CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Husen Jadi Minder



Pangeran Husen Jadi Minder

Baru saja pangeran Abbash terkejut mendengar perkataan Samir, terdengar suara pelayan berteriak dari luar kamarnya.     

"Pangeran Husen izin menghadap !! " Kata pelayan itu. Samir dan Pangeran Abbash hampir copot jantungnya mendengar perkataan Pelayan itu. Panjang umur sekali, baru saja dibicarakan tetapi sekarang pelayan mengatakan bahwa Pangeran Husen datang menghadap.     

"Apa Aku tidak salah dengar ? Pangeran Husen ? Menghadap ? Sejak kapan Ia ada di Amerika ? Apa Ia sengaja datang untuk menghadiri pernikahanku ? " Kata Pangeran Abbash sambil termangu terkaget - kaget.     

"Itu tidak mungkin. Bukankah Yang Mulia dan Pangeran Husen tidak saling mengenal ? Bagaimana mungkin Pangeran Husen akan datang hanya untuk menghadiri pernikahan Yang Mulia.. atau .. mungkin.. dia ... " Samir tampak ragu - ragu berkata.     

"Maksudmu dia di suruh Amrita datang kemari ?" Pangeran Abbash malah melanjutkan perkataan dari Samir. Samir menganggukan kepalanya masih ragu dengan analisanya tetapi karena Pangeran Abbash juga ternyata memiliki analisa yang sama jadi Samir merasa bahwa mungkin saja analisa itu benar.     

"Suruh Ia masuk. Kita tidak akan mendapatkan kebenaran kalau hanya dari menduga - duga. " Kata Pangeran Abbash sambil berdiri lalu melangkah ke depan cermin. Ia berkaca terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada riasan aneh yang menempel pada mukanya.     

Sementara itu Samir membukakan pintu untuk Pangeran Husen. dua orang laki - laki tidak dikenal segera masuk kemudian di ikuti oleh seorang laki - laki yang berwajah hampir sama dengan Pangeran Nizam dan Thalal.     

Samir membungkukan badan memberikan hormat,     

"Yang Mulia Pangeran Husen.. Hamba memberikan hormat" Kata Samir diikuti oleh kedua pengawal Pangeran Abbash. Tidak lama kemudian seorang wanita ikut masuk. Wanita itu berambut panjang dan mengenakan stelan jas feminin. Ia tampak sangat cantik walaupun berwajah masam . Samir melirik ke arah wanita itu untuk memastikan siapa dia sebenarnya.      

Pangeran Husen tahu kalau Samir melirik maya asistennya. Lirikan itu bukanlah lirikan rasa tertarik tetapi lirikan itu adalah untuk memastikan bahwa maya akan aman dan tidak akan mencelakai tuannya.      

"Dia adalah Maya, asistenku. Aku harap Pangeran Abbash tidak keberatan membiarkan orang - orangku turut menemaniku di dalam" Kata Pangeran Husen sambil sama - sama saling bersiaga karena memang sebelumnya mereka tidak saling mengenal satu sama lain.     

Tiba - tiba dari arah dalam terdengar suara di iringi dengan sosok tubuh keluar dari kamar bagian dalam mengenakan pakaian pengantin khas kerajaan Zamron dan berwarna merah. Sontak Semua mata menatap ke arah sumber suara. Dan sesaat Pangeran Husen kehilangan kata - kata melihat sosok pangeran misterius dari Kerajaan Zamron itu.     

Selama ini Pangeran Husen hanya pernah mendengar namanya saja. Adik dari Pangeran Barry ini selalu bersembunyi bagaikan belut di dalam lumpur. Namanya bergaung tetapi orangnya tidak ada. Bahkan para wartawan yang biasanya menyebalkan karena sering mengekor, menguntit, mengambil foto para pangeran diam - diam seakan tidak ada yang memiliki keberanian untuk menguntit Pangeran Abbash.     

Bukannya tanpa alasan, para wartawan itu tidak akan pernah lupa pada kejadian rekan seprofesi mereka yang nekad menguntit pangeran Abbash dan memfotonya kemudian wartawan itu ditemukan gantung diri sebelum foto itu sempat beredar.     

Selain itu Pangeran Abbash juga sangat jarang tampil dengan wajah aslinya. Keahliannya menyamar membuat dia sulit dikenali di tempat terbuka. Keanehan itu sedikitnya terjawab oleh pangeran Husen sekarang. Wajah seperti itu terlalu mencolok perhatian.      

