokter Rian." Ucap manager hotel.     

Kali ini dokter Rian di buat takjub oleh Robin.     

Selama ini Robin tidak pernah memperlihatkan jatih dirinya.     

Selam ini ia hanya mengenal sosok robinnyang kaku, dan selalu pergi dengan Juan ke mana-mana. Robin lebih sering menggunakan fasilitas kantor seperti mobil dan juga hotel.     

Rumah Robin Juan tidak seperti rumah orang kaya lainnya tapi bisa dibilang Robin mempunyai rumah yang cukup berat dengan halaman yang luas. Walaupun tidak seberapa dengan rumah milik Juan yang bahkan lebih besar dari pada rumah keluarga Yin.     

"Astaga, aku saja yang terlihat miskin di antara dua orang sultan itu." Gumam dokter Rian yang tampak sedih.     

Namun dokter Rian pemasaran dengan sesuatu, seperti kejadian saat ini.     

" Bisakah saya mengajukan  sebuah pertanyaan.??" Ucap dokter Rian pada manager hotel.     

" Silakan dokter."      

" Siapa pemilik hotel ini.??" Tanya dokter Rian.     

" Tuan Robin, adalah pemilik hotel ini sekarang." Kata manager hotel itu.     

Dokter rian sungguh di buat tercengang dengan perkataan manager hotel itu.     

Manager hotel yang melihat dokter Rian tampak terkejut, mencoba memanggilnya.     

" Dokter, dokter. Apakah anda baik-baik saja.??" Tanya manager hotel.     

Dokter Rian pun menganggukan kepalanya.     

Mereka pun sampai ke atap rumah sakit dan di sana sebuah helikopter telah menunggu dokter Rian.     

" Untung aku adalah seorang dokter, jika tidak mungkin aku telah meninggal karena jantungku yang sangat terkejut seperti ini."Gumam dokter Rian.     

" Bisakah dokter lebih cepat.?! Tuan Robin telah menunggu cukup lama."     

Mendengar perkataan dari seorang pengawal yang berada di dalam helikopter menunggunya, dokter Rian pun langsung naik kedalam.     

Sementara Robin masih sangat panik saat itu.     

Robin meminta para pelayan untuk membawakan air hangat dan juga handuk bersih kedalam kamar.     

Robin meminta para pelayan, untuk memberikan tubuh Elisa lalu mengganti pakaiannya yang terlanjur basah dengan keringat.     

Robin khawatir Elisa merasa tidak nyaman dengan pakaiannya.     

Robin menunggu di luar saat para pelayan itu membantu Elisa berganti pakaian.     

Beberapa saat kemudian, helikopter pun mendarat di halaman belakang rumah Robin.     

" Akhirnya datang juga." Gumam Robin. Yang lega mendey suara helikopter.     

Dokter Rian bergegas masuk kedalam rumah dan melihat Robin sedang menunggunya.     

"Maaf membuat anda menunggu lama tuan, Bagaimana keadaan nona Elisa.?" Tanya dokter Rian.     

Robin merasa bingung dan juga aneh mendengar dokter Rian bicara seperti itu padanya.     

Namun bukan saatnya berdebat karena Elisa butuh pertolongan.     

" Elisa berada di kamarnya." Ucap Robin.     

Mereka pun kekamar Elisa, namun tiba-tiba saja Robin berhenti.     

" Ada apa.?" Tanya dokter Rian.     

" Tunggu sebentar. Elisa Sedang berganti pakaian."     

Dokter Rian, menghela nafasnya. Robin yang melihat hal itu bertanya.     

" Ada apa.?!"      

" Saya pikir terjadi sesuatu yang buruk, tampaknya nona Elisa baik-baik saja." Kata dokter Rian.     

" Bagaimana mungkin, Elisa baik-baik saja. Sedangkan ia belum sadaeky diri sejak tadi, belum lagi ia terus berkeringat." Ucap kesal Robin.     

" Bukankah tuan mengatakan bahwa nona Elisa sedang berhati pakaian.?!"     

Kali Robin sungguh kesal dengan dokter rian.     

" Sungguh ingin ku pukul kepalamu.!!" Kata Robin pada dokter Rian.     

Dokter Rian mundur perlahan, ketika mendengar hal itu.     

" Maafkan saya tuan Robin. Tolong redahkan amarahmu.!" Ucap dokter Rian.     

" Hah.!!! Tadinya aku hanya bercanda, tapi kali ini aku sungguh-sungguh ingin memukulmu.!! Apakah kau salah minum obat setelah kemari.??!! Sejak tadi kau memanggilku tuan, tuan. Membuatku jengkel saja.!!"     

