You Are Mine, Viona : The Revenge

The Willan\'s



The Willan\'s

Sesekali Aaric tersenyum saat mendengar celotehan dari Denise anak sang paman, yang sedang menceritakan mantan kekasihnya yang berselingkuh dengan sahabat baiknya.      

"Dia temanku Aaric, tapi tega-teganya dia mengkhianati aku."      

"Teman yang aku anggap seperti saudara itu tega menusukku dari belakang."     

"Demi laki-laki dia memutuskan hubungan denganku, sungguh menyebalkan."      

Aaric terkekeh, ia kemudian memberikan sebotol air minum pada Denise yang hampir 40 menit terus bicara.     

"Sudah lebih baik?"tanya Aaric pelan sambil mengacak-acak rambut Denise.     

"Mana mungkin, kau tahu apa obatnya ketika aku kesal seperti ini,"jawab Denise ketus.      

Aaric kembali tersenyum. "Dasar gadis nakal, ya sudah ayo bangun aku temani kau shopping."      

Denise menggelengkan kepalanya. "Aku tak mau jika hanya berdua saja, panggil Xander juga."      

"Xander?" Aaric menaikkan satu alisnya, ia merasa asing dengan nama yang disebut Denise.     

"ABRAHAM ALEXANDER WILLAN." Denise bicara dengan keras mengeja nama lengkap Abby.      

Sontak Abby terbahak-bahak mendengar perkataan Denise. "Kau masih diminta memanggilnya dengan nama itu?"     

"Si brengsek itu memang menyebalkan, ayolah cepat. Jangan buat mood ku tambah rusak!!"     

"Ok..ok..aku akan menghubungi si Xander itu terlebih dahulu supaya menyusul kita ke lobby utama,"sahut Abby dengan cepat masih menggoda Denise.      

Denise melipat kedua tangannya di dada sambil menatap ke arah lain, ia kesal sekali selalu di goda Aaric. Sejak Denise pindah ke New York Abby minta untuk dipanggil Xander dan selalu mengabaikan panggilan Denise jika ia dipanggil dengan nama Abby, jadi mau tak mau Denise harus memanggilnya dengan nama Xander dan sudah terbiasa sampai saat ini.      

Setelah selesai bicara dengan sang kakak, Aaric lalu meraih ponsel pintarnya yang ada diatas meja dan langsung melingkarkan tangannya ke pundak Denise untuk diajak keluar. Kalau tak ada yang tahu mereka akan dikira sedang berkencan, padahal keduanya adalah saudara. Saat Aaric dan Denise akan masuk ke lift tiba-tiba tangan besar langsung meraih tangan Denise dan menariknya, sehingga membuat Denise terlepas dari rangkulan Aaric.      

"Xander!!!"      

"Hei burung beo, beraninya kau langsung datang ke kantornya. Sudah lupa pada Xander mu yang tampan ini?"     

Denise menggerakkan tangannya dan mengenai perut Abby sehingga membuat Abby melepaskan pelukannya pada Denise.      

"Aku lebih baik bersama Aaric daripada bersamamu!!"ketus Denise sambil memeluk Aaric yang berdiri di depan lift pribadinya.     

"Aku lebih tampan dari Aaric asal kau tahu, jadi kalau kau mau memanas-manasi mantan kekasihmu itu maka aku adalah pilihan yang tepat Denise."     

Denise menjulurkan lidahnya. "Kalian itu kembar, jadi sama saja aku bersamamu atau Aaric. Tapi aku lebih memilih Aaric yang masih suci tak sepertimu."     

"Suci...dia...hahaha…"     

Denise yang sudah sangat kesal pada Abby langsung memaksa Aaric masuk ke dalam lift berniat untuk meninggalkan Abby, akan tetapi karena gerakan Abby yang cepat akhirnya ia bisa masuk ke dalam lift sesaat sebelum pintu lift tertutup.     

"Kenapa kau ikut masuk!!"sengit Denise penuh aura permusuhan.     

"Ini kantorku Denise, kantor milik…"     

"Aku juga seorang Willan, jangan lupa itu huh!"Denise langsung memotong perkataan Abby.      

Aaric yang sudah tak tahan berada ditengah-tengah saudaranya yang sedang bertengkar hanya bisa menyandarkan tubuhnya ke dinding lift sambil melipat kedua tangannya di dada, ia tak mau ikut campur dalam pertempuran keluarga itu. Sejak kecil Abby memang suka sekali mengusik Denise, ia sebenarnya ingin punya adik perempuan lagi akan tetapi ayah dan ibunya tak mengabulkan permintaannya sehingga akhirnya selama masa kecil mereka Denise menjadi bahan bully Abby.      

