You Are Mine, Viona : The Revenge

Bruce O\'Brian



Bruce O\'Brian

Setelah berkutat di depan komputer selama hampir satu jam Aaric berhasil membuat identitas baru untuk Diego, karena Diego Perry akan dibuat mati maka Aaric mencari nama lain sebagai pengganti nama Diego.      

"Ok i'm done, namamu sekarang adalah Bruce O'Brian,"ucap Aaric pelan saat berhasil membuat identitas baru untuk Diego.      

Sebenarnya Aaric tak bekerja sendiri dalam pergantian nama Diego, ia menggunakan jasa salah seorang hacker yang cukup terkenal di dunia cyber untuk melakukan tugas ini. Sebagai orang yang sudah menggeluti dunia cyber sejak lama tak sulit bagi Aaric untuk mendapatkan kontak para hacker profesional yang mudah mengganti identitas seseorang, oleh karena itu Aaric langsung memberikan foto Diego yang ia ambil dari kartu identitas lamanya dan kemudian ia berikan kepada salah satu hacker yang sudah ia pilih itu. Hanya dalam waktu 30 menit sang hacker pun memberikan identitas baru untuk Diego berdasarkan nama yang dipilihkan oleh Aaric, sebenarnya Aaric juga bisa mengganti nama Diego dan membuatkan identitas baru untuknya. Namun karena ia masih khawatir akan kemampuannya yang belum sehebat para hacker lainnya dalam membuat identitas asli buatan, maka Aaric memilih untuk langsung menghubungi teman-temannya di dunia cyber. Aaric tak mau kalau Diego akan mendapatkan masalah di masa depan karena keangkuhannya, karena itulah ia mempercayakan masalah ini kepada orang yang sudah lebih berkompeten.      

Aaric baru meninggalkan komputernya saat rasa lapar datang menyerang, tanpa pikir panjang Aaric berjalan menuju pantry dan memutuskan untuk membuat mie instan. Salah satu makanan yang sangat dilarang oleh sang ibu untuk dimakan, akan tetapi karena di apartemen sudah tak ada makanan lagi Aaric pun memilih membuat mie instan untuk meredam amarah para cacing dalam perutnya.      

"Ukh wanginyaa,"ucap Aaric pelan sambil mengaduk-aduk mie instan dalam cup gelasnya dengan penuh semangat.     

Karena sudah sangat lapar Aaric pun langsung makan diatas meja dapur sambil duduk bersila menikmati mie instan buatannya sambil bermain game, jika dilihat sepintas Aaric akan terlihat seperti remaja kebanyakan yang masih kekanak-kanakan. Namun sebenarnya Aaric memiliki kecerdasan di atas rata-rata teman sebayanya, yang ia dapatkan dari kedua orangtuanya yang bukan orang sembarangan itu. Pada awalnya Viona menginginkan salah satu anaknya menjadi dokter, akan tetapi Fernando melarang. Ia tak mau anaknya menjadi dokter, Fernando ingin anak-anaknya meneruskan cita-citanya menguasai seluruh dunia. Karena itulah sejak kecil Aaric dan Abby sudah sering diajak Fernando ke kantor, ia ingin menunjukkan pada anak-anaknya dunia bisnis yang harus mereka taklukkan itu.      

Tanpa Aaric sadari sudah hampir dua menit Diego menatapnya tanpa berkedip dari depan kamarnya.     

"Apa yang kau makan Aaric?"Diego yang sudah tak bisa menahan godaan wangi dari mie instan buatan Aaric pun langsung bertanya.      

"Oh ini, mie instan. Apa kau…"     

Deg     

Aaric langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara saat menyadari ada orang lain yang mengajaknya bicara, padahal sebenarnya saat ini semua anak buahnya sudah ia perintahkan untuk melakukan tugas penting.      

"Diego!"pekik Aaric kaget ketika melihat sang empunya suara yang ia cari.      

Diego tersenyum, ia lalu menyentuh perutnya perlahan. "Aku lapar."      

Mendengar perkataan Diego yang mengatakan lapar, Aaric hampir tersedak. Beruntung di sebelahnya ada satu botol air minum mineral yang memang sudah ia persiapkan sebelumnya, setelah menenggak habis seluruh isi botol itu Aaric lalu kembali fokus pada Diego yang masih berdiri menatapnya tanpa berkedip.      

"Kau lapar?"tanya Aaric pelan mengulang perkataan Diego yang sebelumnya.     