" Maafkan saya, jika seperti itu." Kata dokter Rian.     

Robin tidak tahu harus berbuat apa lagi pada dokter Rian. Sungguh kepalanya di buat pusing dengan perlakuan dokter Rian yang sangat aneh Di matanya.     

Setelah beberapa saat kemudian para pelayan keluar dan mengatakan bahwa Elisa telah selesai berganti pakaian, dan kini Elisa pun telah sadar.     

Robin sangat senang mendengar hal itu. Robin bergegas masuk kedalam melihat Elisa.     

" Robin..." Panggil Elisa saat melihat Robin masuk.     

Robin menggegam tangan Elisa, wajah Elisa masih tampak pucat saat itu.     

" Apakah ada yang sakit.? Jika ada tolong katakan padaku."      

Elisa menggelengkan kepalanya.     

" Aku merasa lebih baik." Ucap Elisa.     

Dokter Rian masih berdiri di belakang Robin, tidak ingin menggangu suami istri itu.     

Robin uang melihat Dokter Rian hanya diam saja, dan belum meneriksa Elisa melihat heran kearah dokter Rian.     

" Apakah kau sudah puas menonton.?!" Tanya Robin dengan ketus.     

" Maafkan saya tuan." Ucap dokter Rian.     

Elisa tersenyum melihat mereka seperti itu.     

" Jangan menindas dokter Rian Robin,.." kata Elisa.     

Dokter Rian memeriksa keadaan Elisa.     

" Nona harus banyak istirahat, jangan terlalu capek dan juga berpikir terlalu banyak. Jika nona seperti ini terus akan semakin memperburuk keadaan nona Elisa."     

Ucap dokter Rian.     

Elisa menatap heran pada dokter Rian.     

" Apakah ada yang sakit nona Elisa.?? Katakan padaku, agar aku bisa memberikan obat penawarnya." Kata dokter Rian.     

" Dokter sungguh aneh. Sejak tadi terus saja memanggil ku, nona, dan nona.!"      

" Aku juga bingung dengan dokter Rian. Mungkin dia salah makan malam saat kemari.!!" Ucap Robin.     

Dokter Rian hanya tersy saja mendengar perkataan mereka.     

Dokter Rian menjelaskan pada Robin bahwa keringat yang ada di tubuh elisa, adalah dampak dari penyakit yang ia derita sekarang.     

Dan juga susah tidur yang Elisa alami juga sama.     

" Mungkin kedepannya, akan lebih parah lagi dari ini. Maaf jika aku langsung bicara jujur, aku ingin kalian lebih bersiap diri saat ini. Kita hanya bisa mengharapkan keajaiban datang, seperti keajaiban yang datang dalam hidup nona adelia." Ucap dokter Rian.     

Dokter Rian tidak ingin mengatakan sesuatu kebohongan, yang nantinya akan semakin menyiksa.     

Lebih baik berkata jujur, walaupun pahit.     

Karena pada nyatanya penyakit Elisa semakin memburuk.     

Robin tampak sangat sedih setelah mendengar perkataan dokter Rian.     

Elisa menggegam tangan Robin saat itu.     

" Aku beri satu kesempatan untuk pergi. Aku tidak akan menyalahkanmu."     

" Mengapa kau selalu saja mendorongku untuk pergi ?! Tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk bersamamu, hingga akhir." Ucap Robin.     

Elisa hanya diam saja saat mendengar  pertanyaan Robin.     

Dokter Rian tahu apa yang sedang terjadi saat itu.     

" Bisakah aku bicara dengan Elisa sebentar.??"tanya dokter Rian pada Robin.     

Walaupun berat meninggalkan Elisa, Robin memilih untuk pergi dan membiarkan mereka bicara.     

Beberapa saat kemudian dokter Rian keluar dari kamar Elisa.     

" Saya pamit pergi. Hari semakin malam,takutnya istriku akan mengomel lagi." Ucap dokter Rian, lalu pergi.     

Robin masih belum sempat bertanya tentang apa yang Elisa dan juga dokter Rian bicarakan.     

" Sudahlah. Nanti aku tanyakan lagi."     

Robin masuk ke dalam kamar untuk menemui Elisa.     

Robin duduk di samping tempat tidur Elisa dan memberikannya segelas air untuk Elisa.     

Namun Robin di buat terkejut saat Elisa tiba-tiba saja memeluk Robin.     

" Maafkan aku Robin. Maafkan atas keegoisanku.!" Kata Elisa, sambil menangis memeluk Robin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.