CINTA SEORANG PANGERAN

Temuilah Kakakmu, Pangeran Nizam



Temuilah Kakakmu, Pangeran Nizam

"Bicaralah...!!" Pangeran Abbash berkata sambil duduk dengan anggunnya. Aura pangeran Abbash terpancar kuat di wajahnya. Pangeran yang misterius itu akhirnya muncul dihadapannya. Pangeran Husen sungguh tidak mengerti mengapa Pangeran Abbash jarang sekali muncul bahkan tidak pernah muncul di setiap acara pertemuan para pangeran.     

Nizam saja kakaknya yang hampir selalu tinggal di Amerika selalu menyempatkan diri untuk datang menghandiri pertemuan rutin para pangeran bahkan sering datang ke undangan kerajaan lain. Tapi pangeran Abbash sama sekali tidak pernah muncul. Posisinya hanya sebagai adik dari pangeran putra Mahkota membuat nya malah semakin leluasa tenggelam dari peredaran. Hanya kekejaman nya saja yang terdengar mengerikan.     

Hari ini Ia berhadapan langsung dengannya. Mendadak pikiran Pangeran Husen jadi buntu. Ia hanya diam menatap wajah Pangeran Abbash. Sampai kemudian Pangeran Abbash berkata,     

"Aku bukanlah orang yang bisa membaca pikiran orang lain kecuali kalau rohku meraksuki tubuhmu. Jadi kalau kau hanya diam saja maka sampai waktunya habis. Aku tidak akan pernah bisa tahu apa yang akan Kau katakan." Kata Pangeran Abbash sambil mengusapkan telunjuknya ke bibirnya.     

Maya yang berdiri di belakangnya hanya menatapnya dengan tatapan penuh gairah.     

Maya tidak bisa menahan diri lagi untuk melihatnya. Menatap wajah Pangeran Abbash sudah seperti meminum obat afrodisiak. Badan Maya mendadak meriang. Ia sama buntunya dengan Pangeran Husen.     

Pangeran Husen menelan ludahnya yang terasa kering. Ia melirik ke arah Maya meminta pendapat tetapi Maya yang biasanya begitu cerdas dan cepat tanggap kali ini hanya menatap Pangeran Abbash sambil menggigiti bibirnya sendiri.     

Sialan... pangeran Husen merutuk dalam hati. Dasar Asisten tidak berguna. Mengapa Dia malah sama tidak berdayanya. Tetapi kemudian Ia mendengar asisten Pangeran Abbash berkata.     

"Sebaiknya Yang Mulia segera berbicara. Ini sudah lebih dari sepuluh menit"      

Mendengar suara Samir, Pangeran Husen baru tersadar. Dengan muka merah padam karena malu. Pangeran Husen mendehem dulu baru berkata.     

" Ini tentang Amrita, Yang Mulia. Aku dijodohin oleh Ibunda Ratu Sabrina kepadanya"     

Pangeran Husen berkata perlahan. Ia sangat tegang menunggu reaksi dari pangeran Abbash. Apakah Pangeran Abbash akan menjadi marah dan mengamuk atau bagaimana.     

Tetapi Pangeran Husen kaget melihat reaksi Pangeran Abbash yang berkata dengan santai. "Aku tidak mengerti mengapa Kau malah mengatakan nya kepadaku. Amrita bukanlah istri ku, adikku atau siapa - siapa Aku" kata Pangeran Abbash membuat Pangeran Husen tercengang dengan wajah kelam.      

Ternyata memang benar kata orang. Pangeran ini ga ada akhlaknya. Bagaimana bisa dia berkata dengan begitu mudah seakan Ia tidak mengenali Amrita sementara itu Amrita menunggunya seperti menunggu orang gila.     

"Tetapi Yang Mulia, apakah Kau tahu kalau Amrita menunggu Yang Mulia" Pangeran Husen tiba-tiba jadi naik darah.     

"Kalau Kau ingin menikahi nya. Aku tidak keberatan. Tetapi jika tidak, Itu juga tidak masalah. Aku memang memiliki janji akan menikahinya tetapi bukan berarti Aku mencintai nya. Aku hanya terikat janji kepadanya. Tetapi kalau kau menikahi nya kau harus menerima dia apa adanya.      

Hanya saja jika kau menikahi nya hanya untuk menyakiti nya maka sebaiknya Kau tidak usah menikahi nya. Tetapi jika kau bisa menjaga nya dengan baik. Aku sama sekali tidak keberatan"     

"Mengapa Kau memberikan janji untuk menikmati nya jika kau tidak mencintai nya" kata Pangeran Husen dengan wajah masygul. Ia benar-benar sangat kasihan kepada Amrita.     

