CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Cemburu Kepada Pangeran Abbash



Aku Cemburu Kepada Pangeran Abbash

Amar menjadi pucat pasi mendengar pertanyaan dari Nizam. Nizam sudah bisa menyimpulkan dari cerita yang Ia dengar dari Amar kalau antara Amar dan Pangeran Abbash telah terjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar penjaga dan tawanan.     

Amar menundukkan kepalanya sambil menahan nafasnya. Dan Nizam masih melihat ke arahnya sambil menuntut penjelasan. Bahkan Pangeran Thalal dan Cynthia juga tampak penasaran dengan cerita dari Amar. Kesimpulan yang diambil Nizam memang jelas kalau antara Amar dan Pangeran Abbash telah terjalin hubungan baik.     

"Kamu tahukan kalau kakak beradik itu adalah musuh terbesarku, terlepas dari apapun yang Pangeran Abbash lakukan terhadap Alena. Karena Ia menolong Alena bukan karena Ia menyukaiku tetapi dia mencintai istriku. Jadi apa bagusnya Ia menyelamatkan Alena tetapi membunuh diriku" Kata Nizam dengan sifat egoisnya dan itu membuat Amar mengangkat kepalanya tetapi dengan mulut yang masih terkatup rapat. SIfat Ratu Sabrina menurun hampir seratus persen ke dalam darah Nizam. Dan Nizam memang sangat posesif kepada Alena. Siapapun tahu hal itu.     

Jadi ketika mendengar Amar begitu peduli terhadap Pangeran Abbash mendadak Nizam menjadi tidak suka. Dan itu membuat wajahnya yang datar menjadi semakin dingin. Bagaikan bongkahan es yang membeku.     

"Hamba hanya merasa iba kepadanya. "Amar berkata dengan perlahan sambil menundukkan kepalanya kembali.     

"Apa dia menggunakan ilmu hipnotisnya kepadamu? " Nizam bertanya lagi. Lagi – lagi Amar menggelengkan kepalanya.     

"Tidak Yang Mulia.. Hamba hanya melihat sinar matanya yang tulus"     

"Sinar matanya yang tulus ? Jangan – jangan wajah tampannya sudah menghipnotis kamu? Apa kamu...? " Nizam menatap Amar dengan sangat dalam sambil mengira apakah jendralnya ini memiliki kelainan. Amar menjadi merah padam dengan pertanyaan Nizam. Apalagi Cynthia dan Pangeran Thalal juga ingin tahu. Amar jadi seperti dihakimi oleh mereka bertiga     

"Tetapi bukankah Amar hampir membunuh Pangeran Abbash waktu di Korea ? Bagaimana mungkin sekarang Pangeran Abbash menerima kebaikan Amar ? atau memang benar apa yang dikatakan oleh Kakak Nizam ?" Kata Pangeran Thalal jadi ikut penasaran.     

"Tidak.. jangan menuduh hamba seperti itu. Hamba masih normal. Hanya saja Ia sebenarnya tidaklah sejahat yang kita kira. Apalagi Yang Mulia tahu kalau Ia sudah mengkhianati kakaknya. Sekarang Pangeran Barry pasti semakin ingin membunuhnya setelah sadar kalau adiknya sudah mengacaukan seluruh rencananya bahkan berhasil menolong Tuan Putri Alena lolos dari kediamannya.     

Di tambah dengan dadanya yang terluka karena ditusuk pisau oleh Tuan Putri Alena. Pangeran Barry pastinya tahu kalau lolosnya Putri Alena pasti dibantu oleh Pangeran Abbash. Hal ini akan semakin membuat Pangeran Barry membenci adiknya dan kemungkinan Pangeran Barry akan membunuh Pangeran Abbash "Amar mencoba memberikan penjelasan kepada Nizam     

"Kalau dia memang akan dibunuh oleh kakaknya, lantas apa perdulinya denganku ?" kata Nizam dengan dingin. Ia tampak tidak perduli dengan nasib Pangeran Abbash. Kalau sampai di bunuh oleh kakaknya bukankah itu hal baik.     

Pangeran Abbash akan lenyap kemudian Pangeran Barry akan dihukum oleh para tetua di kerajaannya karena mencelakai adik kandungnya sendiri. Dan Alena aman dari gangguan Pangeran Tampan itu.     

Terus terang melihat Alena juga membela Pangeran Abbash membuat Nizam semakin membenci pangeran itu. Terakhir kali bertemu kalau saja karena Nizam berhutang budi banyak kepadanya, niscaya Nizam sudah membunuh Pangeran Abbash dengan tangannya sendiri.     

"Menurutku, dia layak mati. Beraninya Ia mencoba mencintai istriku. Ia selalu berusaha ada di dekat istriku dan berani menghipnotisnya serta membawanya ke hotel. Dia sudah sangat lancang, ingin rasanya Aku memotong kedua tangannya. Tapi Aku tidak bisa melakukannya sekarang.     

Ia sudah menyelamatkan Pangeran Axel dan Pangeran Atha serta putri Alexa. Jadi ketika aku tidak membunuhnya Aku anggap impas hutang budi diantara kami. Aku bagai orang gila mencari Alena ketika dia diculik Pangeran Abbash tetapi Alena malah menjumpainya sendiri setelah Ia kubebaskan" Kata Nizam lagi tetap tidak terima kalau Pangeran Abbash di kasihani dan Ia sangat kesal dengan tingkah Alena yang pergi ke tempat Pangeran Abbash.     

