CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Melakukan Ketiganya



Aku Melakukan Ketiganya

"Ta.. tapi bagaimana bisa ? Ini adalah ide yang paling gila yang pernah aku dengar. Mereka itu tidak saling kenal bagaimana bisa mereka tiba – tiba menikah. Dan lagipula Lila sedang mengandung anak dari Edward. Bulan Ini bahkan sudah waktkunya melahirkan.     

Apa pangeran Abbash mau menerima keadaan Lila. Dan bagi Lila sendiri dia baru saja ditinggalkan oleh Edward. Rasanya sangat mustahil dia akan melupakan Edward begitu cepat" Kata Cynthia sambil menggelengkan kepalanya. Ia tidak mengerti bagaimana bisa Alena mendapatkan ide sekonyol itu     

Alena malah menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kuat. Tentu saja ini mustahil karena kalau tidak mustahil tentu Ia tidak akan meminta bantuan Cynthia.     

"Cynthia kalau proses terjadinya pernikahan mereka begitu gampang, Aku tidak akan meminta bantuan darimu. Tetapi karena ini adalah hal yang mustahil maka Aku meminta bantuan darimu. Aku percaya kau akan dapat melakukannya.     

Kalau kau waktu itu berhasil dengan Nizam mengapa tidak berhasil dengan Lila. Kau pasti bisa meyakinkan dia untuk bisa menerima Pangeran Abbash. Ayolah.. Aku yakin kau pasti punya cara untuk membujuk Lila atau minimal ada strategi untuk mendekatkan mereka.     

Untuk Pangeran Abbashnya kelihatannya dia sudah bersedia karena Aku yang memohon kepadanya. Tinggal Lilanya yang harus kita pikirkan" Kata Alena sambil berpikir.     

Cynthia terdiam, Ia sama berpikirnya dengan Alena. Ia menimbang – nimbang usulan Alena yang sebenarnya masuk diakal dan akan menguntungkan semua pihak kalau ini terjadi. Pertama, Lila akan memiliki pelindung, kedua, anak Edward akan memiliki ayah walaupun hanya ayah tiri. Ketiga ,adanya kemungkinan pangeran Abbash akan melupakan Alena dan keempat, jika Pangeran Abbash menikah dengan Lila maka pangeran Abbash pasti akan ada disisi mereka.     

Di saat mereka sedang termenung tiba – tiba entah kapan, Nizam muncul dari depan pintu masuk dan berjalan ke hadapan mereka. Alena sampai terlonjak kaget melihat Nizam, mukanya langsung pucat pasi. Ia mencekal tangan Cynthia dengan erat. Cynthia malah menepiskan tangan Alena dan berkata dengan pelan.     

"Mengapa Kau seperti melihat hantu begitu " Kata Cynthia sambil mendorong Alena untuk menghampiri Nizam yang sedang berjalan ke arah mereka.     

"Aku takut.. takut dia marah " Kata Alena dengan badan sedikti gemetar. Cynthia malah semakin mendorong tubuh Alena ke depan ke arah Nizam.     

"Mengapa Kau takut ? Bukankah tadi kau mengatakan kalau suami marah, istri tinggal buka baju.. Sana dekati dia, tarik ke kamar terus buka bajumu! " Kata Cynthia sambil cengengesan.     

"Kau gitu ya.. sama teman sendiri tega – teganya menjerumuskan " Kata Alena sambil cemberut.     

"Menjerumuskan apanya ? Aku hanya mengikuti perkataanmu saja " kata Cynthia lagi. Alena semakin gemetar. Dan begitu Nizam sudah ada di depannya maka yang pertama Nizam lihat adalah pakaian Alena. Nizam melihat dari atas ke bawah dengan seksama.     

"Darimana Kau ? Mengapa kau berpakaian seperti ini ?" kata Nizam sambil mengerutkan keningnya. Tetapi Alena membisu dan yang bereaksi adalah Cynthia     

Cynthia tertawa dan berkata kepada Nizam, " Sebaiknya Kau, Nizam segera bawa Alena ke kamar karena dia sebentar lagi akan membuka bajunya" Kata Cynthia sambil pergi meninggalkan Alena dan Nizam.     

"Apa maksudmu, Cynthia ?" Nizam berteriak kepada Cynthia.     

"Tanyakan saja pada istri tercintamu itu. Aku tidak mau turut campur lagi " kata Cynthia sambil tetap berjalan dan tidak mau menoleh sedikitpun ke arah Nizam dan Alena.     

"Apa maksud dari perkataan Cynthia ? Mengapa kau mau membuka bajumu ? " Kata Nizam semakin tidak mengerti.     

