CINTA SEORANG PANGERAN

Suara Ketukan Pintu



Suara Ketukan Pintu

Beberapa Jam Sebelumnya di Kamar Nizam dan Alena.     

"Alena.. kemarilah cepat !! " Nizam memanggil istrinya sambil berbaring di ranjangnya dengan keadaan sudah tidak mengenakan selembar benangpun. Nizam menyelimuti bagian bawah tubuhnya dengan selimut lembut yang dingin.     

Dadanya yang penuh bulu itu tampak sangat menggairahkan. Dan Nizam benar - benar sangat hot ketika dia telanjang seperti itu. Tetapi Alena malah berdiri di depan Nizam sambil menggoyang – goyangkan pinggulnya menari – nari. Ia kesal dari tadi melihat tarian dari kerajaan Zamron yang tidak sesuai dengan seleranya.     

"Kau ini kenapa ? Ayo sini cepat. Aku sudah tidak tahan. Kau tahu ? Aku tadi makan daging domba banyak sekali. Sekarang tubuhku terasa panas.." Kata Nizam sambil mengusap dadanya yang seksi itu. Dada yang bidang dan berotot itu sungguh sangat melelehkan hati setiap wanita.     

"Ih.. dada kaya gorila gitu dipamer – pamer.. " Kata Alena sambil masih meliuk – liuk tubuhnya dengan lucu. Dia pura - pura sebal dengan dada berbulu itu padahal sumpah Alena sangat tergila - gila dengan dada Nizam. Gerakannya kini ditambah dengan melepaskan pakaiannya satu persatu. Ia melepaskan gaun atasnya dulu lalu dilemparkan ke muka Nizam. Nizam melepaskan gaun itu dari mukanya sambil memerah panas.     

Alena kemudian menarik bra-nya juga lalu kembali dilemparkan ke Nizam. Kali ini Nizam menangkap lemparan dari Alena. Alena cekikikan dengan genit. Nizam sudah sangat panas.     

"Kau kucing nakal..sini cepat ! " Kata Nizam sambil melemparkan selimut yang menutupi tubuhnya. Alena memekik melihat tubuh Nizam yang perkasa itu terpampang nyata di depan matanya.     

Alena tidak tahan lagi, Ia segera berlari dan melemparkan tubuhnya ke pelukan Nizam dan Nizam menyambutnya dengan hangat.     

"Sebentar .. sebentar. Ini malam masih panjang. Kita ngobrol dulu ya " Kata Alena sambil menghindari ciuman Nizam yang bertubi – tubi menghujaminya. Nizam malah mengeram seperti harimau yang akan diambil mangsanya. Alena malah cekikikan sambil menghalangi bibir Nizam menggunakan tangannya.     

"Ini tentang Pangeran Abbash.." Kata Alena membuat ciuman Nizam langsung berhenti. Nizam menarik tubuhnya dari Alena dan duduk menyender di senderan tempat tidur. Mukanya langsung cemberut. Alena malah tersenyum melihat Nizam cemberut, Ia segera naik ke atas pangkuan Nizam dan duduk di atasnya, memeluk leher itu sambil menggesekan hidungnya ke hidung Nizam yang mancung.     

"Ada apa dengan dia ?" Kata Nizam sambil menahan gairahnya yang bangkit lagi gara – gara setelah menggesekkan hidung kini Alena menggesekkan dadanya yang indah itu ke dadanya yang berbulu. Nafas Nizam langsung memburu. Alena menorehkan telunjuknya ke bibir Nizam yang sudah gemetar lalu memasukan ke dalam mulutnya dan membuat Nizam menghisap jemarinya.     

"Kau tahu kalau Pangeran Abbash sekarang sudah sah menjadi suami Lila. Apakah Pangeran Abbash akan membawa Lila ke kerajaan Zamron atau tinggal bersama kita ? " Kata Alena membuat Nizam langsung menggigit jemari Alena yang ada dimulutnya. Alena menjerit kesakitan,     

"Kau.. gila.. lepaskan !! Lepaskan!! Ini sakit " Kata Alena sambil mencubit hidung Nizam dan menariknya membuat Nizam melepaskan gigitannya. Alena meringis dan Nizam memegang bahu Alena lalu membanting tubuhnya ke bawah tetapi tentu saja tidak terlalu keras.     

"Sampai kapanpun tidak akan pernah pangeran itu ku izinkan tinggal dikediamanku" Kata Nizam sambil mencengkram dada Alena dengan kuat.     

"Iih.. apaan sih ? Sewot amat. Memangnya kenapa kalau dia tinggal di rumah kita ? Rumah kitakan sangat luas.. Bisa ratusan orang tinggal di sini" Kata Alena sambil nyengir. Ia suka sekali menggoda suaminya.     

