CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Kau Ikuti Ide Gilanya



Jangan Kau Ikuti Ide Gilanya

" Aku shock karena perbuatan Alena, Ia membuatku depresi dan hampir menjadi gila karena keberaniannya pergi ke rumah Pangeran Barry setelah kita dengan susah payah keluar dari sana. Dengan manisnya dia bilang kalau dia sengaja datang ke sana hanya untuk membalas dendam kematian Edward. Bahkan kebenaran cerita itupun dia belum yakin kebenarannya.     

Sebenarnya apa yang ada dalam otaknya sampai berani – beraninya dia pergi ke sana. Sungguh keberanian yang konyol. Untungnya Pangeran Abbash menolongnya, coba kalau tidak ada dia. Aku yakin sekarang Alena pasti sudah ada dalam pelukannya " Kata Cynthia nyerocos membuat Nizam mengerling kesal. Ia jadi lupa dengan kekagetannya karena Cynthia menampar Alena. Lagipula memang wajar juga Alena di tampar, soalnya memang tingkahnya keterlaluan sekali.     

"Apa perlu kau bicara sejelas itu ? Apa maksudmu dengan Alena berada di pelukan Pangeran sialan itu?" Kata Nizam bermaksud hendak membuat pertanyaan retorik yang tidak memerlukan jawaban Cynthia tetapi karena Cynthia sedang geram. Ia malah memperjelas pernyataannya.     

"Kau kan tahu pangeran Barry sangat mencintai Alena dan Ia tidak seperti Edward yang mencintai Alena dengan cintanya yang tulus dan Ia juga tidak seperti Pangeran Abbash yang mencintai Alena dengan cintanya yang suci.     

Pangeran Barry mencintai Alena dengan segala nafsunya jadi aku yakin begitu ada kesempatan maka Ia akan menyentuh Alena" kata Cynthia membuat Nizam langsung mengeram hebat,     

"Tutup mulutmu!! Teganya kau bicara seperti itu dihadapanku.. Aargh.. kau membuatku seperti orang gila" Nizam tampak mengepalkan kedua tanganya membuat Cynthia tersadar dengan segala ucapannya. Kalau seandainya yang berbicara bukan Cynthia mungkin Ia sudah ditendang oleh Nizam hingga semaput.     

"Ma..afkan Aku.. he.. he... he.. Aku lupa kalau kau memang budak cinta dan budak emosi. " Kata Cynthia.     

"Sudah.. sudah... Kau tidak usah terlalu emosi seperti itu. Turunkan tekanan darahmu. Kau bisa struk nanti. Minum.. minum.." Kata Cynthia sambil menyodorkan gelas minumannya kepada Nizam dan Nizam segera meminumnya untuk menurunkan tekanan darahnya yang tiba - tiba naik karena mendengar perkataan Cynthia.     

"Saat ini Aku sangat marah.. Aku sedang kesal " Nizam berdiri dan mulai berjalan mondar – mandir. Nayla yang sedang duduk segera berdiri menyadari kalau majikannya tampak sedang emosi. Ia harus bersiaga kalau – kalau Nizam lepas kendali.     

"Nizam.. Kau harus tenang, tarik nafas ! " Kata Cynthia sambil ikut berdiri.     

"Kau pikir apa Si Pangeran gila itu sudah menyentuh istriku atau tidak ?" Kata Nizam sambil melirik ke arah Cynthia.     

"Ya Alloh, Nizam kau ini..seperti baru menikah saja. Kapan sifat posesifmu itu bisa hilang ?" Cynthia menggelengkan kepalanya.     

"Sepanjang masih banyak laki- laki yang menyukai istriku Aku pikir perasaan cemburuku akan tetap ada" Kata Nizam.     

"Cemburu sih boleh, Zam. Tetapi tolong rasional sedikit. Cemburu yang rasional akan menjadi madunya cinta tetapi kalau sudah tidak rasional maka cemburu akan menjadi racun yang akan membunuh kalian berdua.     

Nizam terdiam, Ia masih berusaha mengendalikan perasaan marahnya.     

"Tadi Aku sudah bilangkan kalau Alena sama sekali tidak tersentuh oleh Pangeran Barry. Pangeran Abbash menolongnya dengan menyusup ke tubuh Alena. Ia menusukkan pisau buah yang dibawa Alena ke dadanya Pangeran Barry"     

"Apa dia mati ?? " Nizam tiba – tiba melihat ke arah Cynthia dengan penuh harap.     

