CINTA SEORANG PANGERAN

Kain Dupatta



Kain Dupatta

Alena membuka pintu dan didepan dilihatnya pengasuh Alexa sudah berdiri dan memangku Alexa yang terus menangis bahkan tangan dan kakinya meronta – ronta. Ia merindukan ibunya. Seharian ini Ia belum bersentuhan dengan dada ibunya. Alena terlalu sibuk menyiapkan pernikahan Lila. Alexa mogok minum ASI Alena yang disimpan dalam dot.     

"Aduh sayang, cantiknya Muya kenapa Kamu Nak ? " Kata Alena sambil mengelus –ngelus kepala Alexa dan mengayunkan bayinya agar tenang.     

"Sst.. Sayangku.. tenang ya..cantikku. Permata Muya " Alena mengangkat Alexa ke bahunya dan menepuk punggungnya dengan lembut     

"Dari sore, Putri Alexa menangis terus menerus padahal sudah diberi ASI menggunakan botol tetapi Putri Alexa menolaknya. Padahal tadi pagi dan siang Putri Alexa masih bersedia meminum susu melalui dot" Kata Pengasuhnya itu.     

"Tidak apa – apa. Mungkin dia rindu ibunya. Seharian ini Aku memang hanya menengoknya dan belum menggendongnya. Mungkin Ia marah" kata Alena sambil mengecup Alexa yang mulai sedikit tenang karena mencium bau ibunya. Apalagi Alena baru memompa ASI-nya jadi memang ada bau susu yang sangat disukai bayi.     

"Kau pergillah, biarlah Alexa malam ini tidur bersama kami. " kata Alena sambil menyuruh pengasuhnya itu pergi.     

"Oh ya bagaimana dengan Axel. Apa Ia tidak menangis? " Alena bertanya tentang Axel.     

"Alhamdulillah Yang Mulia Pangeran baik – baik saja. Yang Mulia sekarang sedang terlelap " Kata pengasuh Alexa.     

"Syukurlah ! Ya sudah pergilah. Kau bisa beristirahat" Kata Alena sambil melangkah menjauhi pintu dan menuju tempat tidur. Pelayan itu menganggukan kepalanya dan membungkuk memberikan hormat sebelum kemudian Ia berjalan keluar dan menutup pintu kembali.     

Alena tersenyum lebar melihat Nizam menggulung tubuhnya dengan selimut. Begitu si pengasuh pergi Nizam segera bangun tetapi masih duduk di tempat tidur. Kedua tangannya terhulur.     

"Kenapa Alexaku.. kesayangan Buya, Sini Nak, Buya gendong" Kata Nizam sambil menerima Alexa dari tangan Alena ketika Alena memberikan Alexa pada Nizam.     

Mata Alexa berkedip – kedip melihat Ayahnya. Mungkin dia sedang mengagumi ketampanan ayahnya sendiri. Nizam menepuk – nepuk pipi Alexa dengan lembut. Mata Alexa berbinar dengan mulut terbuka seakan ingin berbicara tetapi tentu saja Ia belum bisa berbicara. Hanya Axel yang sudah bisa mengoceh sedangkan Alexa belum. Walaupun mereka kembar tetapi mereka memiliki keterampilan dan sifat yang berbeda.     

"Mungkin dia lapar, Dan ingin meminum susunya dari sumbernya langsung " Kata Nizam melihat mulut Alexa yang terbuka dan seperti mencari sesuatu. Alena melihat Alexa yang sedang mengerak – gerakan kepalanya seakan mencari put*ng Alena. Alena menyodorkan telunjuknya yang ditekuk dan membuat stimulus untuk Alexa dan Alexa langsung menyambut telunjuk Alena yang dikiranya mungkin jari itu adalah Put*ng dada ibunya.     

"Iya benar.. mungkin dia lapar " Alena segera mengambil Alexa dan kemudian membuka kimononya lalu menyodorkan dadanya. Alexa langsung melahapnya dengan rakus. Nizam duduk didepannya menatap dengan penuh perhatian. Alena melihat Nizam yang terus menatap Alexa yang menghisap dengan kuat. Seakan takut di ambil Ayahnya.     

"Nizam.. jangan dilihat seperti itu, kasihan Alexanya.." Kata Alena sambil mendorong pipi Nizam agar menjauh.     

"Kenapa harus kasihan, Aku tidak akan mengambil miliknya " kata Nizam sambil mengulurkan tangannya memegang yang sebelahnya lagi. Tetapi tangan Alexa bergerak – gerak seakan mengusir tangan ayahnya.     

"Jangan serakah Alexa, Kan ada dua. Kita masing – masing memiliki satu. Yang ini milik Buya" Kata Nizam sambil mengelus – ngelus dada Alena yang satunya lagi. Alena tertawa melihat kelakuan Nizam.     

"Alena... " Nizam berbisik dengan nafas memburu, Ia pindah ke belakang tubuh Alena yang sedang duduk sambil memangku Alexa. Nizam memeluk Alena dari belakang dan mencium kepala Alena.     

"Alena... " Nizam memanggil lagi karena Alena terdiam dan fokus menyusui Alexa.     

"Hmmm... " Alena akhirnya menjawab karena Nizam mencium lehernya dan menelusurinya dengan lidahnya yang lembut.     

"Aku masih terbangun.. coba kau rasakan " Kata Nizam sambil menggesekan tubuhnya ke tubuh Alena. Alena mendelik merasakan tubuh keras Nizam terasa sangat tegang menyentuh tubuhnya, Alena mendengus.     

