CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Harus Jadi Milikku Sekarang Juga



Kau Harus Jadi Milikku Sekarang Juga

Para penjaga jadi seperti kambing congek yang terperangkap diantara dua batu. Ia berada diantara Pangeran Barry dan Alena yang saling berpandangan. Hingga Ia tidak berani bergerak sedikitpun saking canggungnya. Ia ingin sekali berdehem untuk memberitahukan kalau Ia harus bagaimana. Apakah tetap berdiri di antara mereka atau harus berjalin dan berdiri ke samping atau harus pergi keluar dan meninggalkan mereka berdua.     

Penjaga itu tidak berani bergerak sebelum diperintahkan oleh Pangeran Barry. Jadilah Ia hanya berdiri mematung. Hingga kemudian Alena berbicara,     

"Apakah Kau yang bernama Pangeran Barry?? " Kata Alena dengan santai. Wajah polosnya sedikit lega melihat betapa tampannya pangeran menyebalkan yang sudah membuat Ia kehilangan Edward. Dalam pikirannya adalah Kalau Pangeran Barry pasti akan berwajah menakutkan seperti monster tetapi nyatanya Ia tidak terlalu jauh berbeda dengan adiknya.     

Pangeran Barry menelan ludahnya yang terasa seret lalu Ia menganggukan kepalanya.     

" Be.. benar, ini Aku Pangeran Barry " Kata Pangeran Barry sambil menghampiri Alena tetapi di depannya malah ada penjaga yang berdiri kaku sehingga kemudian tangan Pangeran Barry memegang kepala di bagian pinggir kanan dan mendorongnya ke samping sehingga Ia tidak menghalangi antara dirinya dan Alena.     

"Pergi keluar Kamu !! " Kata Pangeran Barry kepada penjaga itu. Si penjaga itu yang sempoyongan karena di dorong oleh Pangeran Barry segera menyeimbangkan badannya. Ia lalu membungkukkan badannya dan memberikan hormat lalu keluar dari ruangan pribadi Pangeran Barry.     

Alena dan Pangeran Barry kini berdiri saling berhadapan tanpa penghalang. Alena menatap wajah Pangeran Barry dengan tajam,     

"Atas dasar Apa kau membunuh Edward ?" kata Alena sambil mulai mendung membuat Pangeran Barry menjadi sedikit gelisah.     

"Mengapa Yang Mulia bertanya hal seperti itu. Mari silahkan duduk dulu. Mungkin Yang Mulia sedikit haus. Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkannya" Kata Pangeran Barry sambil terus menatap wajah Alena yang cantiknya keterlaluan.     

"Aku tidak ingin basa – basi. Kedatanganku kesini hanya ingin tahu alasan apa kau membunuh Edward? " Kata Alena bersikeras. Matanya yang bulat bersinar tajam menembus ke jantung Pangeran Barry.     

"Ya Tuhan.. Putri Alena. Ini adalah mimpi yang jadi nyata. Kau berdiri tepat dihadapanku. Alangkah indahnya karunia ini. Betapa cantiknya wajahmu. Kau jauh lebih cantik ada pada pandanganku langsung dan bukan berada di foto atau video" Kata Pangeran Barry sambil mengulurkan tangannya ingin memegang tangan Alena.     

Alena mundur satu langkah ke belakang sambil tertawa sinis.     

"Kau tahu Aku istri orang lain. Jaga tangan dan tingkahmu" Kata Alena dengan pandangan tidak suka.     

"Aku minta maaf. Aku berjanji akan bertingkah sopan. Yang Mulia Putri Alena. Apakah kau baik – baik saja?" Mata Pangeran Barry begitu lembut menatap Alena. Pandangan itu sungguh kontras dengan pandangan Alena yang tajam dan berapi – api.     

"Aku baik – baik saja sebelum Edward terbunuh. Tapi tidak setelah Kau membunuhnya. Mengapa Kau begitu jahat membunuh Edward ? Bukankah Ia sedang menantikan kelahiran bayinya" Kata Alena sambil kemudian mencucurkan air matanya dan menangis terisak – isak membuat Pangeran Barry menjadi panik.     

"Jangan menangis, jangan menangis. Kau akan melukai hatiku jika menangis. Ayolah duduk dulu. Aku akan menceritakan segalanya " Kata Pangeran Barry sambil memegang bahu Alena dengan lembut. Alena akhirnya menurut karena Pangeran Barry berkata bahwa Ia akan mengatakan yang sebenarnya.     

Alena duduk di sebuah kursi lalu Pangeran Barry menarik kursi lain dan duduk dihadapan Alena.     

"Edwardku itu sangat baik, dia pernah beberapa kali di pukul Nizam gara – gara Aku. Sekarang dia malah mati di bunuh orang. Apakah kau dapat merasakan apa yang kurasakan ?" Kata Alena sambil terisak – isak. Pangeran Barry jadi geregatan ingin sekali mengusap air mata di pipi Alena.     

"Aku sangat menyesal atas kematian Edward. Kau jangan menuduhku telah membunuh Edward. Bagaimana bisa Aku membunuhnya kalau dia adalah anak dari sahabatku Mr. Anderson" Kata Pangeran Barry sambil tersenyum sambil matanya terus menatap Alena. Mengapa ada makhluk yang begini menggoda. Pantas saja Nizam rela membubarkan haremnya demi Alena. Kalau memang istrinya secantik Alena, Ia juga bersedia membubarkan harem miliknya. Persetan dengan banyak keturunan untuk memperkuat dinasti kerajaan Zamron.     