Pangeran Abbash tidak akan pernah hidup dengan tenang karena terlalu tampan. Dia bisa merusak stabilitas keamanan hati orang - orang yang melihatnya. Pangeran Husen iseng melirik ke arah Maya. Asistennya. Maya adalah gadis yang lumayan cantik tetapi sangat judes kepada pria kecuali kepada dirinya.     

Mukanya selalu cemberut dan jutek bahkan Ia pernah mengatakan kalau Ia membenci semua laki - laki kecuali Pangeran Husen. Ia trauma karena ayahnya dulu sering memukuli ibunya hingga Ia beranggapan bahwa semua pria adalah kejam. Kecuali Pangeran Husen. Ia juga tidak pernah menyukai pria manapun dan setampan apapun. Termasuk kepada Kakaknya Pangeran Thalal yang berwajah teramat manis.     

Saking judesnya Ia sampai terkenal dengan si wajah kecut di kerajaan Azura. Semua orang bahkan merasa aneh ketika Pangeran Husen malah memilihnya menjadi Asistennya. Tetapi Pangeran Husen hanya tersenyum saja menanggapi keheranan orang - orang. Ia tidak memerlukan asisten yang ramah dan manis. Ia memerlukan asisten yang mampu bertukar pikiran dengannya. Bukankah untuk bertukar pikiran tidak memerlukan wajah tetapi memerlukan kecerdasan otak.     

Pangeran Husen jadi ingin tahu reaksi dari Maya. Apakah kali ini maya akan memasang wajah kecut atau bagaimana ? Tetapi memang luar biasa wajah tampan pangeran Abbash ini karena Ia melihat Maya tampak memandang pria itu tanpa berkedip. Mulutnya ternganga dengan tubuh kaku.     

Sungguh sangat norak. Ia menjadi malu dengan tingkah asistennya yang tidak dapat menahan pandangan mata. Dan yang membuat Pangeran Husen semakin malu dan kesal adalah dua orang pengawalnya yang jelas - jelas wajahnya penuh dengan brewok ikut - ikutan ternganga melihat Pangeran Abbash.     

"Tutup mulutmu !! " Pangeran Husen berdesis di muka asistennya sambil pura - pura bangun dan memberikan hormat. Tetapi Maya tidak mendengar desisan Pangeran Husen. Ia malah mengerjapkan matanya dengan sedikit genit sambil tersenyum memancing senyum Pangeran Abbash. Duh.. Pangeran Husen semakin gereget kesalnya.      

Senyum Maya adalah senyum termahal di dunia dan tidak akan datang setahun sekali. Tetapi senyumnya kini merekah hanya karena pria di depannya ini. Sungguh keterlaluan.     

Pangeran Abbash malah tersenyum kepada Pangeran Husen. "Tentu saja Aku tidak keberatan. Aku pikir dia tidak berbahaya.. Nona kalau kau masih ingin menatap wajahku. Aku tidak keberatan, kau boleh menatapku sepuasnya sebelum akad pernikahanku di mulai " Kata Pangeran Abbash sambil mengedipkan matanya kepada Maya. Maya langsung mimisan.     

"Silahkan duduk !! Kau datang tepat di saat Aku akan menikah. Aku harap Aku masih bisa memiliki waktu untuk berbincang - bincang denganmu " Kata Pangeran Abbash sambil melirik ke arah Samir untuk memastikan bahwa Ia masih memiliki waktu untuk berbicara dengan Pangeran Husen.     

Samir melirik ke arah jamnya, " Masih ada waktu sekitar satu jam sebelum akad di mulai. Ini karena Anda tidak dirias sehingga waktu ini sebenarnya disediakan mempersiapkan riasan yang Mulia tetapi karena Yang Mulia tidak jadi dirias jadi Anda dapat menggunakannya untuk berbincang dengan Pangeran Husen " Kata Samir.     

"Oh.. itu bagus.. karena kelihatannya Pangeran Husen memiliki hal penting untuk dibicarakan secara pribadi. Karena kalau tidak penting, Yang Mulia tidak akan berani datang di waktu seseorang akan menikah "      

Pangeran Husen menganggukan kepalanya seraya duduk setelah dipersilahkan duduk. Ia jadi sedikit minder melihat ketampanan Pangeran Abbash. Pantas saja Amrita menolak dirinya dan Kakaknya Nizam kalau Pangeran Abbash tampangnya seperti ini. Tadinya Ia berharap kalau Ia lebih tampan dari Pangeran Abbash sehingga Ia ada harapan untuk dapat memiliki Amrita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.