CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani!! ( 6 )



Habislah Kau, Arani!! ( 6 )

Mobil terus melaju ke sebuah jalan yang pinggirnya banyak ditanami pohon Cemara membuat Alena jadi ingin bernyanyi "Naik - naik ke puncak gunung" Dan Ia benar-benar menyanyikannya di dalam mobil membuat Axel yang sedang menyusu menjadi menghentikan kegiatannya. Mungkin Ia sedang berpikir suara apa itu yang sedang Ia dengar. Mengapa telinganya menjadi sakit.     

Tetapi Alena malah semakin semangat bernyanyi,     

"Naik - naik ke puncak gunung.     

Tinggi - tinggi sekali.     

Kiri kanan ku lihat saja banyak pohon Cemara.     

...."     

Alena tidak melanjutkan nyanyiannya karena Axel keburu menangis dengan panik.     

"Eeh... mengapa Kamu malah menangis" Kata Alena sambil menepuk-nepuk pantat Axel dengan lembut.     

"Mungkin sebaiknya Kamu diam dan jangan menyanyi. Axel tahu persis suaramu tidak enak di dengar" Kata Cynthia sambil lega karena Alena berhenti bernyanyi. Ia bersyukur Axel menangis mendengar nyanyian Alena sehingga Ia terbebas dari suara Alena yang mengerikan.     

Alena langsung cemberut mendengar kata-kata Cynthia. Tapi Ia segera menyadari karena memang Ia tidak pandai bernyanyi. Ia tidak memiliki jiwa seni dalam dirinya. Jadi segala macam bakat menyanyi, menari, melukis dan lain - lainnya tidak mengalir dalam darahnya.     

Semakin masuk ke dalam pohon - pohon Cemara itu semakin rapat. Ketika Alena meminta sekat mobil dinaikan lagi ke atas maka matanya tiba-tiba melihat sebuah permainan bianglala terlihat begitu tinggi menjulang dengan warna putih keemasan. Ia melirik ke arah Cynthia. " Apakah Nizam pernah berkata padamu bahwa rumahnya dekat dengan taman wisata wahana permainan?" Kata Alena sambil keheranan.     

Cynthia juga sedikit terperangah melihat ke pemandangan di depannya. Bukannya hanya wahana permainan bianglala yang Ia lihat tetapi Ia juga melihat wahana permainan roalcoaster yang meliuk-liuk diantara pepohonan yang rimbun.     

Cynthia melirik ke arah Alena sehingga kini mereka saling pandang. Hanya Pangeran Thalal yang wajahnya biasa - biasa saja.     

"Yang Mulia suamiku Pangeran Thalal. Apakah kau tau sesuatu?" Cynthia langsung menatap suaminya dengan sengit.     

Pangeran Thalal hanya melihat ke belakang dengan wajah polos. "Memangnya kenapa?"     

"Kenapa apa? Yang Mulia lihat ada wahana permainan di depan sana? Itu apa? Apakah rumah kakak Yang Mulia dekat dengan tempat wisata?" Kata Cynthia sambil melihat sebuah danau buatan yang mulai terlihat sangat indah dengan air yang jernih yang mengalir. Dari kejauhan Ia juga melihat kincir air buatan pada danau tersebut. Apalagi kemudian Ia melihat sebuah bangunan megah mulai terlihat dari jauh. Bangunan itu tampak sangat mewah seperti sebuah hotel.     

Pangeran Thalal menjawab lagi dengan santai seakan Ia sedang mengatakan sesuatu yang tidak mengejutkan. "Itu rumahmu Kakak Putri Alena dan anak - anak. Hadiah dari Kakak Nizam "     

"What the Fuck!!! " Alena berteriak dengan bahasa kasar saking kagetnya tetapi kemudian dia Istighfar memohon ampun.     

"Apa kamu bercanda, adikku?" Kata Alena sambil ternganga kaget. This is about house. A big house bukannya hadiah remeh temeh dan ecek - ecek.     