Mata Alena terbelalak membuat hati Pangeran Barry semakin terguncang,     

"Benarkah ? " Kata Alena meyakinkan dirinya dengan bertanya kepada Pangeran Barry. Pangeran Barry menganggukan kepalanya dengan mantap.     

"Tentu saja, Kau kan tahu kalau sebagian besar saham di hotelku milik Mr. Anderson ? " Kata Pangeran Barry     

"Tapi Aku tidak tahu hal itu ?" Alena lupa lagi apakah saham dari hotel the barries dimiliki oleh Mr. Anderson atau tidak.     

"Ayolah Putri Alena. Aku benar – benar tidak membunuh Edward. Lagipula mengapa Aku harus membunuh Edward ? Sudah seminggu ini Aku tidak kemana – mana. Aku sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk pulang ke kerajaan Zamron. Jadi mana sempat Aku membunuh Edward."     

"Jadi yang menyerang pada acara wisuda bukan kamu ?" Kata Alena lagi     

Pangeran Barry menghembuskan nafas panjang dan berwajah begitu serius,     

"Tentu saja cantikku, itu bukan Aku. Mengapa pula Aku harus merusak acara wisudamu. Aku baru mau mengadakan konferensi press malam ini untuk menjelaskan posisiku ada dimana. Aku mau memberikan pernyataan alibiku kepada para wartawan bahkan para polisi sudah mempercayainya.     

Apakah Pangeran Nizam belum mengatakan kalau penyerangan itu dilakukan oleh teroris dari Rusia yang menginginkan pembebasan dari mata – matanya yang ditahan Amerika " Kata Pangeran Barry kepada Alena. Alena menjadi kebingungan.     

"Aku tidak tahu. Nizam tidak mengatakan apapun tentang itu " Kata Alena menjadi ragu.     

"Itulah sebabnya kalau mencari suami harus yang perhatian kepadamu. Berita sepenting ini masa iya, Pangeran Nizam tidak mengatakannya. Agaknya Ia tidak mempercayaimu sebagai seorang istri" Kata pangeran Barry sambil tersenyum menebarkan racun. Tetapi tentu saja itu tidak akan mempengaruhi Alena.     

Alena malah menghembuskan nafasnya dan lalu berdiri,     

"Baiklah kalau begitu. Maafkan Aku kalau Aku sudah menuduhmu " Kata Alena sambil mengibaskan rambutnya yang hitam lebat itu. Kibasan itu hampir menyentuh wajah Pangeran Barry harum wangi rambut Alena menguar mengusik hidung dan membangkitkan gelora cintanya. Tiba – tiba saja bagian bawah tubuh pangeran Barry bereaksi dengan keras. Wajahnya semakin merona tubuhnya menggigil menahan hawa panas yang tiba – tiba berkobar dalam dadanya.     

Susah payah Pangeran Barry menahan gerakan tubuhnya bahkan ketika tangannya tanpa sadar terhulur ingin menyentuh puncak kepala Alena, Ia tarik kembali tangan itu ketika Alena berbalik menatap Pangeran Barry. Ia teringat sesuatu dan ingin mengatakannya langsung kepada Pangeran Barry.     

"Ada orang yang mengatakan kalau Kau mencintai diriku ? Benarkah ?" kata Alena membuat Pangeran Barry semakin gemetar tidak karuan.     

"M..mana mungkin itu terjadi, Kau kan istrinya Pangeran Nizam. Aku tidak mungkin mencintaimu. Lagipula Aku memiliki banyak istri di harem " Kata Pangeran Barry terlihat bersungguh – sungguh.     

"Aku sudah menduganya Kau tidak mungkin mencintaimu. Mungkin hanya adikmu yang sudah miring otaknya. Adikmu tidak peduli kalau Aku sudah menikah. Ia terus mengejar - ngejar diriku "     

"Siapa ? Pangeran Abbash ?" Kata Pangeran Barry     

"Tentu saja. Siapa lagi " Alena mencibirkan bibirnya yang seksi. Pangeran Barry menelan ludahnya     

"Kau jangan khawatir. Aku akan membunuhnya begitu aku menemukannya "     

"Tetapi mengapa kau harus membunuhnya ? Jangan di bunuh. Kasihan.. Suamiku sangat ingin membunuhnya tetapi Aku selalu mengatakan jangan di bunuh. Kau cukup beritahu saja dia, jangan mengejar – ngejar diriku. Cari wanita lain untuk menjadi istrinya " Kata Alena     

Pangeran Barry langsung cemberut, perkataan Alena seakan – akan malah menunjukkan kalau Alena menyayangi adiknya dan Ia langsung cemburu.     

"Aku pamit dulu.. " Kata Alena. Pangeran Barry menganggukan kepalanya tetapi tangannya sudah bersiap akan menekan titik akupuntur Alena.     

Ia bertekad kalau hari ini Ia harus memiliki Alena. Ia tidak akan melepaskan buah yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Wanita yang begitu Ia cintai kini ada dihadapannya. Alangkah bodohnya kalau dia lepaskan.     

Ia akan membuat Alena lemah tidak berdaya dan kemudian akan menyentuhnya. Ugh.. belum apa - apa Pangeran Barry sudah sangat menegang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.