CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan Antara Amrita dan Pangeran Husen



Perbincangan Antara Amrita dan Pangeran Husen

Dengan perasaan malas, Amrita akhirnya mendatangi Pangeran Husen. Amrita saat ini sedang mengenakan gaun berwarna hijau tosca yang lembut. Rambutnya sedikit pirang tertutupi kain selendang berwarna senada. Wajahnya sangat cantik dan menawan. Kulitnya putih dan halus bagaikan kain sutra yang lembut. Matanya bersinar tajam dan bentuk tubuhnya ramping berisi dan memiliki kemampuan ilmu bela diri yang sangat baik untuk ukuran wanita.     

Beberapa pelayan mengikutinya dari belakang dan Ia sama sekali tidak ingin memperbaiki riasannya. Ia tampil apa adanya dengan kecantikan alami sebagai gadis dari kerajaan Zamron yang terkenal memiliki kulit teramat putih dan mata tidak terlalu lebar. Hidungnya mancung dengan bibir mungil merah merona.     

Ketika Ia berjalan ke ruangan yang didepannya terbuka menghadap ke taman yang indah. Ia melihat ada seorang laki - laki duduk di kursi meja bundar. Ada seorang laki - laki berdiri disampingnya yang Ia perkirakan sebagai asisten dari Pangeran Husen. Dan ada dua orang pengawal yang ikut berdiri tidak jauh dari tempat duduknya.      

Begitu melihat Amrita datang, laki - laki itu berdiri dan menganggukan kepalanya, tersenyum manis kepadanya. Pangeran Husen ini lumayan cukup tampan dengan jenggot dan kumis serta cambang yang terpotong dengan rapih. Warnanya hitam dan sangat menarik. Kulitnya tidak terlalu putih dan cenderung berwarna coklat. Badannya tinggi besar dan sangat tegap.     

"Assalamualaikum.. " Pangeran Husen memberikan salam.     

"Waalaikumsalam " Amrita menjawab sambil duduk di kursi di depan Pangeran Husen. Sebenarnya Ia sedikit heran dengan keberanian Pangeran Husen datang menemuinya. Karena biasanya tidak pernah ada pertemuan antara dua orang yang dijodohkan. Biasanya mereka hanya akan bertemu di pelaminan. Entah apa maksud dari pangeran ini ingin menemui dirinya.     

"Apa kabarmu ? " Kata Pangeran Husen sambil menatap wanita cantik yang ada didepannya. Ia sebelumnya tidak pernah bertemu dengan Amrita karena memang sangat jarang pria di kerajaan - kerajaan mereka dapat melihat para wanita yang terhormat. Mereka hanya diperbolehkan bertemu jika di dampingi muhrimnya itu pun alasannya harus sangat jelas.     

Kalau Amrita mungkin sudah pernah melihat wajahnya karena kalau laki - laki sering terlihat tanpa penutup wajah tetapi kalau para wanita mereka jarang menampakkan wajahnya keluar. Pangeran Husen merasa kalau gosip yang mengatakan bahwa Amrita sangat cantik adalah benar adanya. Dan Ia juga mendengar gosip yang lain tentang Amrita ini makanya Ia memberanikan diri untuk datang hari ini dan menemuinya sebelum Ratu Sabrina menetapkan hari pernikahan mereka.     

"Aku baik – baik. Sungguh suatu kejutan yang luar biasa yang Mulia datang kemari dan menemuiku. Padahal kita belum ada ikatan apapun " Kata Amrita dengan wajah yang sangat dingin. Pangeran Husen langsung merasa bahwa kemungkinan gosip lain yang beredar juga benar.     

Walaupun Ia bukan pria yang tertampan di kerajaannya tetapi Ia juga bukanlah pria yang jelek. Ia cukup tampan dan terpelajar. Ia juga salah satu pangeran yang paling terkenal setelah kakak tirinya Nizam dan Thalal. Jadi biasanya ketika Ratu Sabrina melamarkan seorang wanita untuknya maka wanita itu akan sangat senang. Sebenarnya Amrita juga bukanlah calon istrinya yang pertama karena Ibunya Ratu Aura sudah menikahkannya dengan putri Elisa dan kemudian Ratu Sabrina kemudian melamarkannya lagi seorang putri perdana menteri dari kerajaan Zamron. Ia sebenarnya tidak memiliki perasaan apapun.     

