CINTA SEORANG PANGERAN

Yang Mulia Putri Alena Sangat Cerdas



Yang Mulia Putri Alena Sangat Cerdas

Amar tidak mengerti apa yang diinginkan Alena tetapi melihat kesungguhan wajah Alena, Ia sama sekali tidak ingin membantahnya. Seisi rumah sudah tahu siapa Alena. Jika Alena menginginkan sesuatu maka Ia akan bertindak sesuka hatinya. Ia selalu berjanji tidak akan mengulangi tindakan gegabahnya tetapi janji itu selalu tidak ditepatinya. Tobatnya adalah tobat sambal. Kalau sudah kepedesan maka Ia akan berjanji tidak akan mengulanginya tetapi jika rasa pedas dimulut hilang maka Ia akan kembali memakannya.     

Dan sebagai Jendral, Amar tahu persis gelagat Alena yang sedang menggebu – gebu. Melarang keinginannya hanyalah akan menimbulkan bencana di kemudian hari karena Alena pasti akan mencuri – curi kelengahan orang – orang agar Ia dapat melaksanakan niatnya. Daripada nanti Alena kabur dan menemui Pangeran Abbash sendiri jadi memang lebih baik Ia menemani Alena menemui Pangeran Abbash.     

"Apakah keadaannya baik – baik saja ?" Tanya Alena kepada Amar, sebenarnya Ia sangat cemas melihat luka dari Pangeran Abbash. Ia takut Pangeran Abbash mati.     

"Dia dapat membantu Yang Mulia keluar dari kediaman Pangeran Barry jadi pasti Pangeran Abbash benar – benar sehat lahir dan batin. Lukanya akan segera sembuh apalagi jika melihat kehadiran Yang Mulia untuk menengoknya, Pangeran Abbash pasti akan jauh lebih baik. Tetapi masalahnya apakah nanti Yang Mulia Pangeran Nizam akan marah " Kata Amar mencoba mengingatkan Alena kembali.     

Alena hanya mengangkat bahunya tanda Ia tidak takut,     

"Aku tidak perduli kalau Pangeranmu itu akan marah kembali, Tetapi aku pikir kali ini Ia akan mengerti dengan sikapku. Lagi pula ini bukan untuk diriku. Aku menemui Pangeran Abbash untuk kepentingan kita bersama" Alena berkata dengan santai membuat Amar menjadi terkejut dan menoleh ke belakang. Ini adalah tindakan yang ceroboh.     

Bahkan kecerobohan ini hampir dibayar mahal karena tiba – tiba di depan ada sebuah mobil yang menyalip dari depan dan tidak diketahui oleh Amar.     

Alena menjerit sambil berteriak, "Hati – hati Amar !! " Amar sangat kaget dan kembali melihat ke depan tangannya dengan terampil langsung memutar setir ke arah kiri sehingga tabrakanpun dapat di hindari.     

Amar menghembuskan nafas lega dan kembali menyetir dengan tenang,     

"Maafkan hamba Yang Mulia. Hamba terlalu kaget mendengar kata – kata Yang Mulia " Kata Amar dengan sangat menyesal.     

"Tidak usah dikhawatirkan. Jantungku sudah mulai kuat sejak menikah dengan Pangeranmu itu. Lagi pula memang Aku akui kalau Aku sudah banyak melakukan keresahan. Tetapi kalian juga seharusnya belajar memahami tentang keadaan diriku.     

Kalian, tidak bisa merubah sifat seseorang secara drastis. Seharusnya Nizam tidak marah dengan segala tindakanku. Kalau marah sedikit tidak apa – apa tetapi kalau sampai hilang kendali maka Aku juga tidak akan tinggal diam.     

Apapun yang Aku lakukan sebenarnya adalah tanggung jawabku sendiri. Aku hanya tidak ingin menjadi wanita yang hanya duduk manis dan tidak melakukan apa – apa untuk membela dirinya sendiri. Walaupun terkadang tingkahku ini kalian anggap sebagai suatu kecerobohan tapi bagiku, itulah diriku yang sebenarnya.     

Menjadi seorang Ratu tidak serta merta Aku harus kehilangan jati diriku sendiri dan sebagai calon raja yang bijak Nizam pasti akan mulai mengerti dengan tingkahku " Kata Alena membuat Amar langsung terkagum – kagum. Calon ratunya ini kalau sedang serius memang tidak ada satupun yang bisa mengalahkan kecerdasannya.     

"Yang Mulia sangat cerdas dan bijaksana. Hamba harap Yang Mulia benar – benar dapat membuat Pangeran Abbash berdiri di pihak kita. Karena jika Pangeran Abbash berada di samping kita. Ia akan menjadi sekutu kita yang sangat kuat. " Kata Amar tiba – tiba penuh harapan kepada Alena.     