"Iya, aku lapar,"jawab Diego singkat.      

"Tapi kau sedang mendapatkan perawatan Diego, memangnya boleh seorang pasien makan tanpa persetujuan dokter?"tanya Aaric bingung.      

Diego yang sudah kelaparan lalu dengan kasar mencabut jarum infus yang masih terpasang di tangannya dan berjalan mendekati Aaric, tanpa bicara apa-apa Diego meraih mie instan milik Aaric yang masih banyak dan langsung memakannya tanpa sungkan. Aaric yang memang batu memakan dua sendok nampak terkejut saat melihat mie instannya dimakan Diego.      

"Enak?"sindir Aaric ketus saat Diego sudah menghabiskan makanannya.     

"Enak, tapi jujur aku masih lapar,"jawab Diego singkat.      

Aaric mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah lemari penyimpanan makanan instan. "Disana, masih banyak mie instan lainnya."      

"Oh benarkah?"      

"Iya, disana…"     

Aaric tak dapat menyelesaikan perkataannya saat Diego berjalan dengan tertatih melewatinya menuju lemari penyimpanan makanan yang baru ia tunjuk, Diego terlihat sangat bersemangat saat berhasil menemukan tumpukan makanan instan yang siap untuk dimasak. Tanpa sungkan Diego mengambil dua cup mie instan dan membawanya ke tempat air panas dan langsung memasaknya tanpa melihat instruksi seperti yang Aaric lakukan sebelumnya tadi, karena merasa mie instan itu tak akan bisa menahan rasa laparnya Diego lalu membuka kulkas dan tersenyum saat menemukan beberapa sosis siap makan. Dengan cepat ia meraih sosis-sosis itu dan memotong-motongnya dengan rapi dan mulai memasukkannya ke dalam dua cup mie instan yang sudah matang itu.     

"Ini milikmu,"ucap Diego pelan sembari mengulurkan satu cup mie instan pada Aaric. "Ambil Aaric, tanganku sakit."     

Seperti anak kecil yang patuh, Aaric pun langsung meraih mie instan yang diberikan Diego. Sementara itu Diego pun langsung menikmati mie instan buatannya yang sudah terisi penuh potongan sosis siap makan yang sebelumnya ia potong-potong, Aaric yang sebenarnya masih lapar tiba-tiba kenyang saat melihat cara Diego makan.      

"Kenapa? Jijik melihat caraku makan?"tanya Diego pelan dengan mulut penuh makanan pada Aaric, ia merasa sejak tadi diperhatikan oleh Aaric.     

"Bukan jijik, aku hanya heran. Bagaimana mungkin orang yang babak belur sepertimu masih bisa makan dengan lahap seperti itu, memangnya tubuhmu itu tak sakit jika kau duduk seperti itu?"tanya balik Aaric pada Diego.      

Diego mengunyah makanan yang berada di mulutnya dengan cepat lalu meminum kuah dari mie instan dalam sekali tegukan. "Sebenarnya luka yang aku alami ini tak ada apa-apanya dengan luka-lukaku sebelumnya, jadi tak ada masalah. Lagipula aku benar-benar sangat lapar sekali, sakit yang terlihat ini akan tetap kalah dengan rasa lapar."     

Aaric terdiam mendengar jawaban Diego, ia tak menyangka Digo akan berkata seperti itu. Kini ia semakin yakin kalau Diego memang selama ini sudah dikejar-kejar oleh banyak orang.      

"Kau masih lapar?"tanya Aaric pelan.     

Diego menganggukkan kepalanya penuh semangat mendengar pertanyaan Aaric.      

"Habiskan milikku, aku belum menyentuhnya seperti yang kau makan pertama kali tadi,"ucap Aaric pelan sambil meletakkan mie instan cup miliknya di atas meja.      

"Serius untukku?"     

"Yes, makanlah dan tunggu sebentar aku punya sesuatu untukmu." Aaric pun bergegas menuju ke dalam ruang kerjanya kembali untuk mengambil kartu identitas Diego yang baru.      

Dengan membawa kartu identitas Diego yang baru Aaric berjalan mendekati meja makan, dimana Diego masih terlihat sangat lahap sekali memakan mie instan kedua buatannya.      

"Ini untukmu,"ucap Aaric pelan saat meletakkan kartu identitas Diego yang baru di atas meja.     

"Uhukkk ini..."     

"Kartu identitasmu yang baru Bruce O'Brian."     

"Whattt?!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.