CINTA SEORANG PANGERAN

Menanggung Perbuatan



Menanggung Perbuatan

Ratu Sabrina jelas tidak terlalu memperdulikan Putri Faiza dan Putri Keysa, selain tahu kalau mereka berdua pasti tidak bersalah. Kedudukan mereka juga tidak bisa dibandingkan dengan kedudukan Putri Rheina di matanya. Putri Rheina sudah sangat dekat dengannya sejak bayi. Bahkan sejak dalam kandungan ketika di USG bayi itu adalah perempuan. Ia sudah langsung melamarnya untuk Nizam.     

Kalaupun Ia sekarang lebih menyukai Putri Kumari itu karena memang putri itu benar -benar memiliki kapasitas untuk menjadi seorang ratu besar. Dan sekarang impiannya hancur, Putri itu sudah mati mengenaskan dan yang terparah, Putri Rhiena juga terancam hukuman mati. Bagaimana bisa Ia menanggung beban yang begitu berat. Bagaimana Ia bisa menghadapi Perdana Menteri Salman.     

Ratu Sabrina perlahan berjalan menuju ruangan di mana Putri Rheina mengalami penyelidikan. Penyelidikan terkadang membutuhkan tindakan sedikit kejam agar para pelaku kejahatan mau membuka mulutnya. Bahkan saking kejamnya terkadang orang yang tidak besalah saja mau mengakui kesalahan karena takut menghadapi siksaan.      

Mereka biasanya di ikat di tiang lalu dicambuk badannya agar mengaku. Tetapi khusus untuk para putri biasanya cambukan itu dilakukan di kaki. Putri Rheina sudah pernah terkena cambuk waktu ketahuan Ia berbohong di malam kesucian dan sekarang Ia akan kena cambuk lagi bahkan kemungkinan cambukanya akan sangat parah.     

Putri Rheina masih duduk di kursi dan menghadapi pertanyaan dari penyidik, Ia masih belum dicambuk dan tidak akan dicambuk sampai Ia mengaku salah. Wajahnya begitu pucat. Dan ketika dilihatnya mertuanya datang, Ia langsung bersujud dan menangis.     

"Hamba mohon ampun.. hamba tidak bermaksud melakukan ini semua" Kata Putri Rheina sambil menangis. Ia lalu merangkak dan memeluk kaki Ratu Sabrina dengan erat. Ratu Sabrina hanya berdiri kaku dan terdiam membisu.     

Saat ini Ia sangat marah terhadap Putri Rheina, Marah karena kebodohannya. Ia tahu kalau Putri Rheina tidak jahat tetapi sifat kekanak - kanakannya malah menjadi semakin parah dan bahkan lebih parah dari Alena.     

Ratu Sabrina kemudian melirik ke arah para penyidik dan berkata, "Keluarlah kalian semua ! Aku yang akan menyelidikinya langsung" Kata Ratu Sabrina sambil menyuruh semua orang keluar kecuali asisten pribadinya Latifa. Para penyidik dan prajurit anggota SPI itu segera keluar. Karena mereka memang berada di bawah wewenang langsung dari Raja dan Ratu sehingga mereka tidak dapat membantah perkataan Ratu Sabrina.     

Putri Rheina masih sangat gemetar ketika Ia melihat para penyidik keluar dari ruangan penyidik. Ratu Sabrina sama sekali tidak menyuruhnya berdiri malah membiarkan Ia berlutut. Putri Rheina tahu kalau kesalahannya sangat besar sehingga Ia tidak berani merengek atau bermanja - manja lagi. Ia hanya menundukkan kepalanya sambil tetap berlutut.     

"Me..mengapa Kau lakukan itu ? Mengapa Kau meracuni Putri Alena. kau tahu itu adalah tindak kejahatan nomor satu di istana. membunuh istri Putra mahkota hukumannya adalah mati." Kata Ratu Sabrina. Walaupun Nizam sudah mengatakan kalau kemungkinan Putri Rheina di jebak tetapi Ia tetap menginginkan kebenaran dari mulut Putri Rheina langsung. Bukankah analisa itu berupa hipotesis yang harus di uji kebenarannya. Dan perkataan itu malah membuat tangisan Putri Rheina meraung keras.     

"Aku tidak melakukan itu.. sungguh Ibunda Ratu. Aku hanya menaruh obat pencahar yang hanya akan membuat orang menjadi mulas dan diare. Aku sama sekali tidak ingin membunuh Putri Alena.     