Ia tidak mencintai Amrita juga tidak mencintai istrinya yang pertama. Karena memang Ia sebenarnya memiliki wanita lain dalam hatinya tetapi kedudukannya hanya sebagai pelayan biasa membuat Ia tidak mungkin menikahinya.     

Ia juga sebenarnya tidak keberatan ketika Ratu Sabrina melamar gadis itu dan bahkan sudah di setujui oleh ayah dan ibunya. Tetapi gosip yang beredar membuat Ia harus mengkonfirmasi kebenaran itu. Ini bukanlah tentang cinta tetapi ini adalah tentang kehormatan dia sebagai laki -laki. Ia tidak ingin merebut bunga yang sudah ditandai oleh kumbang yang lain.     

Mendengar nada bicara Amrita yang ketus, Pangeran Husen kemudian berkata dengan lembut,     

"Maafkan diriku yang telah lancang ini. Tetapi tentunya kau sudah tahu kalau Ratu Sabrina melamarmu untukku. " Kata Pangeran Husen dengan hati – hati. Amrita malah mendengus dengan kesal. Tetapi walaupun begitu Ia tidak mengatakan apapun. Ia hanya terdiam.     

"Aku hanya ingin mengkonfirmasi sesuatu denganmu. Aku hanya ingin Kau tahu, kalau Aku bukanlah pria yang suka memaksa wanita untuk menikah denganmu. Aku minta maaf jika perkataanku ini tidak sopan. Tetapi Aku ingin berbicara kepadamu dengan berterus terang dari hati ke hati. Berbicara empat mata."     

"Empat mata ?" Amrita mengerutkan keningnya. Bukankah sangat tidak mungkin mereka berbicara empat mata sedangkan pria itu bukan muhrimnya dan juga bukan suaminya. Kecuali mereka melakukannya secara diam – diam dan bukan secara terang – terangan seperti ini.     

"Maksud ku tentu saja bukan empat mata dalam arti secara harifiah tetapi empat mata itu kita bicara langsung dengan tatap muka tanpa ada perantara.     

"Mmmm... " Amrita hanya berguman. Kemudian Ia mendengar Pangeran Husen berkata lagi.     

"Ini tentang gosip yang beredar kalau kau sebenarnya kekasih Pangeran Abbash. Apakah itu benar ? Kalau benar, maka Aku tidak akan pernah merebut wanita dari pria lain. Aku akan segera meminta Ratu Sabrina untuk membatalkan lamarannya." Kata Pangeran Husen. Mata Amrita terbelalak mendengar Pangeran Husen yang begitu berterus terang. Mukanya mendadak sedikit pucat.     

Ia tidak bisa mengatakan Iya kepada Pangeran Husen karena Pangeran Abbash sebenarnya tidak pernah menyatakan cintanya kepada dirinya. Pangeran Abbash hanya pernah berjanji akan menikahinya kalau Ia berhasil mempersunting Alena. Tetapi Ia tahu kalau janji itu sepertinya tidak akan ditepati kalau niat Pangeran Abbash gagal. Dan Amrita menunggu berita terbunuhnya Nizam dan Pangeran Abbash jadi menikahi Putri Alena.     

Tapi sampai saat ini Amrita belum mendengar kalau Pangeran Abbash berhasil membunuh Pangeran Nizam. Sehingga Amrita sangat yakin kalau Pangeran Abbash masih belum bisa menikahinya.     

"Gosip di luar lebih cepat beredar bagaikan nyala api yang menyambar ranting yang kering. Dengan sedikit hembusan angin maka berita itu bertambah kecepatan beredarnya. Bahkan sampai – sampai seorang pangeran Yang begitu terhormat harus mengkonfirmasi langsung kepadaku" Amrita berkata menyindir adik dari Pangeran Nizam ini.     

"Aku tahu kau tidak suka akan kelancanganku sehingga kau mengatakan perkataan yang begitu tajam terdengar di telingaku. Entah itu gosip atau memang fakta tetapi Aku hanya ingin kebenarannya. Suatu pernikahan harus dilandasi dengan kebenaran. Aku tidak keberatan dengan kejadian masa lalu seandainya kalau kejadian itu sudah berakhir.     

Tetapi kalau seandainya kejadian itu bukanlah masa lalu dan belum berakhir maka Aku memutuskan untuk tidak akan menikahimu" Kata Pangeran Husen dengan bijaksana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.