" Huh.. Nizam, ada Alexa malu Ah " kata Alena sambil menolak. Tapi Nizam kemudian turun dan masuk ke dalam ruangan pakaian. Alena melihat Nizam dengan heran. Apalagi Nizam kembali lagi sambil membawa Dupatta Alena.     

"Kau mau apa ?" Alena keheranan melihat Nizam membawa Kain kerudung panjang dan lebar atau disebut Dupatta yang biasa digunakan Alena untuk menutupi rambutnya.     

"Kau berbaringlah. Susui Alexa sambil berbaring " Kata Nizam sambil mendorong tubuh Alena agar berbaring.     

"Tapi kenapa ?" Alena masih tidak mengerti.     

"Kau jangan cerewet.. cepatlah Aku sudah meriang begini " Kata Nizam sambil merengut.     

" Iya..iya.. " kata Alena sambil membaringkan tubuhnya dan menyusui Alexa sambil berbaring. Alexa berbaring disampingnya dan tetap anteng menyusu.     

Tubuh Alena miring dan Nizam segera ikut berbaring. Ia mengambil kain Dupatta itu dan menutup kepala Alena dan Alexa menggunakan kain tipis itu. Kain Dupatta yang diambil Nizam sangat lembut dan tipis sehingga ketika ditutupkan ke kepala Alena dan Alexa tidak membuat sesak.     

Dan Sebelum Alena protes Nizam berkata, " Kau pegang kerudungnya agar ada jarak antara kain dengan muka Alexa. Dan Kau jangan bersuara, Aku tidak ingin Alexa tahu apa yang kulakukan " Kata Nizam sambil memposisikan tubuhnya dan kemudian memasuki tubuh Alena dari belakang.     

Alena memekik tertahan, " Kau sungguh keterlaluan " Alena mengomel dengan nafas yang memburu. Tetapi Nizam tidak berkata apa – apa. Ia menggigit bibirnya sendiri agar tidak bersuara. Ia tidak ingin Alexa mendengar suara ayahnya yang tidak senonoh.     

Alexa sendiri tampaknya malah senang wajahnya tertutupi kain berwarna merah itu. Dikiranya malah mainan yang diberikan ayahnya. Alena merasakan gerakan Nizam begitu lembut agar tubuh Alena tidak tersentak ke depan. Nizam bahkan menahan pinggul Alena agar tidak bergerak. Ia tidak ingin membuat gerakan yang membuat Alexa terdorong. Jadi Nizam benar – benar sangat lembut.     

Walaupun Nizam menahan bibirnya sekuat tenaga tetapi desahannya terkadang lolos ke telinga Alena. Alena sendiri menahan diri agar tidak terlalu terbawa perasaan tetapi rasa nikmat yang ditimbulkan suaminya sungguh sulit untuk dihindari sehingga Ia malah melebarkan kakinya.     

"Alena.. Alena.. Aku mencintaimu. Hhh.." Bisik Nizam ditelinga istrinya.     

"Aku juga mencintaimu.." Alena membalas di balik kerudung yang menutupi wajahnya. Mendengar ibunya berkata, Alexa mengira ibunya sedang berbicara kepadanya sehingga Ia tiba – tiba ikut mengoceh.     

Alena takjub mendengarkan Alexa mengoceh karena Ia baru pertama kali mendengarnya, " Oh sayangku.. ternyata kau sudah pintar" Kata Alena dengan bahagia. Tetapi Nizam malah salah mengerti. Dikiranya Alena berkata pada dirinya.     

"Iya sayang.. Aku memang sudah pintar. This is very good Alena. Aku menikmatinya " kata Nizam sambil terus menggerakan tubuhnya.     

Alena menarik nafas panjang mendengar Nizam salah paham. "Iya.. iya.. Kau memang pintar.. " kata Alena sambil memejamkan matanya menikmati perlakuan suaminya. Hingga kemudian ombak mencapai tepian pantai dan Nizam mengerang sambil menekan tubuhnya dengan kuat. Nizam terhempas ke belakang setelah selesai. Ia menarik kerudung yang menutupi kepala Alena dan tubuh Alexa. Alexa melepaskan put*ng ibunya dan mencari – cari kain merah yang hilang dari hadapannya.     

Alena tertawa melihat tingkah Alexa yang lucu. Nizam sendiri terlentang dengan keringat berleleran. Ia terbaring dengan penuh kepuasan. Melihat Nizam mulai memejamkan matanya Alena langsung mengomel,     

"Eeh.. jangan tertidur dulu "kata Alena.     

"Mmm tetapi kenapa ?" Kata Nizam sambil membalikkan tubuhnya dan memunggungi Alena.     

"Aku kan belum " Alena protes. Ia berharap setelah Alexa tertidur Nizam akan memuaskannya.     

"Aku mengantuk, Di kulkas perasaan ada mentimun.. " Kata Nizam sambil setengah teler. Alena hampir memekik mendengar Nizam berkata seperti itu.     

"Astaghfirulloh.. Yang Mulia. Jaga kata – katamu. Masa sama mentimun ?" Kata Alena sambil melotot kesal.     

" Apa yang sama mentimun ? Kau jangan berpikiran kotor. Maksudku, di kulkas ada mentimun jika kau mau membuat acar kau bisa menggunakannya" Kata Nizam sambil menguap dan tidur beneran.     

"Aargh... Nizam.. kau keterlaluan" Alena mencak – mencak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.