CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Wajib Melindungi Istriku



Aku Wajib Melindungi Istriku

Nizam baru selesai sholat subuh dan keluar dari mesjid ketika Ia mendapati mertuanya perdana mentri Salman tiba - tiba berlutut dan memeluk kakinya. Nizam terperanjat Ia segera mengangkat bahu Ayah mertuanya itu. Walaupun Perdana Menteri Salman secara hierarki ada di bawahnya tetapi dia adalah Ayahnya Putri Rheina yang berarti adalah Ayah mertuanya. Secara kekerabatan berarti kedudukannya jelas ada di atas Nizam. Bukankah Kedudukan mertua itu adalah seperti kedudukan orang tua sendiri.     

Tetapi Perdana Menteri Salman tidak mau berdiri, Ia memeluk kaki menantunya dengan erat. Wajah yang bpenuh wibawanya sekarang tampak muram dan penuh air mata. Ia tahu kejadian semalam di dalam harem dan putrinya menjadi tersangka utama dalam kasus kematian Putri Kumari. Berdasarkan pengalamannya selama hidup di Istana dan menjabat menjadi perdana menteri Ia selalu tampak berwibawa dan tegas.      

Nizam sempat kesal kepadanya karena dominasinya di dalam istana untuk mengimbangi kelemahan dari ayahnya yang tidak bisa memerintah dengan baik karena faktor kesehatannya. Perdana Menteri Salman juga terlalu dekat dengan ibunya hingga Nizam sampai menyangka dalam hati kalau mereka mungkin punya hubungan spesial tetapi pemikiran durhaka itu langsung Ia hapus dalam otaknya.      

Sejak kecil, Nizam melihat dominasi Perdana Menteri di Istana sehingga Ia terkadang merasa kalau Ibunya lebih mementingkan Perdana Menteri itu dibandingkan dirinya. Salah satu penyebab Ia memutuskan melanjutkan kuliah ke luar negeri adalah karena tidak tahan melihat keakraban ibunya dan perdana menteri Salman.     

Dari segi wajah memang Perdana Menteri Salman jauh lebih tampan dibandingkan ayahnya yang memiliki wajah biasa - biasa saja. Keelokan wajah dari turunan Keluarga Perdana Menteri Salman yang masih sepupu jauh dari Ibunya ini seakan tercetak dari setiap gen yang memilki darah dari garis keturunan keluarga mereka termasuk putri Rheina dan dirinya sendiri.     

Tapi kini kebencian Nizam terhadap Ayah mertuanya itu sedikit luntur karena sikapnya yang begitu memelas. Diam - diam si muka besi itu ternyata memiliki hati juga ketika anaknya tersandung kasus pembunuhan. Walaupun sebenarnya pikiran Nizam sama kalutnya dengan ayah mertuanya. Walau bagaimanapun Putri Rheina adalah istrinya yang sah, istri pertaman dan tidak terlalu berdosa. Ia tidak pantas di hukum mati. Nizam tidak akan dapat memaafkan dirinya kalau sampai Putri Rheina di hukum mati.     

"Yang Mulia.. Hamba mohon ! Selamatkan Putri Hamba. Hamba tahu tidak ada Putri Rheina dalam hati Yang Mulia. Bahkan mungkin Yang Mulia membenci putri hamba. Tapi ini bukan mutlak kesalahannya kalau Ia begitu ceroboh dan tidak tahu diri.     

Hamba yang salah terlalu memanjakannya. Hidupnya dalam depresi karena ketidak berdayaan dia untuk menjadi istri yang baik bagi Yang Mulia. Biarkan hamba yang menghukumnya asalkan dia jangan sampai di hukum mati. Apalagi sampai menyerahkannya ke kerajaan Rajna untuk di adili. Hamba tidak dapat menanggungnya jika sampai dia mati hanya karena kecerobohannya dan bukan karena kejahatannya" Kata Perdana Menteri Salman sambil menangis.     

Tiba - tiba saja Nizam merasa sangat sedih, yang terbayang adalah bagaimana kalau Ia yang berada di posisi Ayah mertuanya. Dan Alexa yang akan dihukum mati. Jiwa kebapaannya langsung meronta keras. Ia segera berlutut untuk memeluk Ayah mertuanya dan ketika Nizam berlutut seketika semua orang segera merendahkan tubuhnya agar lebih rendah dari Nizam.     