"Nizam.. apa kau masih cemburu kepadanya ? Apakah kau masih tidak mempercayai Alena ?' Cynthia tiba – tiba bertanya kepada Nizam. Nizam langsung cemberut mendengar perkataan Cynthia. Apa yang dikatakan Cynthia sebenarnya memang benar tetapi Ia tidak mau mengakuinya dihadapan Amar dan adiknya. Jadi Nizam hanya terdiam.     

"Keluarlah kau Amar, biarkan Aku berbicara dengan Nizam " kata Cynthia tiba – tiba memberikan perintah. Nizam langsung tercekat,     

"Tapi aku belum selesai berbicaranya dengan Amar " Kata Nizam memprotes tindakan Cynthia.     

"Tidak ! Kalau kau melanjutkan perbincangan ini. Akan mengakibatkan buruk padamu dan Amar. Biar aku yang berbicara denganmu" Kata Cynthia kepada Nizam.     

Nizam menatap Cynthia sambil berkata, " Apakah Alena sudah mengatakan segalanya kepadamu ?" Tanya Nizam langsung kepada Cynthia.     

" Ya.. dan itu cerita lengkap bahkan lebih lengkap dari cerita Amar. Dan Amar tolong kepada pelayan untuk menyajikan makanan kepada Yang Mulia Pangeran Nizam. Agaknya Yang Mulia sedikit lapar sehingga emosinya menjadi kurang stabil" kata Cynthia kepada Amar.     

Amar menatap Nizam dulu sebelum keluar untuk menunggu persetujuannya. Akhirnya Nizam memberikan isyarat melalui gerakan kepalanya agar Amar keluar dari ruangannya. Amar segera berdiri dan memberikan hormat kepada Nizam.     

"Suruh Nayla masuk, " Kata Nizam kepada Amar. Mendengar Nayla di suruh masuk, Pangeran Thalal langsung melirik ke arah kakaknya. Ia jadi curiga, kalau Nayla di suruh masuk berarti Ia juga akan disuruh keluar sama kakaknya.     

Dan benar saja tidak lama Nizam melirik ke arah adiknya. Ia tidak menyuruh adiknya pergi secara verbal tetapi secara gesture tubuh sudah sangat memperlihatkan kalau Nizam hanya ingin berbicara dengan Cynthia saja.     

"Baiklah.. Aku akan keluar. Kebetulan Aku ada keperluan dengan Amar " Kata Pangeran Thalal sambil membungkukkan tubuhnya lalu keluar. Ia sempat melirik kearah istrinya dan mengangkat alisnya. Cynthia hanya mendelik ke arah suaminya.     

Bersamaan dengan Nayla masuk, beberapa pelayan segera datang menyajikan makanan yang diminta Cynthia untuk Nizam. Nizam tidak berkata apapun, sebenarnya Ia memang sangat lapar. Setelah pulang dari pemakaman Ia belum sempat makan apa – apa. Pulang langsung bercinta dengan istrinya dan setelah mandi Ia juga tidak sempat makan karena tidak sabar ingin berbicara tentang istrinya     

"Kau tentunya lapar setelah bertemu Alena tadi "Kata Cynthia sambil tersenyum maklum. Wajah Nizam tampak merona merah. Ia tidak mengiyakan tapi juga tidak membantah tetapi dari caranya makan Nizam menunjukkan bahwa apa yang dikatakan oleh Cynthia adalah benar.     

Cynthia menemani Nizam makan tetapi Ia tidak memakan makanan berat, Ia hanya mencicipi buah – buahan saja. Nizam sendiri hanya makan roti isi daging dengan banyak keju didalamnya. Makanan itu ditutup dengan secangkir kopi rempah kesakaan Nizam.     

Wajah Nizam yang datar sangat berbeda dengan adiknya Pangeran Thalal yang sangat manis. Mungkin karena karakter Nizam lebih didominasi dengan gen dari ibunya sedangkan Pangeran Thalal lebih menurun ke ayahnya. Nizam juga jarang bercanda dan bertingkah konyol seperti Pangeran Thalal. Sikapnya sangat hati – hati dan penuh perhitungan. Jadi ketika Ia menyuruh adiknya untuk keluar dari ruangan itu pasti karena Nizam tidak ingin adiknya tahu ketika Cynthia bercerita tentang istrinya.     

"Alena pasti cerita banyak kepadamu tentang Pangeran Abbash " Kata Nizam dengan wajah yang sangat murung.     

"Apa Kau merasa cemburu ?" Kata Cynthia bertanya lagi kepada Nizam. Walaupun Nizam masih terdiam tetapi dari raut wajahnya sudah terlihat bahwa Ia benar – benar cemburu ketika tahu bahwa Alena sengaja menemui Pangeran Abbash.     

"Apa Aku tidak boleh mencemburui istriku sendiri ? Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri, kepada Alena dan kepadamu untuk bersabar menghadapi tingkah Alena yang kadang diluar akal sehatku. Tetapi Aku sendiri tidak bisa mengingkari ketika mendengar dia menemui Pangeran Abbash hatiku ini sakit melebihi rasa sakit ketika tahu kalau Ia menemui Pangeran Barry. dan Aku juga tidak terima kalau Alena pergi ke tempat Pangeran Barry karena manusia itu lebih gila dari adiknya " Kata Nizam kepada Cynthia.     

Cynthia menganggukan kepalanya, " Aku mengerti kecemburanmu itu. Aku juga sangat emosi ketika mendengar tingkahnya yang keterlaluan. Bagaimana bisa di masuk ke sarang setan itu setelah kita dengan susah payah berhasil keluar dari tempat itu dengan mempertaruhkan nyawanya. Bahkan saking emosinya. Aku sampai menampar Alena "     

"APA? Kau menampar Alena ?" Nizam tercengang kaget mendengar Cynthia menampar Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.