CINTA SEORANG PANGERAN

Biarlah Mereka bertemu di hari Pernikahan



Biarlah Mereka bertemu di hari Pernikahan

Di Kediaman Nizam     

"Nizam.. mengapa kau tidak membiarkan Pangeran Abbash bertemu dengan Lila ? " Kata Alena sambil menyusui Axel. Axel yang kini sudah bisa bermain – main tampak memainkan put*ng dada ibunya dengan gemas. Ia menghisap lalu di gigit lalu dilepaskan. Mulutnya juga sudah mulai berceloteh.     

Persiapan pernikahan Pangeran Abbash sudah siap sekitar delapan puluh persen tetapi Pangeran Abbash dan Lila tidak pernah bertemu satu kalipun. Nizam sama sekali tidak memberikan izin mereka untuk bertemu. Biarlah malam pengantin akan jadi pertemuan mereka yang pertama.     

Padahal jarak antara hari pernikahan mereka dari sejak Lila melahirkan lumayan lama. Nizam memberikan izin pernikahan berlangsung jika Lila sudah sehat sepenuhnya baik fisik maupun mental. Ia harus siap menjalani prosesi pernikahan sampai melangsungkan malam pengantin. Nizam sangat pengertian kepada Pangeran Abbash. Ia tidak ingin Pangeran Abbash gigit jari pada saat malam pertama mereka menikah.     

Tetapi yang tidak dimengerti Alena adalah mengapa Nizam tetap tidak mengizinkan mereka bertemu, berbincang dan melakukan penjajagan.     

Nizam yang sedang bersiap – siap hendak melakukan persiapan meeting dengan para pemegang saham di aula depan tampak memalingkan wajahnya Ke arah Alena.     

"Tidak akan kuizinkan dia menemui Lila sebelum akad di ucapkan. Pria buaya seperti dia bisa – bisa memangsa Lila sebelum waktunya. Biarlah mereka nanti bertemu di hari pernikahan mereka " kata Nizam sambil kembali membereskan berkas – berkas yang kemarin Ia print lalu sudah dipelajari semalaman.     

"Diakan sudah bertobat. Aku yakin dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Kan Kasihan dia belum pernah melihat wajah Lila " kata Alena dengan wajah cemberut.     

"Kau pikir buaya darat itu belum pernah melihat wajah Lila. Jangan Naif Alena. Dia itu mahkluk aneh yang suka menyelinap kemana saja dia suka. Sangat tidak mungkin dia belum tahu wajah Lila. Lagipula selama ini apa kau mendengar dia melakukan suatu penolakan terhadap Lila ?" Tanya Nizam kepada Alena.     

Alena terdiam mengingat – ngingat wajah Pangeran Abbash setiap kali mereka berkonsultasi tentang rencana pernikahan Lila dengan Pangeran Abbash. Mulai dari tamu undangan, pakaian, makanan, mas kawin dan segalanya. Pangeran Abbash bersama asistennya hanya iya – iya saja tanpa berkata apapun. Ia terlihat menyetujui apapun rencana Alena, Cynthia dan Zarina. Alena yang bertanggung jawab terhadap pakaian dan dekorasi tempat pesta dan acaranya, Cynthia dengan tamu undangan dan Zarina dengan menu pesta.     

"Dia tidak banyak berkata apa – apa, hanya saja Ia memang tidak berniat mengundang satu orangpun dari kerajaan Zamron untuk hadir ke pernikahannya. kita maklumi itu karena di kerajaan Zamron sedang tidak kondusif. Pangeran Barry sekarang sedang di sidang para tetua karena ulahnya"     

"Kalau dia tidak banyak bicara maka berarti dia menyetujui. Kalau dia menyetujui berarti dia sudah tahu wajah Lila. "      

"Ah masa iya sih Nizam. Tahu dari mana dia menyetujui pernikahannya dengan Lila karena sudah tahu wajah Lila ?" Alena masih tidak mengerti perkataan Nizam yang menurutnya berbelit – belit.     

Nizam mengehela nafas panjang. Ia lalu mendekati Alena dan menyimpan kedua telapak tangannya di pipi Alena yang halus mulus.     

"Alena, honey, my Sweetheart. Pangeran Abbash itu bukan pria lembut nan baik hati. Hatinya tidak setampan wajahnya yang mampu menyilaukan Kau, Cynthia dan Zarina. Dia adalah orang yang paling realistis dan terkeras yang pernah Aku temui. Dia tipe orang yang bisa melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya.     

Ia tidak akan pernah mau menikahi Lila kalau Lila tidak mampu menyenangkan hatinya. Kau ingat jika dia menginginkan gadis dia tinggal tunjuk jari maka gadis itu akan merangkak menghampirinya. Kecuali ketika dia menginginkanmu. Kau tahu mengapa dia berhenti mencintaimu dan lebih memilih Lila ? " Kata Nizam kepada Alena. Alena menatap Nizam meminta penjelasan.     

"Itu karena kau adalah istriku. Dia tahu kalau dia tidak akan pernah menang melawanku sehingga Ia lebih memilih mengalihkan cintanya kepada wanita yang hampir mendekatimu. Dari segi fisik Lila sangat mirip denganmu. Untuk kali ini Dia mengabaikan perbedaan sifat kalian. Karena sebenarnya Pangeran Abbash sendiri belum terlalu mengenal dirimu. Kau jelas honey ?     

Dia menikahi Lila karena dia berusaha mengalihkan rasa cintanya kepadamu " Nizam menjelaskan panjang lebar. Wajah Alena tiba – tiba berubah menjadi khawatir karena penjelasan Nizam.     