Perdana Menteri Salman agaknya terkejut juga ketika melihat Nizam malah berlutut sehingga kemudian Ia segera berdiri agar Nizam tidak berlutut.     

"Yang Mulia bangunlah, Hamba mohon jangan berlutut" Kata Perdana Menteri Salman seraya langsung berdiri sedikit tegak dan Nizam segera ikut bangkit untuk berdiri tegak pula.     

"Bagaimana Aku tidak berlutut, melihat Ayah mertua berlutut di kakiku. Ini tidak benar" Kata Nizam dengan penuh hormat. Entah mengapa hati Perdana Mentri Salman menjadi begitu teriris melihat sinar mata Nizam yang begitu tulus. Perasaan berdosa seketika memenuhi seluruh tubuhnya.     

"Kau begitu baik. " Kata Perdana Menteri Salman. Nizam kemudian menuntun ayah mertuanya itu untuk duduk di bangku taman depan mesjid. Suasana belum terlalu terang baru sekitar pukul 5 lebih. Udara dingin menyelimuti taman. Udara memang agak dingin kalau sedang musim panas. Jubah putih yang dikenakan Nizam tampak berkibar lembut. Kepalanya tertutup Ghutrah bewarna putih dengan cincin penahannya yang berwarna hitam. Rambut coklatnya yang sudah mulai agak gondrong itu tertutup dengan sempurna.     

Sebagian mukanya tertutupi cambang halus yang tercukur rapi lengkap dengan kumis tipis. Nizam biasanya tidak menyukai ada bulu di mukanya tetapi entahlah akhir - akhir ini Ia lebih suka membiarkan bulu - bulu menghiasi tubuhnya termasuk di dadanya. Tetapi penampilan Nizam dengan bulunya itu malah membuat ketampanannya mencuat dan membanting semua ketampanan para pangeran yang ada.     

"Ayah Mertua tidak usah khawatir, Putri Rheina adalah istriku. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya ' Kata Nizam dengan sungguh - sungguh dari lubuk hatinya yang terdalam. Ia tidak sedang bersandiwara. Putri Rheina memang tanggung jawabnya. Ia bukan suami kejam yang meninggalkan istri pertama dalam penderitaan hanya untuk menyenangkan istri kedua.     

'Yang Mulai tidak mencintai Anak hamba. Hamba sangat ingin mempercayai ucapan Yang Mulia" Kata Perdana Menteri Salman dengan sedih. Wajahnya muram. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam Ia sedikit menyesal telah menikahkan Putri Rheina dengan Nizam. Ia tidak menyangka kalau hidup putrinya akan tersia - sia di dalam harem.     

Nizam menelan ludahnya yang terasa seret, Ia tidak bisa mengatakan tidak terhadap kenyataan yang sebenarnya. Perdana Menteri Salman bukan orang biasa - biasa. Berpuluh -puluh tahun Ia menjabat menjadi Perdana menteri, itu sudah cukup untuk membuktikan kecerdasan intelektualnya. Nizam tidak mungkin berbohong kepadanya.     

"Ayah Mertua lebih tahu tentang hal itu.."Kata Nizam sambil menatap lurus ke depan. Ia sudah bersiap mendengar amarah dari mertuanya. Tetapi anehnya Perdana Menteri malah menarik nafas panjang dan menjawab dengan sendu.     

"Hamba mengerti tentang hal itu karena cinta memang tidak dapat dipaksakan. Hidup bertahun - tahun bersama orang yang tidak kita cintai hanya akan menyisakan kepedihan yang mendalam. karena suatu pernikahan hendaknya dilandasi oleh cinta kecuali memang dia memiliki prioritas lain dalam hidupnya" Ada nada kepahitan yang terdengar dari mulutnya. Dan Nizam berani bersumpah kalau Ia baru pertama kali melihat Perdana Menteri tampak seperti tawanan perang . Ia lemah dan tidak berdaya. Ia seperti kehilangan sumber energinya.     

Nizam kemudian terdiam sebelum kemudian berkata lagi,     

"Walaupun Aku tidak mencintai Putri Rhiena tetapi walau bagaimanapun Dia adalah istriku dan Aku wajib melindunginya" Kata Nizam dengan sungguh - sungguh. Mata Perdana Menteri Salman seketika sedikit cerah.     

"Hamba sungguh sangat berterima kasih" Kata Perdana menteri Salman     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.