CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani !! ( 8 )



Habislah Kau, Arani !! ( 8 )

Setelah Alena beristirahat sebentar, Ia segera keluar menuju tempat berkumpul para pelayan yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya acara pernikahan nanti malam. Alena sudah menukar gaun yang tadi padi dan sekarang Ia menggunakan gaun warna peach, gaun lengan panjang dengan kerudung yang tersampaikan di atas rambutnya. Rambut hitam, ikal bergelombang tertutup dan hanya menyisakan rambut dibagian atas yang terlintas. Alena memang belum menyempurnakan hijabnya. Ia masih mengenakan kerudung ala Azura yang lebih mirip pakaian tradisional India daripada gamis seperti kerajaan Arab lainnya.     

Semua pelayan ternyata sudah berkumpul duduk disebuah ruangan yang cukup memuat 20 orang. Ada meja berbentuk oval ditengah dan sebuah layar tempat tayangan projektor. Ruangan ini agaknya memang disediakan untuk pertemuan yang sifatnya kecil. Ruangan ini penuh dengan lemari kaca yang didalam penuh dengan buku yang berderet-deret dengan rapih. Melihat Alena datang semua pelayan segera berdiri dan memberikan hormat.     

Ketika Alena baru saja hendak duduk tetapi Arani muncul dari balik pintu memberikan hormat kepada Alena. Tetapi kemudian Alena berkata dengan tegas. " Arani kau sebaiknya istirahat saja. Karena kalau kau lelah nanti wajahmu tidak akan terlalu bagus diriasnya" Kata Alena kepada Arani. Arani menjadi tertegun. kemudian dia menjawab dengan santun.     

"Hamba mengucapkan beribu terima kasih atas kebaikan hati yang Mulia, tetapi Yang Mulia ini adalah pernikahan hamba, bagaimana mungkin hamba bisa tinggal diam"     

Alena lalu berjalan mendekati Arani. " Arani di Indonesia pengantin adalah raja dan ratu sehari. Pada hari itu Mereka tidak boleh melakukan apapun kecuali melaksanakan prosesi pernikahan. Kau duduk sajalah atau berbaring ditempat tidurmu agar nanti malam penampilan kamu tampak lebih fresh."     

" Tetapi Yang Mulia..." Arani hendak berkata lagi hanya saja Alena segera merangkul pundaknya dan di bawa keluar ruangan.     

"Aku tidak suka dibantah kecuali jika Aku salah. Kau tidak boleh sekali - kali membuatku harus sampai menggunakan paksaan agar kau menurutiku."     

Arani menatap Alena dengan pandangan aneh tetapi kemudian Ia menundukkan kepalanya dengan hormat. Ia merasa sekarang Alena sudah mulai setingkat dengan Cynthia.     

"Pernikahan ini adalah tanggung jawab Nizam dan Aku jadi Kau tenang sajalah. Ayolah istirahat, Kau tidak ingin mengecewakan Jonathan kan? Ia sudah banyak berkorban untukmu. Masakan Kau tidak mau berkorban untuknya" Kata Alena sambil memaksa Arani untuk keluar ruangan lalu menutup ruangannya.     

Arani akhirnya menuruti perintah Alena dan segera masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia membaringkan tubuhnya dan mulai terlelap. Ia memang sangat letih. Selama di rumah sakit Ia harus terus-menerus mengatur para penjaga untuk mengatur keamanan keluarga Nizam. Jadi sekarang Ia merasa sedikit bisa bernafas lega. Apalagi sekarang Asisten Nizam sudah digantikan oleh Naila. Walaupun Ia sedikit sedih karena Ia jadi kehilangan Nizam. Tetapi Arani tetap menyadari bahwa Ia sudah harus menikah. Usianya sudah tidak lagi muda.     

Sementara itu setelah Alena pergi maka Ia segera duduk dikursi yang sudah disiapkan. Ada sekitar 20 orang yang akan melaporkan semua persiapan pesta. Alena hanya mengabsen sejauh mana mereka sudah mempersiapkan segalanya. Karena memang Alena tidak memantau dari awal. Kemungkinan Nizam sudah mengatur segalanya. Jadi Alena hanya memastikan sejauh mana realisasi dari persiapan pesta itu.     

"Rencananya Yang Mulia, Menu hidangan akan terdiri dari hidangan Azura, India, Amerika. Semua di pesan dari luar kecuali hidangan dari Azura kami menyiapkan sediri. Untuk menu dari Amerika kita mendatangkan dari Hotel Gardenia dan untuk menu India kita mendatangkan dari restoran India milik Nona Zarina."     

"Zarina???" Alena langsung terbelalak Ia langsung teringat dengan gadis pemilik restoran India tempat mereka bersantap dulu. Alena terlonjak gembira. " Ya..ya..Aku ingat dengan Zarina. Pasti Zarina pemiliki restoran India."     

"Yang Mulia kenal dengan Nona Zarina?" Tanya Batsnah.     

"Tentu saja. Pasti Yang Mulia Nizam yang meminta Nona Zarina untuk menyediakan menu Indianya. Ayo kita lihat tempat sajiannya. Apakah Nona Zarinanya sudah datang?" tanya Alena.     

"Iya Yang Mulia, mari kita sekalian berkeliling untuk melihat persiapan lainnya" Kata Batsnah.     

Alena berjalan dengan penuh semangat. Walaupun begitu langkahnya tetap gemulai membuat pelayan yang berjalan dibelakangnya merasa sangat kagum. Alena walaupun baru melahirkan badannya tetap terlihat ramping. Pelayan itu tidak tahu kalau Alena mengenakan korset dari kain panjang yang dibelitkan ke pinggang agar Ia tetap ramping. Ia juga rutin mengkonsumsi jamu khusus wanita bersalin yang didatangkan langsung oleh Ibunya dari Indonesia.     