"Nizam, mengapa tiba – tiba Aku jadi takut kalau Ia akan seperti Edward yang menyia – nyiakan cinta Lila. Aku tidak ingin Lila tersakiti untuk yang kedua kalinya "     

"Kau tidak usah khawatir.. Pangeran Abbash bukan tipe pria melankolis seperti Edward walaupun diawal dia lebih lebay dibandingkan dengan Edward. Tetapi dia tetap menggunakan akal sehatnya. Lagipula Aku yakin kalau Lila sekarang tidak akan mengulangi kesalahan yang sama "     

"Kesalahan yang sama ? Maksudmu ?" Alena mengerutkan keningnya.     

"kau tahu mengapa Mr. Anderson akhirnya begitu membenci Lila ? "     

"Mertua edan seperti itu. Membenci tanpa alasan. " Alena langsung mengumpat di hadapan Nizam. Nizam menyimpan telunjuknya dibibir Alena.     

"Ssst.. jangan bicara seperti itu terhadap orang yang sudah meninggal. Tidak baik. "     

"Astaghfirulloh.." Alena beristighfar merasa bersalah karena sudah mencaci maki orang yang sudah meninggal.     

"Mr. Anderson membenci Lila karena dianggapnya Lila gagal telah menjadi istri anaknya. Seharusnya Lila berusaha mengalihkan perhatian Edward kepada dirinya tetapi yang aku terka adalah Lila terkesan ragu – ragu dan takut meraih Edward secara keseluruhan. Sungguh Aku tidak pernah mengira kalau Edward masih sangat mencintaimu.     

Aku pikir Ia sudah melupakanmu tetapi ternyata tidak. Dan kelihatannya Lila mengetahui hal itu. Seharusnya ketika Lila tahu suaminya masih mencintai wanita lain, Ia harus berusaha meraih hati Edward tetapi Lila malah terlihat menutup mata dan pura – pura tidak mengetahui permasalah ini. Jadilah kejadiannya seperti itu.     

Tetapi Pangeran Abbash berbeda. Dia tidak memiliki cinta yang begitu besar seperti cinta Edward. Ia hanya melihat dirimu yang lain daripada wanita yang banyak berada di sekililingnya. Dia sudah menyentuh banyak wanita baginya kehilangan satu wanita akan ada banyak wanita lain yang jadi gantinya. Jadi Lila hanya tinggal jadi istri yang baik dan menyiapkan mental menghadapi sifat suaminya yang playboy. Maka semua akan aman. Pengalamannya bersama Edward akan jadi pelajaran bagi Lila bagaimana meraih hati seorang suami "     

"Ih.. mengapa seperti itu ? Aku tidak mau Pangeran Abbash jadi playboy seterusnya. Ia hanya berjanji akan menikahi Amrita dan Lila"     

" Jangan lupa Alena.. Dia adalah seorang pangeran. Dan seorang pangeran harus memiliki satu istri utama. Istri utama itu haruslah wanita yang masih suci dan Lila jelas tidak memiliki kriteria seperti itu. Apalagi kalau seandainya pangeran barry di turunkan dari Pangeran Putra Mahkota maka yang akan naik jadi putra mahkota adalah Pangeran Abbash. Ada banyak persyaratan untuk menjadi seorang permaisuri dan salah satu yang paling utamanya adalah dia harus masih suci "     

"Memangnya kenapa kalau janda ? Apa dia tidak boleh jadi permaisuri? " Alena semakin sewot.     

"Lha.. kalau Lila jadi permaisuri lalu posisi anaknya nanti bagaimana ? Itu kurang bagus kalau dilihat dari segi jabatan kerajaan. Dia akan tertekan karena ibunya jadi Ratu tetapi dia tidak bisa jadi putra mahkota. Ini akan jadi permasalahan yang pelik . Nah sudahlah.. Aku sudah ditunggu di Aula." Kata Nizam sambil meraih tas laptopnya.     

Alena menghela nafas. " Sulitnya hidup di kerajaan. Eeh.. nih bocah. Dari tadi main – main terus. Axel.. Kamu tuh mau nenen atau mau main – main. Kalau main – main terus..awas lho ya.. Nenen-nya Muya kasihin sama Buya. " Alena mengancam sambil memasukan lagi put*ng dadanya ke dalam mulut Axel. Tapi Axel malah kembali mengeluarkannya sambil berceloteh. Sementara itu Nizam sudah siap mau keluar sambil membawa laptopnya.     

"Awas..lho ya.. nih.. nih..beneran di kasihin.. Buya.. nih.. Buya.. ambil nenen-nya... " Kata Alena sambil mengancam anaknya. Tiba – tiba Nizam yang sudah ada di depan pintu malah balik lagi dan duduk disamping Alena memandang Axel yang sedang ngoceh.     

Alena mengerutkan keningnya melihat Nizam yang mau pergi malah duduk lagi disampingnya.     

"Ada apa ? Mengapa kau malah duduk lagi ?' kata Alena keheranan.     

"Tadi kamu bilang apa ? Kau bilang kalau Axel main – main. Nenennya mau dikasihin ke Aku. Ya.. Aku terpaksa balik lagi, nungguin. " Kata Nizam sambil tersenyum. Alena melotot dan langsung memukul Nizam menggunakan guling kecil di sampingnya.     

"Kau ? Sungguh keterlaluan ? Sana Keluar! Jangan buat Aku naik darah !! Bapak sama anak sama saja. Suka menggoda ibunya " Alena morang – maring. Nizam jadi tertawa. Di ciumnya pipi istrinya sambil terus keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.