Pertengkaran dua saudara itu akhirnya berhenti ketika lift tiba di lobby, seolah tak terjadi apa-apa keduanya lalu berjalan dengan tenang menuju ke sebuah mobil yang sudah terparkir di pintu utama lobby Endurance Sky Building. Saat berjalan menuju mobil lagi-lagi Denise mendekati Aaric, ia bahkan langsung memeluk lengan Aaric dan bermanja padanya. Sehingga membuat semua orang yang belum tahu siapa Denise langsung menatapnya tajam, terutama beberapa calon karyawan wanita yang akan melakukan wawancara terakhir hari ini. Kedua mata gadis-gadis itu langsung tertuju pada Aaric yang dipeluk Denise tanpa berkedip, pandangan mereka baru berhenti saat ketiga Willan itu masuk ke dalam sebuah limosin mewah berwarna hitam yang memiliki interior kelas satu itu. Tak lama kemudian mobil itu pun pergi meninggalkan perkantoran Endurance Sky Building menuju sebuah mall tempat biasa Denise akan merampok kedua kakaknya agar membelikannya baju dan berbagai aksesoris lainnya.      

Sepanjang perjalanan Denise terus menceritakan penghianatan yang dilakukan oleh sahabat dan mantan kekasihnya kepada kedua kakaknya itu, meskipun ia tidak menangis namun Abby dan Aaric tahu kalau adik kesayangan mereka sedang sangat kesal.      

"Berikan aku foto mantan kekasihmu yang buta itu," pinta Abby untuk yang kesekian kali.     

Denise langsung menggeleng. "Tidak, Aku tak mau nasibnya akan berakhir mengenaskan seperti para pemuda yang sering menggangguku di sekolah dulu."     

"Saat kau sedang sekolah itu bukan ulahku, tapi itu ulah Paman Frank ayahmu. Jadi jangan salah persepsi seperti itu kepadaku,"sahut Abby membela diri.      

"Daddy? Tapi waktu itu Daddy mengatakan kalau yang memberi pelajaran pada anak-anak nakal itu adalah kau, Xander,"kekeh Denise.      

"Aku berani bersumpah itu bukan ulahku, kok boleh saja bertanya pada paman…"     

Perkataan Abby terhenti saat menyadari sang adik sejak tadi tersenyum tipis ketika ia berdebat dengan Denise.      

"Aaric kau…"     

"Ya itu hasil pekerjaanku, salahkan saja pada anak-anak itu. Kenapa berani mengganggu seorang Willan di sekolahnya, jadi bukan salahku kalau akhirnya kelepasan dan membuat mereka mendekam di rumah sakit selama 2 bulan."Aaric memotong perkataan sang kakak tanpa rasa bersalah.      

Denise dan Abby langsung membuka mulut mereka lebar-lebar saat mendengar perkataan Aaric, keduanya sangat terkejut saat mendengar perkataan Aaric yang sangat tidak disangka itu.      

"Lagipula saat itu aku tidak bekerja sendiri, Daddy membantuku mencari 10 orang pemuda yang sudah mengusikmu itu,"imbuh Aaric kembali menambahkan perkataannya.     

"Daddy!"     

"Paman Fernando?"     

Abby dan Denise bicara secara kompak.     

Aaric menganggukkan kepalanya. "Iya, memangnya siapa lagi? Daddy ku kan hanya Fernando Grey Willan saja."     

"Tapi saat itu…"     

Denise langsung terdiam dan tak melanjutkan perkataannya lagi saat merasakan tangan Aaric memegang pundaknya.      

"Jangan diingat-ingat lagi kejadian itu sudah lama sekali berlalu, lagipula itu adalah salah mereka berani mengganggu seorang Willan. Jadi ya terima saja nasibnya, seperti saat ini Denise. Kau tak usah khawatir, meskipun mantan kekasihmu itu sudah menghianatimu tapi kau tenang saja. Kau akan tetap bahagia dan aman karena ada aku dan kakak yang akan selalu melindungimu,"ucap Aaric pelan sambil tersenyum.      

Abby akhirnya paham kemana arah pembicaraan sang adik, karena tak mau kalah ia kemudian ikut meraih tangan Denise yang menggenggamnya erat. "Kau punya kami Denise, dua kakakmu ini akan selalu menjagamu. Ingat kau adalah seorang Willan, tak ada dalam sejarah keluarga Willan terjajah. Seorang Willan adalah orang yang kuat, jadi jangan membahas mantan kekasihmu itu. Semoga saja ia berdoa untuk tak bertemu denganku, karena jika sampai aku melihatnya maka akan kupastikan ia tak akan bisa berjalan lagi dengan normal."     

Kedua mata Denise berkaca-kaca mendengar perkataan kedua kakaknya, ia kemudian memeluk keduanya dengan erat secara bersamaan.      

"Kalian tak boleh pergi meninggal kan aku, kalian hanya boleh menikah setelah aku menikah. Ingat janji kita saat masih kecil,"celoteh Denise saat memeluk kedua kakaknya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.