CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Tidak Bisa Mengingkari Janjiku



Aku Tidak Bisa Mengingkari Janjiku

Chief Jeremmy mengusap wajahnya dengan raut wajah yang tampak khawatir dan kebingungan. Dihadapannya duduk Nizam yang sedang menikmati secangkir kopi. Di jari telunjuk dan jari tengahnya tampak menjepit sebatang rokok yang sedang menyala. Wajah Nizam tidak kalah kusutnya dengan wajah Chief Jeremy.     

Nizam memandang dua orang pengawalnya Ali dan Fuad yang sedang berbincang – bincang dengan para polisi anak buah dari Chief Jeremy. Mereka datang tadi untuk menjemput Nizam dari kediaman Chief Jeremy.     

"Aku tadinya sangat berharap kau dapat membereskan pangeran Barry secepatnya sebelum dia membuat kerusuhan lagi" Kata Chief Jeremy kepada Nizam.     

Nizam terdiam sambil menghembuskan asap rokoknya. "Aku terlanjur memberikan janji untuk memenuhi permintaannya sebagai penebus rasa bersalahku. Aku sungguh tidak mengira kalau Ia akan meminta aku membiarkan Pangeran Barry untuk tetap hidup. Aku pikir Ia akan memintaku untuk membunuhnya" Kata Nizam sambil menghela nafasnya yang terasa berat. Permintaan Lila ini lebih berat dibandingkan Ia meminta sebuah kerajaan kecil yang menjadi negara bagiannya.     

"Mengapa kau penuhi. Apa kau tahu kesempatan baik tidak akan datang dua kali. Malam ini Ia akan mendatangi konfrensi press berkaitan dengan alibinya. Kalau Ia terbunuh dalam perjalanan. Orang pasti tidak akan merasa terkejut karena suasana masih terasa mencekam dan beritanya simpang siur. Kau bahkan bisa membersihkan tanganmu sendiri setelah membunuhnya.     

Bukankah saat ini kau adalah sebagai korban dan yang bertikai adalah Pangeran Abbash dan Pangeran Barry. Dengan membuat alibi kau sedang bersamaku maka kau akan selamat dan dia mati selamanya. Dan Pangeran Abbash akan terkena hukuman karena membunuh kakaknya. Lagipula dengan kondisinya yang sedang tidak berdaya saat ini.Dia tidak akan pernah tahu kalau akan kita kambing hitamkan.     

Lagipula memang ini tidak sepenuhnya salah. Sudah jelas ini seperti pertikaian antar keluarga. Katakan saja mereka sedang saling berebut tahta. Bahkan nama istrimu juga akan menjadi bersih." Kata Jeremy mengemukakan pendapatnya.     

Nizam terdiam, pemikiran Chief Jeremy sungguh masuk di akal dan itu juga memang rencana semulanya. Dia akan membunuh Pangeran Barry dan menimpakan kesalahan kepada adiknya lalu Ia akan berada dengan Chief jeremmy untuk membuat alibi. Itulah sebabnya Ia bersikeras agar Amar menjaga Pangeran Abbash agar pengawalnya tidak memiliki kesempatan untuk membawanya pergi dari rumah sakit.     

Nizam sudah berpikir kalau rencana ini berjalan sempurna maka Pangeran Abbash pasti tidak akan bisa lepas dari jeratan hukuman mati di negaranya dengan tuduhan telah membunuh Putra Mahkota. Ini suatu rencana sempurna ibarat peribahasa sekali tepuk dua lalat mati atau sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.     

Tapi rencana sempurna ini gagal total dengan permintaan Lila. Nizam mengurut – ngurut keningnya sendiri.     

"Tolong pikirkan permasalahan ini sekali lagi. Please.. Yang Mulia. Kalau kau melepaskan Pangeran Barry sekarang ini sama saja kau melepaskan momen yang sangat sempurna." Chief Jeremy menatap Nizam penuh harap.     

