MENGEJAR CINTA

Sikap Jody yang berubah



Sikap Jody yang berubah

Hey kha tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa duduk manis di samping Juan.     

Juan yang melihat hey kha tidak tenang sejak tadi, tersenyum dengan tingkah lucu sang istri.     

Hey kha merasa ada yang sedang menatapnya. Ia pun berbalik melihat Juan, namun dengan cepar Juan memalingkan wajahnya dan pura-pura fokus pada komputernya.     

"Aku bosan...., Aku benar-benar bosan!!" Ujar hey kha, dengan posisi duduk yang tidak karuan.     

Juan pun tidak bisa lagi menahan tawanya, dan akhirnya menertawakan hey kha.     

Wajah hey kha tampak cemberut dan juga bibirnya manyun kedepan.     

Juan segerah berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri sang istri.     

Tanpa basa-basi Juan pun langsung mencium bibir manyun sang istri.     

"HM, sangat manis," ucap Juan menggoda hey kha yang tampak kesal padanya.     

Hey kha memalingkan wajahnya dari Juan.     

" Jangan marah istriku, karena kau tidak cocok untuk marah! Kau bahkan lebih cantik dan juga menggemaskan seperti itu," gombal Juan kepada sang istri.     

Hey kha masih tetap cemberut melihat ke arah Juan.     

"Menyebalkan!" Gumam kesal hey kha.     

Juan pun mengangkat hey kha ke pangkuannya. Ia pun mengelus perut bulat sang istri.     

" Lihatlah ibu, disering marah. Padahal wajah ayah sangat tampan dan juga manis tapi ibumu masih saja kesal!" Kata Juan sambil mengelus perut hey kha.     

Beberapa saat kemudian.      

Jody dan juga Adelia tiba di rumah juan. Begitu juga dengan Robin dan juga Adelia. Mereka datang di waktu yang bersamaan.     

Adelia yang melihat Elisa dan juga Robin melambaikan tangannya menyapa mereka.     

" Kak Elisa..," panggil Adelia pada Elisa.     

Elisa balik menyapa Adelia, namun langkanya terhenti ketika melihat Jody menghentikan Adelia yang ingin menemuinya.     

Adelia sendiri terkejut dengan apa yang Jody lakukan. Ia menoleh kearah jody dengan tatapan bingung.     

" Kita harus masuk kedalam!"ajak Jody pada adelia.     

" Tapi...,"      

Tanpa memperdulikan ucapan Adelia, Jody menarik tangan Adelia masuk kedalam rumah.     

Robin dan juga Elisa tertegun melihat kejadian itu. Mereka sendiri masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja mereka lihat. Sikap Jody menjadi begitu dingin kepada mereka, sementara mereka tidak tahu apa kesalahan yang telah mereka buat.     

"Sudahlah, jangan di pikirkan. Ayo kita masuk," ajak Robin pada Elisa.     

Seorang pelayan mengetuk pintu ruang kerja Juan dan mengatakan bahwa tamu yang mereka tunggu telah datang.     

Hey kha Sangat senang hingga segerah turun dari pangkuan Juan.      

Juan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap sang istri.     

" Begitu mereka tiba, dia langsung lupa akan diriku. Sungguh mengkhawatirkan!" Gumam Juan.     

" Hey kha, jalan yang pelan. Jangan terburu-buru, mereka tidak akan kabur kemana." Ucap Juan pada hey kha yang berjalan tepat di hadapannya.     

Hey kha pun berhenti ketika ingin menuruni tangga, sebab Juan memintanya untuk berhenti.     

" Biarkan aku membantumu," pinta Juan pada hey kha.     

Mereka berdua turun dengan bergandengan tangan. Elisa dan juga Adelia begitu senang melihat hal itu.     

" Pasang yang semakin romantis," ucap keras Adelia pada Juan dan hey kha.     

Adelia pun melepaskan tangan Jody dari tangannya dan pergi menghampiri hey kha.     

" Kakak..," panggil Adelia pada hey kha. Ia hendak memeluk hey kha, namun di halangi oleh Juan.     

Adelia Sungguh kesal di buat Juan.     

" Aku hanya ingin memeluk saja tapi, kau sangat pelit!" Ucap kesal Adelia pada Juan.     

"Kau bisa dekat-dekat dengan istriku tapi tidak untuk peluk, kasihan bayi yang ada di perutnya jika menerima tekanan dari luar," kata Juan pada Adelia.     

Hey kha pun menatap Juan dengan bersemu kemerahan. Ia tidak menyangka bahwa selama ini Juan seringkali memeluk dirinya dari belakang dan sangat jarang memeluk dari depan, ternyata karena hal itu.     

Elisa pun pergi mendekat kearah hey kha, untuk menyapanya.     