"Yang lembut dong, kaya Pangeran Abbash yang begitu lembut kepada Lila" Kata Alena sambil berbisik.     

"Dia bakalan membawa bencana ke semua orang yang ada disini lagipula Kau pikir dia itu selembut wajahnya ? " Kata Nizam sambil menyeringai.     

"Memang sih Lila pasti akan jadi bulan – bulanan dia tetapi Pangeran Abbash pasti akan melakukannya dengan lemah lembut. Tinggal Lilanya saja yang menikmati " Kata Alena sambil menyusup ke leher suaminya dan menciumnya dengan lembut.     

Nizam malah tertawa ngakak mendengar perkataan istrinya,     

"Kau jangan coba – coba membodohi Aku " kata Nizam sambil memegang pipi Alena dan muka Alena dihadapkan ke wajahnya.     

"Coba – coba membodohi apa ?" Kata Alena sambil mendelik.     

"Kau tidak akan mengirim Bastnah dan Dokter ke depan pintu kamar Lila dan Pangeran Abbash kalau Kau yakin kalau Lila bakal menikmatinya" Kata Nizam sambil mencium bibir istrinya. Alena memejamkan matanya dan ketika Nizam menarik bibirnya dari bibir Alena, Alena membuka matanya dan tertawa.     

"Sesungguhnya otakmu itu sangat mengerikan. Mengapa ada otak yang begitu cerdas seperti dirimu " Kata Alena sambil menggigit telinga Nizam. Ia memang hanya memancing kecemburuan Nizam dengan mengatakan kalau Pangeran Abbash akan berlaku lemah lembut karena dari pancaran matanya saja Alena tahu betapa jalangnya pria itu.     

Cuma yang masih Alena ragukan adalah apakah tubuh Pangeran Abbash bisa diterima oleh Lila atau tidak sehingga kemudian Alena berbisik lagi kepada Nizam.     

"Aku mau bertanya lagi satu hal kepadamu, Tetapi kau tidak boleh marah" Kata Alena kepada Nizam tetapi kemudian Alena mengerang ketika Nizam malah meluncurkan tangannya ke bawah. Alena membuka kakinya dengan lebar agar Nizam tidak kesulitan mengeksplorasi tubuhnya.     

"Katakanlah.." Kata Nizam sambil memainkan jarinya membuat Alena terengah – engah.     

"Aku mmm.. anu.. itu... katakanlah..mmmm..apakah laki – laki dari kerajaan Zamron memiliki ukuran yang sama dengan para laki – laki dari Azura " Kata Alena sambil terpejam rapat.     

Nizam mendengus di leher istrinya dan menjawab pertanyaan Alena.     

"Mereka memiliki darah campuran dan itu menjadikan fisik mereka sedikit lain dengan kerajaan Zamron. Tetapi Aku pikir sebagian besar kemungkinan sama. Kau tengok saja besok ke kamarnya. Kalau Lilamu itu masih baik – baik saja berarti memang Pria Zamron berbeda ukuran dengan milik kami. Tetapi kalau ternyata Lilamu itu tidak bisa bangun berarti kami memiliki ukuran yang sama" kata Nizam sambil tersenyum menghadapi kenakalan pikiran istrinya.     

"Mmm..Nizam.. turunkan tubuhmu " Kata Alena sambil mendorong kepala Nizam agar melorot ke bawah. Nizam mengangkat Alisnya tetapi dia mengikuti keinginan istrinya. Nizam menurunkan tubuhnya, Alena mendorong kepala Nizam terus ke bawah sesuai dengan tempat ternyaman yang diinginkan Alena. Dan ketika posisi itu sudah pas, Lidah Nizam baru terjulur ketika pintu di ketuk dari luar.     

"Yang Mulia.. Ampuni Kami. Ini Alexa menangis dari tadi.. dan tidak mau berhenti " Teriak pengasuh Alexa di luar. Nizam dan Alena terperanjat. Alena segera melepaskan diri dari pelukan Nizam. Ia mendorong kepala Nizam agar menjauhi tubuhnya. Nizam menggigit bibirnya sendiri. Suara ketukan pintu itu menimbulkan ruang kosong di hatinya.     

Tetapi mendengar Alexa menangis tidak mungkin Nizam begitu egois sehingga Nizam segera menyelimuti kembali tubuhnya yang sudah polos bagaikan bayi baru lahir. Alena sendiri hampir saja berlari membukakan pintu kalau tidak Nizam berteriak,     

"Pakaianmu ! kau mau membuka pintu sambil telanjang ?" Teriak Nizam sambil melotot. Alena tertawa sambil menyambar kimono kamar di gantungan kayu lalu mengenakannya. Ia sudah panik mendengar Alexa menangis keras. Biasanya Alexa jarang sekali rewel makanya Alena gugup kalau mendengar bayi cantiknya itu menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.