CINTA SEORANG PANGERAN

Siapa Tuan Putri ?



Siapa Tuan Putri ?

Setelah sekian lama akhirnya, Lila ikut ambruk ketika tubuh pangeran Abbash ambruk di atas tubuhnya. Tubuh Pangeran Abbash bagian depan sudah menempel ke punggungnya yang basah. Nafas Pangeran Abbash memburu di atas tekuknya. Pangeran Abbash menghirup bau harum rambut Lila yang bercampur dengan keringat.     

Tubuh Lila masih bergerak – gerak dengan sisa tenaga terakhir. Ia merasa sangat lengket ketika tubuh Pangeran Abbash menempel pada bagian belakang tubuhnya. "Get off.. from my body.." Bisik Lila lemah dengan suara terisak. Pangeran Abbash malah menggigit tekuk Lila yang dipenuhi oleh rambut halus dan "Akh.. " Lagi – lagi Lila memekik ketika Pangeran Abbash malah menggigit dan menghisapnya.     

Tangan Pangeran Abbash kemudian bergerak Ia menyelusup ke bawah dan "Aargh.. " Lila terkejut setengah mati ketika tangan itu kembali masuk ke dalam tubuhnya. Lila kembali meronta ketika Pangeran Abbash menggerakan tangannya dengan lembut.     

"A.. apa lagi ? Kau mau apa lagi ? " Kata Lila sambil menarik tangan Pangeran Abbash. Pangeran Abbash malah membalikan tubuh Lila dan menatap Lila dengan lembut. Melihat tatapan mata yang memabukan seperti itu sesaat Lila seperti ikan yang kehabisan air. Menggelepar, tangan Lila memegang pipi Pangeran Abbash dengan lembut.     

"Katakan Kau mencintaiku " Kata Lila dengan lemah. Seakan Ia ingin upah atas penderitaan yang sedang Ia alami.     

"Aku mencintaimu.. sangat mencintaimu " Kata Pangeran Abbash sambil kembali melebarkan kaki Lila yang ada dibawah kekuasaannya. Lila seperti tawanan perang yang seluruh senjatanya sudah dilucuti dan tengah menyerah tanpa syarat.     

Lila menjadi mabuk mendengar kata – kata Pangeran Abbash yang manis. Bibir indah yang semanis madu itu begitu menawan hatinya.     

"Kau benar – benar mencintaiku dan bukan mencintai putri Alena ? " Kata Lila sambil berkaca – kaca mengingat bagaimana ketika suaminya dulu merobek tubuhnya sambil meneriakkan nama Alena.     

"Tidak !! Cintaku pada putri Alena sudah terkikis habis oleh tubuhmu yang memabukkan " Bisik Pangeran Abbash seraya mengecup lembut bibir yang menggeletar itu. Lila langsung menangis bahagia mendengarnya.     

"Aku bahagia, akhirnya ada orang yang mencintaiku.. Terima kasih" Kata Lila sambil merangkul leher Pangeran Abbash yang jenjang. Tetapi Lila tersentak ketika tubuh suaminya kembali menghujam menerobos masuk ke dalam tubuhnya.     

Lila kembali menjerit keras, " Aaakh.. Kau memasukannya lagi. Auch.. sakit.. ampun.. ampun.. aduh.. aduh.. " Lila sudah hampir semaput karena Pangeran Abbash malah semakin kuat memacu tubuhnya.     

"Ini sudah robek.. auch.. Yang Mulia.. Mengapa Kau tidak ada puasnya " Kata Lila sambil menangis lirih. Suaranya sudah timbul tenggelam di telan suara pangeran Abbash yang tengah menghisap madu. Manisnya madu yang tengah dirasakan Pangeran Abbash membuat dia merasa kehausan terus.     

"Ini terlalu nikmat untuk disudahi, Honey.. sebentar lagi. Biarkan Aku merasa puas " Kata Pangeran Abbash sambil memegang pinggul istrinya dan menggerakkannya sesuka hati. Kaki Lila menggeletar menahan perih yang menghujam.     

Air matanya sudah hampir kering berhamburan keluar dan satu – satunya hiburan bagi Lila adalah menatap wajah suaminya yang sedang teler karena candu yang memabukkan. Mata indah itu terkadang terpejam rapat dengan bulu mata yang panjang bergerak – gerak. Keringat menetes dari setiap ujung pelipis dan meleleh membasahi pipinya yang putih mulus. Bibir merah itu sangat indah ketika mendesah menyebut namanya.     

"Saakit... " Lila merintih sambil memeluk leher itu dan terisak di bahu suaminya. Suara itu begitu lirih karena sudah hampir habis.     

"Iya.. Mmmm... Hmm.. Aku tahu tetapi tidak ingin menyudahinya" Kata Pangeran Abbash sambil menambah tenaganya. Ia bukannya tidak tahu kalau tubuh Lila sudah berdarah – darah. Tetapi ini sangat indah baginya untuk diakhiri.     

"Aku tidak ...mmm.. kuat lagi.. Sakit.." Lila kembali menghapus air matanya. Ia menatap mata hitam dari suaminya. Pangeran Abbash mengangguk kepalanya.     

"Kau adalah wanita ternikmat yang pernah Aku temui.." bisik Pangeran Abbash seakan mengobati rasa sakit istrinya. Lila hanya merintih kecil menanggapi perkataan suaminya. Matanya sudah berkabut dan penuh air mata. Bibirnya juga sudah bengkak parah.     