Alena memantau persiapan pernikahan Arani sambil sekalian melihat - lihat ruangan rumah barunya. Ia melewati beberapa ruang yang fungsinya sekali lihat langsung dapat diketahui dari perabotan mebelnya. Ruangan berisi kursi - kursi mewah, lemari, meja dan semuanya yang membuat Alena merasa bahwa memang Nizam tidak main - main dengan rumah yang dihadiahkan untuknya dan anak - anak.     

Diam - diam Alena berpikir kalau Nizam seperti sedang mempersiapkan harta untuknya kalau - kalau ada sesuatu yang akan terjadi di masa depan Ia sudah memiliki kekayaan sendiri. Alena jadi sedikit penasaran. Ia harus berbicara dengan Nizam secara panjang lebar.     

Alena kemudian melihat sebuah lapangan luas yang sudah di sulap menjadi tempat suatu jamuan makan. Meja - meja bulat dengan kursi - kursi yang dilapisi kain putih dan di ikat pita warna emas. Meja -meja bulat itu tertutup taplak putih dengan perlengkapan makan yang sudah tertata plus sebuah bucket bunga warna putih yang menghias semua meja itu.     

Di pinggirnya terdapat meja - meja panjang yang sudah terisi banyak makanan yang tertata sangat indah. Ada banyak kambing guling yang sudah mulai dibakar secara perlahan dengan bumbu - bumbu khas Azura. Harumnya tercium kemana -mana membuat perut langsung bunyi tanpa diminta. Alena menggelengkan kepalanya. Orang istana memang beda, dengan uang apa - apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.     

Acara Pernikahan Arani dan Jonathan adalah acara dadakan tetapi mengapa persiapannya seakan - akan sudah mencapai waktu yang berbulan - bulan. Begitu sempurna pemandangan yang Ia lihat termasuk kemudian stand - stand makanan kue - kue mungil serupa cup cake yang bercampur dengan kue -kue Azura di permanis dengan segala macam manisan India.     

Roti - roti bertumpuk di tiap meja mencakup roti croissant, crumpet, muffin, roti gandum, roti tawar, roti pita,baguette, paratha semua tumplek dalam satu meja dengan segala macam selai dan isiannya. Botol - botol kecil berisi segala macam selai dan acar serta kotak - kotak kecil mentega yang ditumpuk dengan rapih.     

Di meja berikutnya terdapat buah - buahan yang beraneka ragam dari buah tropis, buah khas dari Cina sampai buah dari Amerika sendiri seperti mangga, manggis, rambutan, duku, apel, pir, peach, leci, persik, anggur dan apel beraneka warna dan banyak lagi. Semua disusun menggugah selera.     

Berbagai macam minuman berderet pada sebuah meja berikutnya dan untuk minuman Alena melihat Nizam tidak menyediakan satu jenis minuman keras apapun. Ia hanya menyediakan minuman biasa non alkohol.     

Alena merasa sangat puas ketika kemudian Ia mengecek kelengkapan untuk pembacaan akad nikah dan kamar pengantin.     

"Di mana kamar pengantin mereka ?" Tanya Alena tiba - tiba.     

" Ada di paviliun dekat dengan danau. Saya sendiri yang menghiasnya " Kata Batsnah sambil tersenyum puas. Alena memajukan bibirnya sedikit seakan ada sesuatu yang mengesalkan hatinya. Seharusnya dari kemarin - kemarin Jonathan di khitan sehingga malam pengantin mereka akan berlangsung sempurna. Tapi sekarang Jonathan tidak bisa menyempurnakan malam pengantinya. Bagaimana bisa Ia melaksanakan ritual malam pengantin kalau senjatanya dibalut perban.     

Alena tercengang melihat deretan paviliun yang dibangun disamping rumah utama. Paviliun - paviliun itu di buat mengelilingi rumah utama dengan desain yang sangat indah. Alena lalu sampai di sebuah paviliun di tepi danau yang di dalamnya sudah di hias dengan sangat indah. Paviliun itu memiliki sebuah kamar tidur, ruang tengah dengan satu set sofa yang sangat lembut.     

Sebuah kamar mandi mewah dengan bathtub yang besar, dapur kecil dan kamar mandi di luar kamar tidur. Ruang baca dan ruang kerja juga ada untuk kelengkapan setiap paviliun. Bahkan di meja itu juga tersedia satu set komputer pc terbaru. Semua sangat indah dan menakjubkan. Teras depan untuk duduk bersantai sambil melihat pemandang danau dan wahana permainan yang pastinya kalau malam hari akan bermandikan sinar lampu.     

Alena tertegun melihat kamar pengantin yang dipersiapkan Batsnah untuk Arani dan Jonathan. Kamar itu sangat putih dengan mawar putih bertaburan di mana - mana. Tempat tidur besar dengan sprei berlapis emas dan penuh bunga membuat kamar menjadi sangat wangi dan menggairahkan.     

Alena memandang Batsnah dengan takjub.     

"Kami sangat menyayangi Arani. Dan Kami sungguh tidak menyangka kalau Dia akan menikah mengingat dia tidak pernah terlihat menyukai laki - laki manapun kecuali Pangeran Nizam. Kami mengira dia akan menjadi salah satu selir Yang Mulia" Kata Batsnah dengan wajah datar. Alena langsung terbatuk - batuk dengan sangat keras. Mukanya sampai merah padam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.