MENGEJAR CINTA

Jody Yang Cemburu



Jody Yang Cemburu

Jody begitu kesal melihat Adelia dan juga Robin yang tertawa bersama. Namun ia juga tidak bisa asal menuduh atau marah pada Adelia.     

Ia tidak ingin Adelia membenci dirinya, bisa saja ia hanya salah paham saat itu.     

Adelia dan juga Robin pergi ke bagian kasir untuk membayar belanjaan mereka.     

" Satukan tagihan kami," pinta Robin pada kasir mall itu.     

" Tidak, biarkan aku yang membayar tagihan belanjaanku." Ucap Adelia pada Robin.     

" Lalukan seperti yang aku katakan," perintah Robin pada kasir itu.     

" Robin...," Ucap kesal Adelia.     

" Anggap saja, hadiah kecil darimu untuk pernikahanmu. Lagi pula aku tidak akan bangkrut jika membayar belanjaanmu yang sedikit ini."      

Adelia pun tersenyum senang saat itu.     

" Benar juga, bagaimana jika kau membayar semua belanjaanku mulai saat ini." Kata Adelia pada Robin.     

Robin pun tersenyum mendengar candaan Adelia.     

" Kau adalah gadis yang kaya raya, begitu juga dengan calon suamimu. Mengapa kau menindasku yang kecil ini?"  Perkataan Robin membuat kasir dan juga adelia tertawa saat itu.     

Jody yang masih memperhatikan dari jauh merasa sangat kesal. Ia mengepalkan kedua tangannya Manahan amarah.     

" Jangan bilang, pria brengsek itu ingin mengambil hati Adelia lagi. Dan yang ia pertontonkan hari itu adalah bohong. Ia tidak benar-benar mencintai Elisa.!!" Gumam Jody.     

Jody semakin tidak tahan melihat hal itu, terlebih lagi Robin membawa bahan belanjaan Adelia lainnya.     

" Kita akan minum kopi dimana??" Tanya Robin pada adelia.     

Namun saat itu ia menerima telpon dari Elisa.     

Robin langsung mengangkat telpon itu.     

" Halo, sayang." Ucap Robin pada Elisa yang menelponnya.     

Sementara Adelia menyenggol tangan Robin untuk menggodanya.     

" Cie..,sayang." Ucap Adelia pelan.     

" Apakah kau masih lama??" Tanya Elisa pada Robin.     

" Mengapa? Apakah kau merindukan aku?" Tanya Robin lagi pada Elisa.     

Robin dan juga elisa berbincang di telpon cukup lama.     

Adelia bisa melihat wajah bahagia Robin saat menerima telpon dari Elisa. Suara yang lembut dan sikap yang Hangat.     

' Robin sangat mencintai kak Elisa. Dan kak Elisa pantas mendapatkan hal itu, Tuhan, berikan kesembuhan untuk kak Elisa. Dia adalah gadis yang baik. Dan berikan kebahagiaan untuk Jody, karena ia juga adalah pria yang baik dan aku sangat mencintainya.' batin Adelia, memohon saat itu.     

Jody yang terlanjur kesal, berbalik dan pergi meninggalkan mereka.     

Tanpa sadar mereka berjalan menuju pintu keluar karena Robin terus saja menelpon bersama Elisa dan mengabaikan Adelia.     

Beberapa saat kemudian, panggilan itu pun berakhir.     

Robin pun sadar bahwa ia sedang berjalan bersama Adelia.     

Robin yang melihat wajah cemberut Adelia meminta maaf padanya.     

" maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja." Kata Robin pada adelia.     

Adelia pun tertawa mendengar perkataan Robin.     

" Aku hany bercanda. Tapi aku sengat senang dan juva ikut bahagia untuk kalian berdua, ucapan ku sangat tulus. Aku mendoakan kebaikan untuk hubungan kalian,"      

Robin ikut senang mendengar perkataan adelia, kini tidak ada lagi rasa canggung saat bersamaan dengan Adelia.     

" Aku sangat senang ketika mendengar mu memanggilku kakak," ucap Robin.     

Walaupun Adelia terkejut tapi ia segwt memanggil Robin dengan sebutan kakak.     

" Kakak..," panggil adelia untuk Robin.     

Robin pun mengelus kepala Adelia.     

" Kita akan minum kopi lain waktu, aku harus kembali saat ini." Ucap Robin pada Adelia.     

Adelia pun mengangguk kepalanya.     

" Baiklah, sampai jumpa..,"      

Mereka pun berpisah di depan parkiran mobil.     

Robin bergegas pulang untuk menemui Elisa. Ia sudah sangat merindukan istrinya itu.     

Beberapa saat kemudian Adelia tiba di rumahnya, dan ia melihat mobil Jody terparkir di halaman depan.     

Adelia meminta pelayan untuk membawah masuk belanjaannya kedalam sedangkan ia berlari untuk bertemu Jody.     