"Dia sebenarnya gadis yang baik. Ia teman masa kecil ku. Jadi dari semua wanita yang Aku kenal, Aku sangat menghargai nya"     

"Ya.. Kau menghargainya dan dia sangat mencintai mu. Apakah ini bisa disebut adil? " Pangeran Hussein tampak sangat emosi.     

Dia berpikir kalau Pangeran Abbas mencintainya sehingga Ia sengaja datang ke Amerika untuk mengetahui keadaan Pangeran Abbash.      

"Adil? Apakah Kau pikir perasaan cinta bisa dipaksakan? Dia sudah tahu perasaan ku kepadanya. Dia tahu Aku tidak pernah bisa mencintainya. Jadi Aku tidak pernah mengiming-imingi nya untuk menikahinya sebelum Aku menyentuh nya. Dia datang sendiri ke dalam pelukan ku.      

Dari semua wanita yang Aku sentuh tidak ada satupun yang kusentuh karena Aku menginginkan nya. Mereka datang sendiri.."     

"Kau menjijikkan... Kau memanfaatkan ketampanan mu untuk menjerat para wanita. Kau merusak para wanita" Pangeran Husen menjadi berang. Dan para pengawal menjadi bersiaga.     

"Kau tidak usah emosi. Aku sudah mendapatkan balasan yang setimpal atas dosa-dosa ku" kata Pangeran Husen dengan wajah sedih.      

Wajah murka Pangeran Husen berubah dalam sekejap. "Apa maksudmu? Kau menyakiti banyak perasaan wanita dan sekarang Kau akan menikahi wanita yang kau cintai. Lalu balasan apa yang sebenarnya kau maksudkan?" Pangeran Husen berkata sambil mendelik tajam ke arah Pangeran Abbash.     

"Aku mencintai wanita yang tidak akan pernah bisa ku miliki seumur hidup. Ini sangat sesuai dengan balasan dosa-dosaku karena mempermainkan wanita. Dan sekarang istri pertama ku bukanlah seseorang yang bisa menjadi istri utama karena dia adalah bekas istri dari Edward. Dan Aku juga harus mempersiapkan diri menghadapi kemurkaan dari keluarga ku karena menikahi seorang janda dengan satu anak."     

Pangeran Husen lagi - lagi terkejut mendengar perkataan Pangeran Abbash.     

"Calon istrimu Janda? b.. bagaimana bisa? Istri utama? Istri pertama? Kau tidak mendapatkan wanita yang kau cintai? Apakah kau tidak mencintai calon istri mu yang sekarang akan kau nikahi? " Pangeran Husen terus nyerocos bertanya.     

"Aku tidak mengenal calon istriku ini. Kakak iparmu yang meminta ku untuk menikahi dan menjaganya. Jadi bukan karena Aku mencintai nya. Aku  menurutinya karena Aku anggap sebagai penebus dosa-dosa ku yang telah lalu. Aku ingin memulai hidup baru bersamanya. Lagipula Aku yakin kehidupan baru yang lebih baik pasti ada."     

"Kakak ipar ku yang menyuruh? Siapa? Kakak Putri Alena kah? Atau kakak Putri Cynthia?" Tanya Pangeran Husen.     

"Kau pikir siapa yang suka memiliki ide aneh?" Kata Pangeran Abbash balik bertanya.     

"Kakak Putri Alena..." Kata Pangeran Husen menjawab.     

"Kau tahu persis, Nah sekarang waktunya sudah habis. Izinkan Aku untuk pergi ke tempat akad nikah. Dan sampaikan kepada Amrita kalau Ia hendak menikah dengan mu, menikahlah. Tapi kalau dia hendak menikah dengan ku. Maka tunggulah sampai Aku kembali ke Zamron. Aku tidak akan lari dari tanggung jawab" kata Pangeran Abbash.     

"Kau sudah menyentuhnya? " Tiba - tiba Pangeran Husen berkata perlahan.      

"Aku sangat menyesal" kata Pangeran Abbash     

"Kau menodai kesucian seorang gadis tanpa menikahi nya segera. Apakah Kakak Putri Alena tahu hal itu?"     

"Ia tidak tahu tentang Amrita.. Pangeran Husen. Aku memang bersalah. Dan Aku akan berusaha memperbaikinya."     

"Mengapa Kau tidak menikahi Amrita dulu?"      

" Aku tidak bisa menikahi nya sekarang. Menikahi Lila lebih mendesak. Aku permisi dulu. Senang berbicara dengan Anda. Kalau kau masih penasaran sebaik-baiknya Kau temui Kakakmu Pangeran Nizam. Dia tidak mungkin memberikan izin pernikahan ini kalau alasannya tidak masuk di akal."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.