"Bercanda?? Apa Kakak putri ingat waktu para tetua berkumpul dan memberikan hadiah? Di kerajaanku ada adat untuk memberikan hadiah bagi bayi yang baru lahir dan ibu yang baru melahirkan. Bahkan dari sanak keluarga, Ayah, ibu, adik, Kakak dan suami. Kakak Nizam sudah membuat rumah ini begitu Kakak Putri mengandung. Ia sudah jauh - jauh hari mempersiapkannya. seminggu yang lalu Aku baru mengambil sertifikat rumahnya dari notaris dan itu atas nama Kakak putri dan si kembar "     

Mata Alena langsung berkaca - kaca. Padahal Ia baru saja menyebut Nizam tidak romantis tetapi ini adalah lebih dari romantis. Ia juga teringat kalau Ia baru saja diberi kalung dan orang tuanya diberi pesawat jet. Tiba - tiba Alena menjadi ketakutan kalau - kalau Nizam korupsi uang negara untuk membeli semua itu. Ia jadi tidak ingin menjadi seperti Imelda Marcos istrinya mantan Presiden Philipina yang begitu boros dan hidup bermewah - mewah.     

Imelda Marcos adalah ibu negara yang hedon dan hobi menghabiskan uang negera untuk hidup bermewah - mewah. Ia juga tidak ingin menjadi ratu seperti Ratu Marie Antoinette yang mati di goulitine karena membuat hidup rakyatnya menderita akibat gaya hidupnya yang bermewah - mewah. Mereka bersenang - senang dengan uang rakyatnya.     

Maka tanpa bisa dicegah lagi Ia langsung hendak menelpon Nizam. kemudian dia merasa bahwa ini adalah persoalan pribadi dan tidak baik di bahas via telepon. Akhirnya dengan gaya sedikit santai tapi sebenarnya stress berat dia bertanya pada Pangeran Thalal.     

"Sebenarnya Kakakmu itu sekaya apa, sehingga Ia bisa membelikanku rumah begini mewah yang mungkin harganya triliunan " Kata Alena dengan wajah muram. Kepalanya mendadak pusing berat.     

Pangeran Thalal mengerutkan keningnya melihat Alena yang malah terlihat tidak senang dengan hadiahnya. Bahkan tadinya Pangeran Thalal akan mengira Kakak iparnya akan menjerit kesenangan atas hadiah yang begitu luar biasa ini. Karena memang Nizam sengaja ingin memberikan kejutan untuk istrinya, tetapi jauh panggang dari api. Apa yang diharapkan Nizam membuat Alena kegirangan tidak nampak sedikitpun di wajah Alena.     

"Kau tahu Ia baru saja membelikanku kalung yang sangat mahal. Ia juga menghadiahkan pesawat Jet pada orang tuaku dan sekarang Ia menghadiahkanku rumah yang diluar pengharapanku."     

Cynthia mengangkat kedua alisnya. Ia sahabat Alena sejak Alena tinggal di Amerika. Ia tahu kalau Alena juga senang berpenampilan mewah dan mengenakan barang bermerk tetapi ternyata seiring berjalannya waktu tampak sekali perubahan yang terjadi pada diri Alena. Alena malah semakin dewasa dan berpenampilan sederhana. Ia juga banyak membaca buku dan mulai mempelajari tentang sejarah orang - orang besar.     

Mendengar pertanyaan Alena, Pangeran Thalal malah tertawa. " Apakah Kakak Putri takut Kakakku memakai uang kerajaan untuk membeli semuat itu. Apakah kakak putri mengira Kakakku sudah melakukan suatu korupsi untuk menyenangkan hati istrinya?"     

Alena menganggukan kepalanya dengan semangat. Ia tidak malu untuk mempertanyakan segala bentuk kemewahan yang diberikan suaminya walaupun suaminya adalah seorang pangeran.     

"Jangan khawatir Kakak, Dari semua pangeran yang Aku kenal di Kerajaanku dan kerajaan Aliansi, hanya Kakak Nizam yang paling menjauhi hidup bermewah -mewah. Ia juga sangat berhati - hati dengan semua pengeluaran hidupnya.     

Standar kesederhanaan Kakakku tentu saja berbeda dengan standar kesederhanaan rakyat biasa. Ia tidak pernah menggunakan uang kerajaan sembarangan. Semua yang digunakannya adalah hak miliki dia pribadi. Kakak Nizam memiliki banyak perusahaan besar yang tersebar hampir di seluruh dunia. Uang pribadinya sangat banyak. Sehingga Kakak putir tidak perlu khawatir.     