"Sampai di sini Alena juga tidak tahu, agaknya dia langsung melarikan diri setelah menusukkan pisaunya ke dada Pangeran Barry"     

"Aku berharap dia mati "     

"Aku juga sangat berharap dia mati. Tetapi mengapa Kau tidak berniat membunuhnya dengan tanganmu sendiri?" Cynthia tiba – tiba bertanya kepada Nizam. Nizam malah menghela nafas dan menjawab pertanyaan Cynthia.     

'"Lila ingin membalas dendam sendiri, Ia memintaku untuk tidak membunuhnya " Kata Nizam sambil kembali duduk. Ia sudah merasa sedikit tenang karena Alena benar – benar selamat dari cengkraman Pangaren Abbash.     

Nizam mendengar cerita dari tiga orang dengan cerita yang sepotong – potong tetapi dari cerita ketiganya kemudian Nizam dapat menyimpulkan kalau Alena benar – benar selamat. Nizam mengucapkan Syukur Alhamdulillah berkali – kali.     

"Aku memahami perasaan Lila seperti apa. Ia tentu tidak puas kalau Pangeran Barry lepas dari tangannya. Nizam.. Alena mempunyai suatu ide walaupun sedikit gila, tapi Aku pikir ini masuk di akal" Kata Cynthia dengan hati – hati kepada Nizam.     

"Ide apa ?" Nizam sudah mengerutkan keningnya mendengar kata – kata Cynthia yang mengatakan kalau itu adalah ide dari Alena.     

"Dia ingin kalau Pangeran Abbash menikahi Lila " Cynthia berkata dan itu berhasil membuat Nizam hampir terpelanting dari kursinya.     

"Ide gila apa lagi ini?" kata Nizam sambil melotot tubuhnya condong ke arah Cynthia. Ia seperti singa yang mau menerkam Cynthia saking kagetnya. Cynthia sampai mendorong dada Nizam agar menjauh dari tubuhnya.     

"Kau gila apa ? Mundur dari tubuhku atau kupukul kepalamu pakai gelas " Kata Cynthia membuat Nizam sadar dan segera memundurkan tubuhnya. Nayla hanya terbengong melihat tingkah Cynthia dan Nizam. Ia baru tahu tingkah mereka berdua. Mereka seperti tidak ada batasan. Cynthia bertingkah seakan yang di depannya ini bukanlah putra mahkota dan Nizam juga ternyata bicara lebih bebas dengan Cynthia.     

Tidak ada wibawa dan jaga jarak, mereka benar – benar menganggap teman satu sama lain. Cynthia ternyata menganggap Nizam putra mahkota jika di hadapan orang lain dan jika tidak maka Ia menganggap Nizam tidak lebih dari teman kuliahnya. Nayla bahkan belum pernah menyaksikan Nizam sebebas itu. Nizam ternyata lebih bebas dan terbuka kepada Cynthia dibandingkan dengan Pangeran Thalal.     

"Jangan katakan kau akan mengikuti ide gilanya" Kata Nizam dengan bengis kepada Cynthia.     

"Oh iya memang di kepala istrimu itu selalu penuh dengan ide gila dan Aku yang selalu jadi korban untuk melaksankan idenya itu" Kata Cynthia sambil mengangkat tangannya dengan sebal.     

"Cynthia ! Kau tidak boleh mengikuti kemauannya" Nizam tetap melotot kepada Cynthia.     

"Tapi mengapa ? idenya masuk di akal" Cynthia malah santai menanggapi kepanikan Nizam.     

"Kau bisa membayangkan kalau Pangeran Abbash menikahi Lila, dan Lila itu dekat dengan Alena. Aku baru saja terlepas dari Edward bagaimana bisa sekarang Aku berhadapan dengan Pangeran Abbash "     

"Pangeran Abbash berbeda dengan Edward"     

"Beda apanya ?"     

"Edward itu mencintai Alena tidak menggunakan otaknya. Dia terus memaksakan kehendaknya. Dia tidak rasional. Dan sangat sensitif. Dia mengorbankan nyawanya untuk kepuasannya. Sebenarnya Ia bisa saja menyelamatkanmu tanpa harus mengorbankan nyawanya tetapi Edward itu benar – benar dia ingin mati demi Alena. Ia bahkan mengorbankan anak dan istrinya. Dia sungguh tidak realistis "     

Nizam terdiam, " Tetapi Pangeran itu lebih gila dari Edward.." Nizam tetap pada pendiriannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.