"Itulah yang sedang akan Aku lakukan. Ia begitu mencintaiku hingga harus terkena tembakan Nizam, Terlepas dari kesalahannya tetapi Ia banyak menyelamatkan diriku. Aku tahu dari lubuk hatinya yang terdalam Ia sangat baik hanya selama ini mungkin dia dimanfaatkan oleh Kakaknya yang kejam itu. Ibarat kertas polos yang disiram tinta hitam oleh kakaknya.     

Jadi yang sangat jahat sebenarnya adalah Pangeran Barry. Aku sangat puas sudah menusuk dadanya oleh pisau " Kata Alena dengan menyeringai penuh kepuasan membuat Amar lagi – lagi hampir menginjak rem saking kagetnya.     

"Yang Mulia menusuk Pangeran Barry ? Ta... tapi itu sangat luar biasa " Kata Amar dengan mulut ternganga. Selama ini Pangeran Barry dijaga dengan penjagaan yang ketat. Tidak semua orang bisa menemuinya kecuali anak buahnya yang sangat dipercayai. Bahkan tidak banyak orang yang tahu kalau di hotel megah dan mewah itu ada seorang pangeran yang tinggal di sana. Semua serba misterius. Tetapi Alena dengan mudah dapat kesana dan menjumpai Pangeran Barry bahkan menusuk dadanya. Sungguh kejadian yang sangat luar biasa.     

"Aku memang berencana akan membunuhnya untuk membalas dendam kematian Edward tetapi Aku hampir percaya ketika dia bilang kalau dia tidak melakukan semua itu. Jadi kemudian Aku hendak pulang ketika tiba – tiba ada suara yang menyuruhku untuk menggeser tubuhku ke samping. Walaupun Aku tidak mengerti, Aku melakukannya dan ketika Aku memalingkan mukaku, Aku melihat Pangeran Barry sudah mengangkat tangannya entah hendak melakukan apa. Tanpa sadar Aku sudah mengeluarkan pisaukan dan lalu menghujamnya sekuat tenaga " Kata Alena     

"Luar.. biasa, Yang Mulia. Hamba sangat senang mendengarnya. Apakah dia mati ? " kata Amar mendadak sumringah. Wajahnya berseri – seri. Ini berita terbaik yang hari ini Ia terima selain keberhasilan operasi Pangeran Abbash.     

"Kemungkinan tidak karena Aku sempat mendengar Ia berteriak kepada para penjaga untuk tidak membunuhku " Kata Alena lagi.     

Amar menurunkan kadar kegembiraannya tetapi kemudian walaupun Ia sedikit kecewa karena ternyata Pangeran Barry selamat. Amar tetapi ikut bahagia.     

"Terima kasih sudah melukainya Yang Mulia. Ia sudah banyak berbuat dosa. Aku harap ia akan mati dengan sangat menderita" Kata Amar lagi.     

Sesaat kemudian mereka terdiam dan hanya deru kendaraan yang terdengar ketika mobil kemudian memasuki rumah sakit di daerah pinggiran yang sedikit tersembunyi. Amar tampak mengeluarkan kepalanya untuk diperlihatkan kepada para penjaga yang berjaga di rumah sakit itu. Beberapa polisi penjaga mengenali Amar sehingga mereka lalu membuka pintu gerbang rumah sakit. Mobil meluncur masuk dan berhenti di tempat parkiran. Hanya ada sebuah mobil umum, ambulan dan beberapa mobil polisi.     

Alena turun setelah Amar membukakan pintu untuknya. Para polisi seketika menatap Alena dengan takjub. Ada wanita cantik tiba – tiba datang menyejukan pandangan mereka yang sudah letih karena sudah berjaga dua hari tiga malam secara bergiliran. Perintah dari Chief Jeremy adalah Pangeran Abbash tidak boleh dijenguk siapapun tetapi mengapa Amar sekarang membawa seorang wanita cantik.     

Amar melotot ketika melihat para polisi menatap Alena dengan pandangan yang tidak dapat dikontrol oleh mereka lagi. Yaah.. walaupun polisi mereka adalah manusia biasa yang tidak bisa menolak kodrat alam. Kagum melihat wanita cantik. Hampir saja mereka bersiul kalau tidak melihat Amar mengangkat telunjuknya agar mereka bersikap lebih sopan.     

Melihat Amar yang begitu menghormati wanita cantik itu membuat mereka sadar kalau wanita itu pasti bukan wanita sembarangan. Mereka segera merubah posisi tubuhnya dengan sedikit lebih sopan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.