Aku hanya ingin membuat Putri Alena sakit perut dan menimpakan kesalahannya kepada Putri Kumari. Aku sangat membenci putri itu. Dia sudah merebut seluruh perhatian ibunda. Aku benci melihat ibunda ratu begitu menyayanginya. Aku cemburu.." Kata Putri Rheina sambil menangis kembali dengan suara keras.     

"Dasar anak bodoh ! Kapan kau berpikir dewasa? Mengapa kau terlihat lebih bodoh dari Putri Alena ? Bahkan ketika Putri itu bisa memobilisasi para pelayan untuk melawan para penjaga keamanan bawahan Jendral Imran Kau malah membeikan obat pencahar ke makanan orang?      

Sungguh tindakan yang luar biasa cerdas. Kau aargh.. membuatku sangat kesal" Kata Ratu Sabrina sambil mengepalkan kedua tangannya. Andaikan saja Ia tidak melihat wajah Putri Rheina yang sangat pucat pasi itu tentu Ia sudah menamparnya habis - habisan.     

Putri Rheina langsung menyimpan keningnya di lantai dan berkata sambil menangis.     

"Hamba memang bodoh.. Hamba patut mati.. Tetapi Ibunda. Hamba tidak terima jika Hamba mati karena sudah menyimpan obat pencahar di makanan orang. Ada orang yang hendak memfitnah hamba. Ada orang yang benar - benar menginginkan kematian Putri Alena. Jika hamba mati maka orang itu akan selamat selamat selamanya " Kata Putri Rheina mencoba membela dirinya dan itu membuat Ratu Sabrina langsung menghentak kesal.      

Ia lalu berniat untuk duduk dan Latifa segera mendorong kursi agar Ratu Sabrina dapat duduk.     

"Kau memang benar - benar membuatku kesal ! Sudah melakukan kesalahan malah membuat pembelaan diri" Kata Ratu Sabrina sambil duduk. Seorang pelayan segera memberikan segelas air dan Ratu Sabrina langsung meneguknya sampai habis. Ia merasakan kedinginan menyiram tubuhnya sehingga pikirannya menjadi agak jernih.      

Ketika dilihatnya Putri Rheina masih berlutut dengan wajah memelas dan ketakutan Ia menjadi sedikit terenyuh lagi pula kata - katanya benar. Pembunuh yang sebenarnya masih berada di dalam harem atau mungkin di dalam istana. Serapat - rapatnya pertahanan harem kemungkinan ada orang luar menyusup dan membuat kericuhan masih mungkin terjadi. Motifnya apa juga masih belum jelas. Apakah ingin membunuh Putri Alena, memfitnah Putri Rheina atau malah memang ingin menyingkirkan Putri Kumari.     

Ratu Sabrina merasakan kepalanya semakin berdenyut - denyut kesakitan. "Bangunlah, dan duduk di kursi ! " Kata Ratu Sabrina sambil menyuruh Putri Rheina duduk di kursi. Ada riak kebahagiaan di mata Putri Rheina ketika Ratu Sabrina menyuruhnya duduk. Berarti Ia sudah mendapatkan ampunan dari Ratu Sabrina. Tetapi kemudian riak kebahagiannya menyurut ketika Ratu Sabrina berkata,     

"Kau harus berdiam di penjara istana, sampai pembunuh yang sebenarnya tertangkap. Aku tidak ingin bersikap tidak adil terhadap yang lain" Kata Ratu Sabrina. Putri Rheina langsung berteriak ngeri.      

Penjara istana adalah penjara bawah tanah yang memang ada sudah sejak istana ini di bangun. Tempatnya pasti lembab dan bau. Ia sama sekali tidak ingin tinggal di penjara itu. Jangankan tinggal di sana, disepanjang hidupnya Putri Rheina sama sekali tidak ingin mengunjungi penjara itu.      

"Yang Mulia Ibunda Ratu. Hamba mohon.. tolong untuk tidak mengirim hamba tinggal di penjara. Itu sangat menakutkan" Kata Putri Rheina sedari tadi Ia kebingungan menyebut Aku atau hamba.     

"Ketika kau melakukan perubatan mu itu, apakah kau pernah berpikir kalau kau akan mendapatkan resikonya kalau ketahuan? Kau sudah berbuat maka kau harus menanggung akibatnya. Nah bersiaplah untuk pergi ke penjara" Kata Ratu Sabrina sambil berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Putri Rheina yang terisak - isak ketakutan. Agaknya sekarang Ia lebih ingin mati dibandingkan harus tinggal di penjara bawah tanah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.