Adelia melihat Jody yang sedang duduk di sofa sambil membaca sebuah majalah.     

" Sayang..." Panggil Adelia pada Jody.     

Melihat adelia yang berlari, membuat Jody panik. Karena bisa saja Adelia jatuh saat berlari.     

"Apa..," belum selesai Jody bicara.     

Adelia memeluk Jody, hingga Mereka berdua jatuh ke sofa bersama.     

Jody yang ingin marah pun, tidak jadi marah.     

Ia malah memeluk Adelia lalu mencium Adelia.     

Adelia senang akan hal itu, karena selama ini ialah yang terlalu agresif pada Jody. Tapi ciuman Jody Sungguh berantakan dan membuat bibir Adelia sakit.     

Adelia pun segera mendorong tubuh Jody.     

" Apa yang kau lakukan jody??" Tanya Adelia.     

Namun Jody kembali menarik tangan adelia dan mencium bibir Adelia.     

Jody masih sangat kesal karena Adelia yang bersama dengan Robin. Apa lagi mengingat senyuman Adelia pada Robin.     

Jody pun lepas kendali dan membuka paksa pakaian Adelia, Adelia Sungguh tercengang di buatnya.     

Tangan Jody pun mulai nakal, merambah paha Adelia dan mulai lebih jauh.     

Adelia segerah mendorong Jody dengan sekeras tenaga.     

Jody terengah-engah saat itu, begitu juga dengan Adelia.     

" Ada apa adeli?? Apakah kau tidak suka aku sentuh?" Tanya Jody pada Adelia dengan raut wajah yang marah.     

Adelia menatap Jody salam diam.     

Jody yang melihat Adelia diam saja, kembali menarik tangan Adelia dan akan mencium Adelia.     

Namun kali ini sebuah tamparan di lepaskan Adelia ke wajah Jody. Tangan Adelia bahkan gemetar saat menampar Jody.     

" A-ada apa? Ada apa denganmu Jody?! Kau membuatku takut." Kata Adelia dengan air mata yang mengalir di wajahnya.     

Jody menundukkan kepalanya, merenungi apa yang terjadi pada dirinya.     

Padahal selama ini ia sangat bisa mengontrol dirinya tapi mengapa kali ini ia begitu prustasi.     

" Maafkan aku adel, kau istirahatlah. Aku akan menghubungimu nanti" ucap jody pada adelia.     

Ia pun beranjak pergi meninggalkan Adelia yang masih menangis saat itu.     

Jody masih tidak menyangka bahwa dirinya bakan sangat cemburu ketika melihat Robin dan juga Adelia seperti itu.     

Padahal dulu ia bisa mengontrol Perasaannya saat Robin dan juga Adelia masih bersama. Tapi kini??..     

Adelia masih menundukkan kepalanya sambil menangis. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Jody.     

Walaupun Jody menginginkan dirinya ia akan bersedia memberikan apa yang Jody inginkan, tapi jika caranya seperti itu. Malah membuat adelia jadi takut. Ia tidak pernah melihat tatapan Jody yang seperti itu pada dirinya.     

Pelayan datang menghampiri Adelia dan menyelimuti tubuh Adelia dengan kain.     

" Apakah nona baik-baik saja ??" Tanya pelayang itu.     

Adelia pun mengangguk kepalanya.     

Adelia bertanya pada pelayan itu, apakah ada yang aneh saat Jody datang kerumahnya. Tapi pelayan itu menyatakan bahwa tidak ada yang aneh. Seperti biasa jody datang dan menanyakan Adelia. Hanya itu saja dan tudak ada hal lain.     

Tapi Adelia masih bingun dengan sikap Jody.     

" Apa mungkin aku yang salah?? Aku harus minta maaf padanya." Gumam Adelia.     

Adelia pun meminta para pelayan untuk menutupi hal ini dari aroun. Adelia tidak ingin kakaknya itu khawatir dan jangan sampai salah paham pada Jody.     

Adelia kembali kekamar, lalu mengganti pakaiannya. Namun air matanya masih saja menetes mengingat jody yang pergi begitu saja.     

" Aku harus pergi kerumahnya dan meminta maaf. Jangan biarkan Masalah ini berlarut-larut." Ucap adelia.     

Ia pun mengganti pakaiannya dan segerah pergi ke rumah Jody untuk meluruskan masalah di antara mereka.     

Hai...., Pembaca semuanya.     

~ Bantu dukung novel ini yg versi Inggris yah..,     

Bantu save/simpan di library/perpustakaan buku kalian. Biar nggak baca, ga masalah kak di simpan saja...     

~ Judul : Handsome CEO: The pursuit of love     

Dan jika berkenan sekalian bisa kasih review di bagian depan ya kak..     

Sebelumnya Aku ucapkan terima makasih...,     

Semoga kalian sehat selalu, dan jangan lupa tersenyum     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.