Seandainya Ia tidak terikat dengan jabatan dan nama baik negaranya mungkin Ia akan membunuh Pangeran Barry dengan tangannya sendiri. Ia tidak memiliki kekebalan hukum seperti Nizam kalau seandainya Ia tertangkap. Kalau hanya sekedar membuat Alibi palsu masih memungkinkan. Karena membuat alibi palsu tentu saja hukumannya berbeda dengan membunuh langsung.     

"Sebagai calon raja. Orang akan memperhatikan perkataanku dan janji yang sudah diucapkan oleh seorang putra mahkota maka tidak layak ditarik kembali. Aku harus menepati janjiku sendiri. Aku hanya berharap kalau Lila akan segera menemukan jalan untuk melakukan pembalasan kepada Pangeran Barry sehingga Kami dapat hidup dengan tenang" Kata Nizam menghapus pengharapan dari Pangeran Barry.     

Chief Jeremy tidak dapat berkata apa – apa lagi. Ia mengangkat kedua tangannya. Tanda Ia menyerah dengan perkataan dan pendirian Nizam. Dan apa yang dikatakan Nizam memang benar. Sebagai calon pemimpin kerajaan maka yang pertama harus dipelajari adalah menepati janji yang sudah dibuat.     

"Ya.. sudah terserah apa katamu. Jadi sekarang apa Kau mau memotong tangan Pangeran Barry ?" Kata Chief Jeremy sambil nyengir kuda. Ia tahu pertanyaannya bodoh tetapi Ia butuh hiburan ketika kepalanya terasa sedang pusing.     

Dan benar saja Nizam tertawa mendengar pertanyaan Chief Jeremy. Nizam memang menceritakan kalau Lila berkata untuk memotong tangan kanan Pangeran Barry jika Nizam memang ingin membalas dendam kepada Pangeran Barry. Jadi Lila hanya mengizinkan Nizam memotong tangan kanannya dan membiarkan dia tetap hidup agar Lila dapat membalas dendam sendiri.     

"Ha..ha..ha.. it'so funny, Aku heran kenapa dia tidak meminta Aku sekalian saja memotong miliknya biar balas dendamnya terasa banget. Coba kau bayangkan ! Dia memiliki banyak wanita di harem tetapi dia tidak dapat menggunakan mereka karena tidak memiliki alat untuk menggunakannya " Kata Nizam dengan jahil membuat tawa Chief Jeremy langsung meledak. Air matanya sampai keluar.     

Tawa Chief Jeremy yang keras membuat Ali dan Fuad serta anak buahnya langsung memalingkan muka ke arah mereka. Mereka jadi ingin tahu apa yang terjadi sehingga dua orang yang dari tadi malam wajahnya keruh dan muram bisa tertawa begitu lepas sekarang.     

Sebenarnya mereka memang tertawa tetapi tentu saja bukan tawa bahagia tetapi hanya tawa satir yang mentertawakan kebodohan sendiri. Tidak mungkin Nizam akan memotong salah satu anggota tubuh Pangeran Barry dan membiarkannya tetap hidup karena itu sama seperti seseorang melukai singa dan membiarkannya hidup lalu singa itu akan mengejar mereka kemanapun mereka lari.     

"Jadi kau sekarang mau kemana ? " tanya Chief Jeremy.     

"Tentu saja Aku akan pulang. Aku yakin sekarang istriku sudah mengetahui berita kematian Edward. Bukankah upacara pemakamannya diliput oleh seluruh stasiun TV sampai ke luar negeri. Tidak mungkin sekarang istriku tidak tahu. Aku harus mempersiapkan diri dulu sebelum menerima amukannya " kata Nizam sambil mengambil cangkir kopinya dan meminumnya sebelum kemudian Ia menghisap rokoknya lagi.     

"Memangnya apa yang akan Putri Alena lakukan kalau dia marah kepadamu ?" kata Chief Jeremy jadi penasaran dengan tingkah laku si putri eksotis itu. Diam – diam dia juga terkadang suka gerah kalau kebetulan menatap istrinya Nizam. Kulitnya yang kecoklatan itu selalu tampak bersinar memukau dimanapun ia berada. Wajah asianya yang sangat khas tidak akan bisa dimiliki oleh ras manapun. Matanya yang lebar dan hitam berpadu manis dengan hidungnya yang walaupun tidak terlalu mancung tetapi sangat pas di wajahnya.     