Kaki Lila menggesek sprei yang bertabur bunga itu. Ia mencoba mengusir rasa ngilu yang mendera sekujur tubuhnya. Ia ingin sekali pingsan tetapi entah mengapa Ia masih tersadar juga. Dan hari semakin merangkak menuju dini hari.     

Tubuh Pangeran Abbash semakin kuat bergerak. Pangeran itu seperti kuda liar yang tidak pernah kehabisan tenaga. Ia terus menghentak – hentak di atas tubuh Lila. Sampai kemudian Pangeran Abbash tidak tahan lagi. Ia meraung membahana melepaskan cintanya sebagai upaya menyempurnakan cintanya kepada istrinya.     

Lila kembali menjerit dengan suara parau.. menahan air bah yang datang menghantamnya. Air itu langsung menyeret darah yang terperangkap di dalam tubuhnya karena himpitan tubuh suaminya. Mereka kemudian seakan berlomba – lomba keluar mengalir membasahi sprei yang berwarna putih bersulam emas.     

Mengapa harus putih warna spreinya mengapa bukan merah, hitam atau ungu. Sungguh menyebalkan. Lila mencoba menutup kakinya tetapi luar biasa, Kaki itu seperti kaki batu yang tidak bisa bergerak. Kakinya kram karena Pangeran Abbash menahannya dalam posisi yang sama dengan waktu yang sangat lama.     

Rasa perih merejam tubuh sensitifnya dan yang paling menyebalkan Ia melihat Pangeran Abbash berbaring bertelengkup sambil memejamkan matanya. "Aku sangat lelah tetapi puas.. " Kata Pangeran Abbash.     

Lila tidak bisa berkata – kata lagi. Suaranya sudah sangat serak dan tenggorokannya kering, Ia ingin minum tetapi Ia melihat Pangeran itu malah mendengkur.     

" Ya Tuhan.. dia tertidur lelap setelah menyiksaku semalaman" Kata Lila dalam hatinya. Lila mencoba bangkit menggunakan tenaganya yang tersisa. Lila menggigit bibirnya menahan sakit. Tetapi Ia bukan wanita manja yang tidak bisa menahan kesakitan seperti itu. Ia terbiasa menahan sakit. Ia pernah tertusuk pisau, Ia mengalami malam pertama dibawah bayang – bayang wanita lain. Ia pernah diusir suaminya, Ia pernah mengalami hendak dilenyapkan mertuanya, Ia juga mengalami melahirkan tanpa suami. Rasa sakit seperti ini bukanlah apa – apa bagi dirinya.     

Jadi ketika Ia mencoba turun dari tempat tidur Ia mencoba meraih pakaiannya yang berserakan di bawah. Ia tertatih – tatih ketika tiba – tiba terdengar ketukan pintu di luar.     

Rupanya yang diluar sudah mendengar tidak ada keributan lagi sehingga mereka kemudian berinisiatif mengetuk pintu meminta izin untuk masuk. Ini diperbolehkan secara adat di kerajaan mereka. Mereka tidak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan misalnya si pengantin wanita mengalami pendarahan yang membahayakan nyawanya.     

Lila terkejut mendengar pintu di ketuk dari luar. Ia mengerutkan keningnya. Ia tahu dari Alena kalau diluar ada penjaga tetapi kalau sampai mereka mengetuk pintu alangkah tidak sopannya. Ini adalah saat yang paling privacy dalam hidupnya. Lalu mengapa ada orang yang mencoba datang disaat yang tidak tepat.     

"Yang Mulia.. tolong buka pintunya. Kami ingin memastikan keadaan Yang Mulia baik – baik saja" Suara orang itu kembali mengejutkan Lila.     

"Kami..??" Kami adalah kata ganti untuk banyak orang berarti di luar yang akan masuk itu banyak orang. Lila ingin sekali menyuruh Pangeran Abbash untuk bangun dan meminta orang itu untuk menjauh dari kamar mereka.     

Tetapi Lila tidak bisa bersuara, suaranya habis dan Ia tidak bisa berjalan kembali ke tempat tidur. Ia sangat kesakitan jadi Lila hanya berdiri berpegangan di sandaran sofa sambil meringis. Ia melihat Pangeran Abbash tampak terlelap tidur.     

"Yang Mulia, jika Anda tidak membuka pintu maka Kami diberi wewenang untuk membuka pintu kamar untuk memastikan bahwa Anda baik – baik saja" Kata suara itu. Mata Lila terbelalak. Mulutnya langsung mengumpat,     

"Jancok sampeyan.." Kata Lila dengan suara parau ketika pintu itu terbuka dari luar. Lila melihat Bastnah masuk dengan beberapa pelayan. Mereka berdiri dan membungkuk hormat kepada Lila.     

" Tuan Putri.." Bastnah dan seluruh pelayan bahkan ada dokter wanita diantara mereka membungkukkan badannya ke arah Lila.     

'Tuan Putri ?? Siapa pula itu ? tidak ada siapapun dikamar ini. Siapa tuan putri ?' Lila melirik ke belakang siapa tahu ada putri di belakang tubuhnya. Lila lupa kalau statusnya sudah berubah menjadi seorang tuan putri karena menikahi Pangeran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.