" Pagi, kak hey kha." Sapa Elisa. " Pagi juga untukmu Adel,"      

" Pagi juga kak Elisa," ucap Adelia membalas sapaan Elisa. Lalu mengecup pipi Elisa, dan hal itu membuat Elisa terkejut.     

" Padahal kau sudah akan menikah,tapi kau masih seperti gadis kecil!" Kata Elisa pada Adelia sambil mencolek hidung Adelia.     

Pandang Jody tertuju pada Robin yang terus menatap kearah elisa, Adelia dan juga hey kha.     

Jody beranggapan bahwa senyuman yang ada di bibir Robin itu, untuk Adelia.     

' Jangan harap kau bisa mengambil Adelia dariku, kau pikir aku tidak tahu akal bulus mu!' batin kesal Jody.     

Jody beranggapan bahwa Robin akan kembali lagi pada Adelia setelah kematian dari Elisa.     

Kasih sayang yang Robin tunjukkan pada Adelia hanyalah sebatas rasa kasihan saja.     

Disisi lain hey kha terus memperhatikan pandangan Jody untuk Robin. Dan itu terlihat jelas kebencian di mata Jody untuk Robin.     

Sementara Adelia dan juga Elisa berbincang dengan seru sambil tertawa.     

Hey kha takut kebencian Jody akan menghancurkan hubungan mereka.     

Juan mengajak Jody dan juga Robin keruangnya.     

Sementara Adelia  dan juga Elisa di ajak hey kha untuk berbincang di halaman belakang.     

Hey kha dan juga Elisa berbincang seputar kehamilan mereka, sementara Adelia duduk menyimak perbincangan mereka.     

"Kapan aku bisa seperti kalian?" Tanya Adelia pada kedua wanita hamil yang ada di depannya.     

" Secepatnya setelah kalian menikah," jawab Elisa pada Adelia.     

"Jagalah hubungan kalian dengan baik, apapun masalahnya semua harus di selesaikan dengan kepala dingin," kata hey kha untuk Adelia. Adelia tahu maksud dari perkataan hey kha.     

" Apakah kau bertengkar dengan Jody?" Tanya Elisa pada Adelia.     

" Ah, tidak." Sambil menggelengkan kepalanya. " Kami baik-baik saja," ujar Adelia.     

" Baguslah, aku ikut sen...,"ucapan Elisa pun terhenti ketika merasakan sakit di bagian kepala dan juga darah mengalir keluar dari hidung Elisa.     

Adelia dan juga hey kha sangat panik dan memanggil pelayan.     

Adelia segerah berdiri untuk memanggil Robin namun di hentikan oleh Elisa.     

" Jangan panggil dia, aku tidak apa-apa." Mohon Elisa pada Adelia.     

" Tapi..,"      

Elisa menggenggam erat tangan Adelia.     

" Aku mohon,"      

Hey kha pun meminta pelayan untuk mengambilkan tas kerja miliknya.     

Hey kha mengajak Elisa untuk istirahat kekamar namun Elisa menolak.     

" Ini telah sering terjadi, aku baik-baik saja. Lagi pula jika aku beristirahat di kamar, itu semakin membuat Robin bersedih dengan kondisiku saat ini. Aku tidak ingin melihat dia semakin menderita," ucap Elisa pada mereka.     

Adelia duduk menangis melihat kondisi Elisa yang seperti itu.     

" Apa yang bisa aku lakukan untukmu?!" Kata Elisa pada Elisa yang terlihat begitu pucat.     

" Hiduplah bahagia dengan tanpa penyesalan." ucap Elisa pada Adelia.     

Hey kha pun memeriksa kondisi Elisa, detak jantung dan juga nadi Elisa tampak melemah.     

Hey kha juga tidak bisa memberikan obat penghilang rasa sakit pada elisa. Karena Elisa sedang mengandung, terlebih lagi Elisa telah banyak mengkomunikasi obat-obatan.     

Kondisi Elisa semakin memburuk, hey kha pun hanya bisa didik diam melihat kearah Elisa yang tersenyum manis padanya.     

" Semua manusia pasti akan pergi, entah itu karena tua, sakit, ataupun kecelakaan. Kita yang memili hidup dengan cinta harus siap kehilangan kapanpun itu.., tapi dalam hidupku yang singkat ini, tidak ada penyesalan sedikitpun didalamnya. Karena aku punya suami yang mencintaiku dan juga kalian sebagai keluarga ku. Padahal aku tidak pernah bermimpi atau berangan memiliki keluar yang untuk dan hangat seperti ini, tapi aku di anugrah kelimpahan kasih sayang yang begitu besar. Sungguh tidak ada penyesalan di dalamnya." Ucap Elisa.     

Elisa pun mengeluarkan sebuah botol obat yang ada didalam tasnya.     

Setelah meminum obat itu, rasa sakit yang ia rasakan perlahan hilang dan darah yang mengalir di hidungnya perlahan berhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.