Nizam mengusap tekuknya Ia lalu berkata kepada sahabatnya yang menatapnya penuh harap agar Nizam dan bercerita tentang wanita yang banyak membuat para pria hebat tergila – gila. Seandainya Ia belum memiliki istri dan anak mungkin dia akan ikut mengejar – ngejar Alena. Tetapi tentu saja Ia masih sangat waras tidak melakukan kegilaan yang akan membuat nyawanya hilang.     

Ia bukannya tidak tahu kalau beberapa pria sudah mati karena mencintai Alena. Ia tidak ingin jadi korban berikutnya. Jadi cukuplah mengaguminya secara rahasia dalam taraf kesopanan. Sama seperti mengagumi bintang di langit. Cukup hanya mengagumi dan tidak akan pernah berharap bintang itu akan jatuh ke dalam pangkuannya.     

"Dia terkadang suka lepas kendali kalaul lagi emosi. Dia pernah menggigit bahuku, mencakarku dan bahkan menendangku " Kata Nizam dengan santai membuat Mata chief Jeremy melotot lalu kemudian tertawa terbahak – bahak.     

"She is so expressive " Kata Chief Jeremy     

"Ya.. begitulah. Dia selalu menjadi dirinya sendiri dan itu yang membuat dia berbeda dengan wanita yang ada diharemku. Dia tidak pernah berpura – pura untuk tampil mejadi orang lain. " Kata Nizam lagi kemudian Ia berdiri dan berkata,     

" Aku akan pulang sekarang. Terima kasih atas segalanya. Kalau kau berkenan, aku akan senang jika kau bisa datang ke rumah ku sebelum Aku kembali ke Azura " Kata Nizam sambil mengulurkan tangannya.     

"Baiklah, Aku akan pastikan Aku akan datang ke rumahmu untuk menikmati makan malam bersama keluargaku. Aku juga sudah lama tidak melihat si kembar " Kata Chief Jeremy sambil menjabat tangan Nizam dan mengantar Nizam untuk berjalan menuju ke mobilnya. Fuad sudah siap menjadi sopir dan Ali membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Nizam untuk masuk.     

Nizam mau masuk tetapi kemudian dia tidak jadi karena teringat sesuatu. " Oh ya Jem.. " Kata Nizam sambil berdiri dan memegang atap mobilnya berkata kepada Chief Jeremy.     

"Ya.. ?" Chief Jeremy menjawab.     

" Ini tentang mobilmu yang Aku pakai saat pergi mengejar Pangeran Abbash dan Pangeran Barry " Kata Nizam     

"Oh.. itu. Tidak usah kau pikirkan " Kata Chief Jeremy sambil membuat gerakan tangan agar Nizam tidak usah khawatir dengan mobilnya. Lagipula mobilnya masih baik – baik saja dan anak buahnya sudah mengamankannya dengan segera.     

"Tidak Aku akan menggantinya dengan yang lebih baik, Kau boleh memilihnya digarasiku saat kita akan makan malam bersama" Kata Nizam bersikeras.     

Chief Jeremy tidak mungkin menolak keinginan Nizam yang kelihatannya sangat serius. Ia mengacungkan jempolnya dan menjawab.     

" Siap yang Mulia. Aku akan pastikan memilih mobil yang biasa – biasa saja. Aku tidak ingin seluruh teman – temanku mencurigaiku jika Aku memilih mobil yang termahal. Mereka akan mengira Aku memanfaatkan pertemananku dengan Pangeran Azura untuk kepentingan pribadiku " Kata Chief Jeremy ditimpali oleh tawa Nizam. Nizam lalu masuk ke dalam mobilnya dan bersender pada sandaran kursi mobil. Tidak lama kemudian mobil meluncur meninggalkan kediaman Chief Jeremy.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.