Kakak Putri, Kakak Nizam adalah orang yang penuh perhitungan. Ia juga seseorang yang memiliki jiwa pengusaha. Setiap perusahaan yang dipegangnya pasti akan mendatangkan banyak keuntungan sehingga Kakak Nizam memiliki banyak perusahaan dan hebatnya Ia mampu mengatur semua itu dengan bantuan orang - orang yang bekerja padanya.     

Kakak Nizam memiliki insting menilai kemampuan orang yang tidak lazim. Ia tahu orang - orang mana yang akan mendatangkan keuntungan untuknya. Termasuk diriku. Kau tau Cynhtia mengapa Kakak Nizam sangat dekat denganku?" Kata Pangeran Thalal sambil tersenyum manis Ia bertanya pada istrinya. Cynthia masih meraba - raba jawabannya ketika Pangeran Thalal berkata lagi.     

"Karena Akulah pangeran yang paling mengancam kedudukannya. Aku adalah pewaris kedua calon Raja setelah Kakak Nizam. Jika ada apa - apa dengan Kakak Nizam makan Akulah yang akan menggantikannya. Tetapi sekarang karena Ada Pangeran Axel makan Kedudukanku bergeser menjadi pewaris yang ketiga. Sebenarnya jika Alexa adalah laki - laki maka kedudukanku akan bergeser lagi jadi yang keempat.     

Kakak Nizam mendekatiku sejak Kami kecil. Ia berusaha mengikatku disampingnya agar Aku tidak mengincar kedudukannya"     

Alena dan Cynthia pucat pasi mendengar kata - kata Pangeran Thalal. Hidup di kerajaan ternyata begitu mengerikan.     

"Kalau begitu Nizam tidak menyayangimu sebagai adik? Ia dekat denganmu hanya karena takut Kau merebut tahtanya" Kata Alena mengeluarkan argumennya.     

Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya. " Tidak, malah sebaliknya. Ia mencegahku menjadi oposisinya karena sangat menyayangiku. Itulah sebabnya Ia mengikatku di sampingnya agar Aku selalu ada dipihaknya. Karena seandainya Aku menjadi oposisinya maka Ia harus membunuhku. Demikianlah hukum rimba di kerajaan."     

"Alena.. apakah kau takut?" kata Cynhtia sambil pucat karena ketakutan sendiri Ia menjadi gentar kembali untuk ikut bertarung. Walaupun Cynthia sangat pintar tetapi sesungguhnya Ia lebih penakut dari Alena. Hidupnya penuh dengan pertimbangan dan Analisa. Cynthia berbeda dengan Alena yang hidupnya lebih easy going. Dan benar saja Alena tidak nampak ketakutan Ia malah menarik nafas dan berkata,     

"Yang terjadi, terjadilah. Aku sudah terlanjur basah maka tidak patut aku mundur lagi. Apalagi dengan kedua anakku yang ada dipangkuanku. Akan kuhadapi apapun yang akan terjadi, sepanjang cinta Nizam ada untukku. Kecuali jika Ia sudah tidak mencintaiku maka Aku akan pergi dari istana itu karena Aku tidak akan pernah mengemis cinta orang yang sudah tidak mencintaiku"     

Cynthia dan Pangeran Thalal lagi - lagi menatap Alena dengan pandangan heran. Pangeran Thalal lalu berkata lagi, "Kakakku sudah tahu bahwa Kakak putri sangat pintar di balik sifat Kakak yang polos. Insting Kakakku tentang kemampuan orang - orang benar - benar sangat mengagumkan. Andaikan Aku memiliki separuh saja dari otaknya " Kata Pangeran Thalal dengan sedih.     

Cynthia menepuk punggung suaminya, " Tidak usah khawatir Yang Mulia, Aku tidak membutuhkan suami yang sanga pintar. Cukup kau mencintaiku selamanya saja Aku sudah bahagia" Kata Cynthia sambil tersenyum manis. " Terima kasih sayang " Kata Pangeran Thalal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.