"Kau tidak usah menghiraukan perkataannya, Dia sedang galau. Yu.. Nizam kita ke dalam saja. Kau pasti cape ya.. dari pemakamankan ? " Kata Alena.     

Nizam terlonjak, "Pemakaman ? Pemakaman siapa ?" Nizam tidak mengerti karena Ia mengira kalau Alena belum tahu apa – apa.     

Alena mencibirkan bibirnya dan tidak berkata apa – apa lagi. Ia menarik tangan Nizam menuju kamar mereka. Nizam menurut bagaikan kerbau di cocok hidungnya. Apalagi Alena membawanya ke kamar mereka yang paling romantis yang disekelilingnya ada aquarium dan taman di balik kaca.     

Para penjaga di depan kamar mereka segera membukakan pintu dan para pelayan yang memang selalu berjaga di depan kamar itu langsung menghidangkan berbagai macam makanan yang di ambil dari rak makanan di dapur terdekat.     

Para pelayan mengatur makanan cemilan dan ringan dengan rapih di meja tempat makanan serta berbagai minuman yang hangat di atas meja itu. Pelayan juga memasukan beberapa botol dan kotak minuman jus atau kopi ke dalam kulkas serta beberapa buah – buahan.     

Setelah selesai maka pintu segera di tutup dari luar. Alena menatap Nizam sambil membuka pakaiannya satu persatu. Nizam sendiri belum bereksi, Ia malah mengambil minuman di botol dan meminumnya.     

"Jadi benar apa yang dikatakan Cynthia ? Kau hendak memang hendak telanjang di hadapanku. Memangnya kesalahan apa lagi yang sudah kau lakukan ? " Kata Nizam malah duduk menyender di sofa dan memperhatikan Alena yang sudah separuh telanjang. Ia hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.     

Mendengar perkataan Nizam, Alena menjadi tertegun. Ia kebingungan hendak mengatakan apa. Tadinya Ia ingin membuktikan teorinya sendiri tetapi Alena melihat Nizam bukannya menghampiri dia tetapi malah duduk menyender disofa sambil tetap minum.     

Melihat Alena hanya berdiri mematung dan tidak menjawab pertanyaannya, Nizam jadi semakin curiga. Ia lalu melambaikan tangannya dan menyuruh Alena menghampirinya.     

Alena menghampirinya dan menjadi sedikit gugup. Ia tahu kalau kesalahannya sangat besar bahkan mungkin lebih besar dari kesalahan dari waktu Ia kabur karena ingin hang out. Pergi menipu pangeran Thalal lalu pergi ke kediaman Pangeran Barry bukanlah hal yang dapat dimaafkan begitu mudah. Itulah sebabnya Alena jadi sedikit ketakutan walaupun niat awalnya Ia ingin membarternya dengan kesalahan Nizam juga.     

 Alena berdiri di depan Nizam hanya mengenakan pakaian dalam. Nizam membuka kakinya lalu menarik Alena agar berdiri di antara kedua kakinya tangan Nizam memegang pinggang ramping Alena dan berkata,     

"Kau dari mana ? Jangan katakan Kau dari kediaman Pangeran Barry atau menengok pangeran Abbash atau menghadiri pemakaman Edward " Kata Nizam sebenarnya menebak – nebak kesalahan Alena. Sementara itu tangannya menyusup ke tubuh Alena bagian belakang. Ia meremasnya dengan lembut. Alena menelan ludahnya yang terasa seret.     

"Apakah kau akan mencambukku lagi ? " Kata Alena sambil tetap berdiri kaku. Nizam mendekatkan tubuh Alena ke mukannya, hingga mukanya terbenam di belahan dada Alena.     

"Kau tidak membantah perkataanku, berarti apa yang aku katakan adalah benar. Dari ketiga yang aku sebutkan tadi. Mana yang sudah kau lakukan ?" Kata Nizam sambil menelusuri dada Alena dengan lidahnya. Nizam mengeluarkan salah satu gunung dari tempatnya dan mulai memasukan puncaknya kedalam mulutnya. Ia sampai lupa kalau gunung itu ada isinya.     

Hal ini sama dengan Alena yang tidak sadar menjawab pertanyaan Nizam. Dengan perlahan sambil memejamkan matanya menahan perasaan nikmat merasakan mulut suaminya beraksi, Alena menjawab pertanyaan Nizam      

"Aku minta maaf. Aku melakukan ketiganya.. Akh.. Nizam !! Sakit !! " Alena memekik kesakitan,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.